Bagian lima

522 86 3
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.

Gumpalan asap yang mengepul di penjuru langit-langit hingga menembus beberapa ruangan di dalam rumah itu menguar dari arah dapur, membuat nyonya Han terperangah dan panik setelah melihatnya. Keputusan untuk meninggalkan Seonmi agar menjaga dapur barang sejenak tampaknya adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh nyonya Han pagi ini. Gadis itu bisa saja membakar rumah jika ia ditinggalkan dengan kompor menyala.

"Astaga, Seonmi! Apa yang kau perbuat pada dapurku?" tegur nyonya Han dengan napas yang terengah-engah. Wajahnya panik luar biasa. Matanya terbelalak menyapu seluruh bagian dapur.

"Eum ... ayam ini, Nek. Kenapa lama sekali tidak matang-matang. Aku hanya memperbesar api dan meninggalkannya sebentar untuk mencuci tanganku yang berbau amis, dan ..." setelah melirihkan intonasi suaranya, Seonmi menggulung jemari. Menundukkan kepala juga pundaknya serendah mungkin sebab merasa sangat bersalah.

"Lain kali, jangan menggunakan api besar saat menggoreng sesuatu. Apalagi kau akan meninggalkannya untuk melakukan sesuatu yang lain."

"Lalu ..."

"Lalu, apa? Angkat ayamnya! Kita akan memasak yang baru. Beruntung nenek masih ada persediaan beberapa potong ayam lagi dalam kulkas. Ambil, dan nenek akan mengajarimu untuk membersihkannya," perintah nyonya Han sembari mengulas seutas senyum.

Mengulum bibirnya ke dalam mulut, Seonmi mengangguk antusias. Mengambil capitan untuk membuang ayam goreng itu ke tong sampah. Lalu bergerak secepat mungkin untuk mengambil ayam mentah dari dalam kulkas selagi nyonya Han mengambil alih dapur guna mengganti wajan dan minyak goreng baru.

Seonmi menemukan Jimin di sana, sedang mengambil botol air minum dari dalam kulkas. Lantas tenggorokannya terasa tercekat ketika menyaksikan bagaimana Jimin menenggak air dingin itu hingga tandas. Beberapa tetes tumpah keluar, mengalir membasahi leher putih yang tampak mengetat. Entah kenapa ia merasa sedang menonton adegan slow motion.

Seonmi meneguk air liurnya dengan susah payah. Ia akui, Jimin terlihat seksi saat jakunnya naik turun seiring air yang memasuki tenggorokan. Hati Seonmi berdebar secara tiba-tiba. Ia merasa dadanya bergemuruh aneh serta gelisah. Kemudian, ia pun memutus pandangan dari kegiatan yang Jimin lakukan seakan itu adalah sebuah adegan yang tidak pantas dilihat.

"Kau hampir membakar rumah nenek, tahu?" tuduh Jimin pada Seonmi.

"Huh? Semua pembelajaran ini, semua tentang merk wajan juga panci yang bagus dipakai, tentang sayur mana yang kau sukai dan yang tidak kau sukai, lalu bahan makanan apa yang bisa membuatmu alergi. Hei, Bung! Semua ini tentangmu, kau lupa? Yang mengajakku menikah itu kau, Tuan Kang Jimin?!" protes Seonmi.

Gadis itu mencoba sekuat tenaga terlihat angkuh agar menutupi kegugupannya. Karena saat ini, ia sedang bersitatap langsung dengan sisa bulir-bulir air yang mengalir di atas jakun seksi milik Jimin. Ya, yang sempat membuatnya terpaku dua menit yang lalu.

"Oh, Nona ... apa kau juga lupa, kalau aku membayarmu untuk semua itu?" ejek Jimin.

"Ahaa? Kau begitu, mulai sekarang kau tak perlu membayarku. Aku akan mengembalikan uangmu dan pergi dari sini secep-"

"Siapa yang membayar siapa di sini, Jimin?" sela nenek Han.

Wanita tua itu menyela, menaikkan dahinya penasaran. Melirik bergantian presensi Seonmi dan cucunya.

"Aku membayar Seonmi, Nek."

Ujaran Jimin sontak membuat Seonmi membulatkan matanya, menatap tajam sosok pria Kang itu. Gila, pikirnya. Apa Jimin benar-benar akan membongkar semuanya secepat ini?

(Un)Forgotten Wedding [M]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang