what's wrong with kiara?

51 6 0
                                    


Sahira pagi ini sangat tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah, pasalnya ada ulangan matematika. gadis itu sangat benci matematika.

masih dengan piyama tidurnya, Hira turun dari kamarnya dan menuju sang ayah yang sedang sarapan.

duduk di kursi sebrang sang ayah sembari menguap "pagi pah,"

"loh kok masih pakai piyama? udah jam segini Hira,"

"yah pah Hira izin ga sekolah ya kali ini aja,"

"ngga ada izin izin, cepat mandi dan sarapan Jean katanya mau jemput kamu,"

"dih dih kok izin papah? ga bilang Hira dulu?" tanya Hira tak terima jika saja gadis itu tau mungkin ia akan berangkat subuh.

"gausah ngomel pagi pagi, cepetan mandi,"

Bibi Hira melengkung ke bawah "pahh, ga berangkat sekali ini aja yaaa?"

"sekali sekali, ada ulangan matematika? makanya gak mau berangkat? sahira kamu kalau ada ulangan, ya belajar kerjain semampu kamu papah ga permasalahan nilai yang penting kamu usaha sendiri,"

dia benar, jika ada ulangan matematika. sahira tidak pernah berangkat nilai rapot untuk matematika saja sahira merah.

"iyaiyaa," finalnya.

"berangkat dulu ya om," pamit jean.

memasuki mobil jeano yang tergolong mobil mahal ini membuat Hira semakin tidak bersemangat.

"pagi pagi udah di tekuk mukanya, kenapa?" tanya Jean.

"ulangan matematika,"

Jean tertawa sedikit lalu setengah badannya menghadap Hira.

"udah belajar?"

Hira menggeleng, mengingat semalam ia begadang tapi untuk membaca novel yang baru ia beli.

"nyontek aja nanti, jangan pusing pusing ra,"

"itu memang menjadi tujuan,"

sepanjang perjalanan, Sahira hanya melamun dan jean sesekali memperhatikannya.

"pulang sama gue ya?" tanya jean.

"oke,"

"tumben ga langsung nolak,"

"mau gue tolak?"

"jangan lah, nanti bokap lo marah lagi kalo lo ga sama gue,"

"kok lo tau bokap gue marah?"

Jean bingung sendiri, seperti skakmat.

"lo pulang sama celyn terus ke rumah kiara sampe jam 8 kan?"

"lo ngikutin gue?"

Wajah Hira sudah merah padam.

"atas kemauan bokap lo,"

ayahnya, lagi lagi jeano menggunakan sang ayah untuk menjadi alasan nya mengikuti Sahira. apakah benar atau itu hanya akal akalan jeano?

"Ra,"

Sahira bergeming, ia sibuk mengatur emosinya, gadis itu tidak mau menangis karna jeano lagi.

"kenapa lo blok gue?"

"lo berisik,"

sahira ingat, semalam jeano memang mengirimkan chat terus menerus kala ia sedang les privatnya alhasil jeano di blok.

"oke gue bakal ngurangin chat lo, tapi plis buka blokiran gue,"

"oke nanti,"

"sekarang didepan gue, sebelum lampu ijo,"

soulmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang