Selamat membaca 💜
.
.
.
.
."Aku membuat minuman segar."
"Kau sudah makan lagi?"
"Belum, melihat nasi saja perutku langsung bergejolak tidak nyaman."
"Kau harus makan, kau harus menjaga kesehatanmu dan Hodu-ku."
"Ya, Dokter Song, yaaa. Aku akan makan."
"Apa aku perlu ke sana?"
"Oh! Tidak-tidak, jangan! Bukankah kau bilang ada jadwal operasi sore ini?"
"I-iya ...."
"Aku sudah lebih baik. Jangan terlalu dipikirkan, ada papa Hajoon di sini."
Sembari menemani Hajoon bermain lego di ruang tamu, Jimin diam-diam mengamati Seonmi yang sedang bertelepon dengan seseorang dari jauh. Jimin tidak bisa memastikan siapa lawan bicara Seonmi, tapi perbincangan mereka berdua sungguh menyita seluruh atensinya. Pasalnya, tidak sekali dua kali Seonmi tampak tersenyum manis bahkan terkekeh bebas. Bisa dibilang Seonmi seolah sibuk dengan dunianya sendiri tanpa menghiraukan presensinya di sini.
"Wahhh! Perempuan itu bahkan langsung cengengesan hanya dalam hitungan detik setelah berhasil menelepon seseorang. Apa ia lupa wajahnya yang pucat pasi beberapa menit lalu? Siapa yang menemaninya kalau bukan aku?"
"Hajoon," sahut Hajoon.
Jimin menunduk, melihat ke arah Hajoon dengan tersenyum jenaka setelah berhasil menginterupsinya.
"Iya, Sayang. Ada apa?"
"Hajoon yang selalu menemani mama saat adik bayi sedang nakal. Saat adik bayi dalam perut mama membuat mama muntah-muntah biasanya nenek yang akan memijat punggung mama, tapi karena sekarang ada Papa di sini. Siapa lagi yang harus melakukan itu kalau bukan Papa? Papanya Hajoon, kan, papanya adik bayi juga."
"Hah? Apa?"
"Mama bilang, saat perut mama terisi terlalu banyak makanan, maka adik bayi dalam perut akan merasa sesak. Karena itulah adik bayi akan menendang-nendang makanan yang sudah masuk ke perut mama sampai keluar," Hajoon menerangkan secara polos.
Jimin melongo tidak percaya. Entah mengapa ia merasa apa yang dikatakan anak itu mengandung sedikit sindiran. Untuknya? mungkin. Ia seperti ditampar halus dan matanya dibelalakkan lebar-lebar secara perlahan.
Ah, apa morning sickness yang dialami seorang ibu hamil itu benar-benar ada? batinnya.
"Hajoon-ie tunggu di sini sebentar, ya. Papa akan mengambil minum sebentar," dalih Jimin. Sebenarnya pria itu tidak haus sama sekali. Namun ketika ia melihat sebuah teko kaca berisi air mineral di dekat Seonmi, dan rasa hausnya muncul tiba-tiba. Aneh? Iya, itu hanya alibi untuk mendengarkan percakapan apakah yang membuat Seonmi mengeluarkan senyum lebarnya.
"Mau jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, besok?"
"Eum, tapi besok Hajoon sekolah. Oh, Benar!" Seonmi menjauhkan ponsel sembari menutupi lubang speaker-nya. "Bukankah papa Hajoon di sini? Ya, aku bisa memintanya menjemput Hajoon," ujarnya antusias.
"Bagaimana, Mamanya Hodu? Kau temani aku beli baju, ya."
"Wahhh. Tubuhmu hanya satu, kenapa butuh banyak sekali baju?"
"Kau menolakku?"
"Bisa, tapi jangan terlalu lama, ya. Kau yang paling tahu, sejak kehamilanku memasuki bulan terakhir di trimester pertama ini, aku jadi mudah lelah. Padahal dulu saat hamil Hajoon tidak sampai begini."

KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Forgotten Wedding [M]✅
Fanfiction[Finish] Kang Jimin tidak pernah menyangka, mantan istri palsu yang ia nikahi empat tahun lalu itu tiba-tiba muncul di tengah pesta pertunangannya. Memporak-porandakan impian akan masa depan cerah yang telah ia rajut apik bersama sang kekasih tercin...