Sahira keluar balkon, ia sudah makan dan sudah merasa kenyang hanya saja jeano menunggunya untuk menunggu.
ia pergi, membiarkan sahira sendirian dengan angin yang seakan menyuruhnya untuk santai.
sahira tidak membawa ponsel, ia lupa lagipula daya nya ia matikan.
sudah 15 menit ia berada disana tanpa adanya jeano ia mulai tersenyum dengan menutup matanya.
lalu pintu terbuka, sahira berbalik disana ada banyak waithres yang berpakaian hitam putih memasuki ruangannya.
para waithres itu meletakan berbagai macam makanan yang terlihat sangat enak disana.
lalu jeano datang, ia seperti orang sibuk yang sedang menerima panggilan.
perasaan sahira mulai tidak enak, ia menatap makanan tersebut lalu para waithres pergi.
"tunggu bentar lagi ya," ujar Jean.
sahira mengangkat alis dan jeano menyuruhnya duduk, ia ingin sekali makan pasta itu. sungguh.
"sahira," panggil Jean.
dia menarik kursi dan duduk di depan sahira menatapnya lamat seperti ingin berbicara serius.
sahira mengangkat kepalanya dan terpaksa memutuskan kontak matanya dengan pasta itu.
menatap hidung mancung jeano dan rahang yang sempurna itu, sahira memang sangat menghindari mata jean, dia punya mata yang bagus dan itu bukan hal yang baik.
"gue tau lo bakal nolak pertunangan ini, kalo lo mau nolak gue gak ada masalah tapi nanti lo ada masalah sama bokap lo, dia bersikeras tetep adain pertunangan ini kan? Lo tau sendiri gimana watak bokap lo kalo dia pengen sesuatu,"
apa yang akan Hira lakukan selanjutnya? ia tentu saja sangat mengenal sang ayah, dia orang yang egois dan harus menjadi kenyataan saat menginginkan sesuatu.
kepala sahira berdenyut ini tidak akan pernah mudah.
"gue gak tau, dan ini ga mudah pertunangan ini bukan atas dasar cinta,"
jeano mengangguk lalu dirinya berdiri, berjalan kearah pintu lalu menghilang membiarkan sahira berkutat dengan fikirannya.
"oh lihatlah dia, dia sangat sempurna," ujar ibu jean.
tak ada 15 menit setelah para waithres pergi, keluarga jean datang dengan membawa paman dan bibi nya sekalian, sedangkan ayah hira hanya membawa dirinya.
"dek beneran dia cantik banget," ujar Alan.
"diem lo, gak usah ngeliatin dia terus," cibir Jean.
sahira masih belum menemukan jawaban, menatap semua orang yang berada didalam sana membuatnya blank.
ini sangat sulit, dan ini tidak mudah.
ia menghela, hanya memainkan makanan nya dengan perasaan campur aduk pasta yang ia idamkan sudah tidak berbentuk sekarang.
mereka semua sangat formal, dan ibu jean sangat cantik dengan rambut yang dipanggil itu.
"ini dia tunangan jean?" ucap perempuan itu.
dia cantik mirip dengan ibu jean.
"panggil aja Bibi adisti, disingkat saja Bibi ti," ujar nya tersenyum.
sahira membalas senyumannya, lalu ia histeris "aaa cantik banget, jean kamu milihnya emang bener,"
jean tersenyum, dirinya menatap sahira yang berada di kanannya dengan mata yang berbentuk bulan Sabit.
KAMU SEDANG MEMBACA
soulmate
Teen Fiction"sahira sampe kapan pun punya gue, i'll do anything for the girl" -Jean