Bagian dua belas [M]

915 85 35
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.
.

Warning!!

Wanita paruh baya itu mencengkram lengan Hajoon lalu menyeretnya hingga ke gerbang mansion. Tak mengindahkan isak pilu dari sang putri di cekalan dua penjaga memohon agar melepaskan Hajoon yang tengah meronta hingga suaranya terdengar parau.

Sungguh, Kang Mina tidak pernah menemukan sisi lain ibunya yang seperti sekarang. Hanya karena apa, Hajoon yang buta sebelah? Tidak masuk akal. Nasib buruk apa yang akan dibawa anak sepolos Hajoon? Mina tahu ibunya ini kerapkali berpikiran kuno seperti memasang jimat keberuntungan usai membeli mobil baru atau melakukan ritual pengusiran setan dengan memanggil pendeta jika bungalow baru, tapi memperlakukan Hajoon yang notabene seorang balita sedemikian rupa, Mina jadi curiga, apa mungkin tubuh ibunya ini sedang dirasuki roh jahat?

Tangis Mina bertambah pecah saat sang ibu melepas cengkramannya pada lengah Hajoon hingga anak itu tersungkur di atas aspal. Lutut Hajoon sampai tergores permukaan jalanan yang kasar dan mengeluarkan darah. Yang lebih membuat Mina merasa bersalah, setelah bangkit dari jatuh, anak itu bahkan sempat mencari-cari sebuah sapu tangan yang ada di tas kecilnya, mengusap air mata yang membanjiri pipi, kemudian masih dengan sesenggukan ia meniup-niup luka yang terdapat di lututnya.

"Apa kau tidak berpikir dulu saat membawa sebuah barang cacat ke dalam mansion kita?!" murka Kang Mirae dengan mata memerah. "Kang Mina! Jika setelah ini ada nasib buruk menimpa keluarga kita, ibu tidak segan-segan meminta pertanggungjawaban darimu!"

Plak!

Telapak tangan Seonmi melayang dan mendarat dengan keras di pipi Mina. Gadis itu sontak terkejut sembari memegang pipinya yang terasa panas saat tahu ternyata Seonmi mengikutinya hingga ke sana.

Plak!

Seperti kurang puas, Seonmi menampar gadis itu lagi. Kobaran api amarah tampak sangat jelas di mata ibu dari Hajoon tersebut. Otot-otot wajahnya menegaskan jika Seonmi sudah benar-benar kecewa atas apa yang terjadi.

"Aku sudah percayakan Hajoon padamu, sialan?! Tapi kau bahkan tak bisa menghentikan perlakuan iblis dari wanita tua ini padanya," hardik Seonmi pada Mina yang tengah menunduk sebab merasa bersalah.

"KAU?! Beraninya kau melukai anak perempuanku satu-satunya?"

Tangan itu melayang ke arah Seonmi, namun dengan sigap ia menahannya. Bagaimanapun Seonmi tidak salah sama sekali, ia sudah cukup baik sebab mampu menahan diri untuk tidak langsung menampar wanita tua itu.

"Apa? Kau mau balas menamparku?" tantang Seonmi seraya menekan tangan Mirae hingga perempuan itu terdorong beberapa langkah ke belakang.

Plak!

Namra menamparnya sangat keras. Kini giliran tubuh Seonmi terdorong ke belakang hingga genggamannya pada tangan Hajoon terlepas dan ia terjerembab.

"Kau sangat tidak sopan, Nona. Apa kau lupa, kalau kau berhadapan dengan orang tua?" cerca Namra pada Seonmi. Gadis itu mungkin tidak tahu jika Seonmi jauh lebih tua darinya. Terlebih tinggi badan mereka yang terhitung jauh berbeda. Seonmi mungil dan Namra yang semampai.

"Lalu bagaimana denganku? Wanita iblis ini bahkan terlebih dahulu memperlakukan anakku satu-satunya seperti binatang?! Kau pikir aku sudi anakku datang ke sini jika Mina tidak memaksa?"

Saat tangan Seonmi kembali melayang. Namra memejam rapat. Ia pikir Seonmi berhasil menampar gadis kurang ajar itu, tapi ternyata urung sebab Jimin menahannya.

"Apa yang kau lakukan, Seonmi-ssi?! Apa kau tahu, ini termasuk tindakan kriminal, aku bisa melaporkanmu?!"

"Mama ... lututku berdarah ..., sudah diusap tapi darahnya keluar terus," sela Hajoon di tengah keributan. Mengalihkan semua atensi orang-orang yang berada di situ.

(Un)Forgotten Wedding [M]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang