Bagian tiga puluh

449 75 27
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.
.

Usai Hajoon memperkenalkan diri, pelatih Lee kemudian menyuruhnya untuk duduk berhadap-hadapan dengan Jimin dan juga Taehyung. Tidak sekali pun ia melepas tatapan ke arah gadis kecil di atas pangkuan pria yang juga pernah ia panggil papa itu.

Ada gelenyar aneh di sudut kecil hatinya. Hajoon berusaha menutupi ekspresi terkejut sebaik mungkin. Pantas saja terasa tidak asing, pancaran mata Jimin begitu khas. Mereka bertemu kemarin, di minimarket. Jimin sedang mabuk dan memberinya keranjang belanja. Penampilan pria Kang itu berubah 180°, wajar saja Hajoon tidak mengenalinya sama sekali.

Hajoon bertanya-tanya mengenai gadis yang terlihat sangat manja pada Jimin itu. Sangat jelas, manakala Jimin tak segan membalas rengekan gadis kecil itu dengan perhatian yang berlimpah. Hajoon menatap keduanya dengan tatapan terlampau dingin. Untuk kali ke-dua setelah kejadian di lampu merah pagi ini Hajoon merasa kecewa.

Jimin .... Jimin sama sekali tidak mengenalinya. Hajoon memang tidak mengenali pria itu sebab penampilan yang berubah drastis, tapi Hajoon? Pria kecil itu bahkan meminta sang ibu untuk tidak mengubah gaya rambutnya lima tahun terakhir. Jimin sudah melupakannya. Jimin juga terlihat sudah bahagia bersama anak lain. Apakah itu anak dari perempuan yang duduk di samping Jimin sesaat sebelum kecelakaan yang membuat ibunya melahirkan Hodu lebih awal?

"Anda tahu, anak ini sampai mendapatkan julukan Haseungja oleh teman-temannya. Bukan tanpa alasan, dia memang sang pemenang."

"Aah, ya aku mengerti. Ha diambil dari dua huruf pertama namanya, dan seungja dari kata Useungja yang berarti pemenang. Apa tebakanku benar?"

Gelak tawa pelatih Lee dan manajer Han terdengar cukup keras. Melihat itu, Hajoon hanya mengulum senyum tipis. Hajoon tahu betul jika Jimin curi-curi pandang ke arahnya sedari tadi. Namun ia langsung teringat sang ibu. Hajoon sudah berjanji, bahwa dia akan membuktikan pada dunia, termasuk Jimin, bahwa dia sanggup bahagia tanpa sosok ayah di sisinya.

"Aku bahkan belum pernah mendapatkan juara 1 di olimpiade yang pernah kuikuti, Pelatih Lee. Anda berlebihan."

"Itu tidak berlebihan sama sekali, Jin Hajoon. Kau memang hebat," puji Taehyung.

"Jadi begini, kami kemari karena ingin merekrutmu sebagai model produk pakaian dalam yang akan kami luncurkan bulan depan. Kau atlet renang hebat. Selain kacamata dan juga topi renang, orang-orang yang mengagumimu mestinya akan memerhatikan pakaian dalam yang kau pakai," Taehyung menjelaskan secara rinci.

"Hah?"

"Maksudku, baju renang yang kau pakai biasanya, 'kan, berbentuk hampir mirip seperti celana dalam. Jadi ya ... begitulah."

Hajoon terdiam matanya bergerak ke sana kemari dengan cemas ketika ia mencoba untuk melirik Jimin yang ternyata juga sedang menatapnya. Jemarinya bergerak gelisah. Hajoon tampak sedang menimang-nimang sesuatu.

"Pelatih Lee. Bukankah kemarin anda sudah berbincang dengan ibuku?" Hajoon bertanya pada Lee Sangwoo sang pelatih.

"Jadi ibumu tidak memberitahu?"

"Apa?"

"Ibumu bilang dia ingin kau yang memutuskan."

Hajoon terhenyak. Ia berkedip berkali-kali karena merasa aneh. Seonmi tidak menceritakan apa pun padanya. Apa itu merupakan isyarat jika sang ibu  mengijinkannya untuk tampil di media?

"Maaf, Tuan Manajer, saya akan menolak. Saya tidak bisa."

Taehyung terkejut, "tapi kenapa?" tanyanya.

(Un)Forgotten Wedding [M]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang