Bagian sepuluh

459 81 19
                                    

Selamat membaca 💜
.
.
.
.
.
Mohon maaf ada kesalahan teknis, kepencet tombol unpub. Jadi aku publish ulang deh🙏🙏

"Kudengar, sekitar dua hari lalu kau pergi ke rumah sakit. Apa yang kau lakukan di sana, tuan Kang?"

Pertanyaan itu membuat Jimin menolehkan kepalanya. Namra menatapnya penuh binar diiringi bibir yang dikerucutkan—gemas. Saat menatap ke dalam mata indah gadis itu, Jimin berusaha untuk mengutas senyum sebagai balasan. Berakhir mengelus puncak kepala gadis itu dengan lembut.

Mereka berada di sebuah pusat perbelanjaan, sekarang. Sudah menjadi rutinitas Jimin untuk menemani tunangannya itu berbelanja tiap Sabtu pagi. Selain wajah yang cantik dan tampan, proporsi tubuh keduanya yang semampai tak jarang juga mengundang tatapan penuh kagum oleh orang-orang di sekitar mereka. Sungguh pasangan yang cocok. Ketika mereka berjalan sambil bergandeng mesra, banyak yang menduga jika mereka adalah pasangan pengantin baru.

"Hanya seseorang yang Mina kenal. Anaknya demam dan harus dirawat inap. Kebetulan Mina memintaku untuk menjemput, karena mobilnya sedang di bengkel."

"Mina ... berteman dengan seorang ibu-ibu?" tanya Namra heran sembari menghentikan langkahnya.

"Bukan berteman, Sayang. Hanya kenal," tampik Jimin. Oh, mustahil saja memberi tahu Namra siapa Seonmi. Lagipula sudah terlanjur Jimin mengubur masa lalu itu dalam-dalam. Selagi Seonmi maupun Minwoo tidak buka suara, Jimin yakin tragedi empat tahun yang lalu itu tak akan terungkap.

Sebenarnya dibanding Seonmi. Jimin lebih takut jika yang mengungkapkan rahasia itu adalah Minwoo. Seonmi tidak memiliki bukti apa pun misal wanita itu tiba-tiba saja mengaku pernah menikah dengannya. Sangat mudah untuk menyingkirkan Seonmi dengan melaporkannya atas tuduhan pencemaran nama baik. Ya, itu saja sudah cukup. Seonmi tak akan mampu berkutik lagi.

Namun, tidak dengan Minwoo. Pria yang usianya terpaut dua tahun dari Jimin itu satu-satunya ancaman terbesar. Jika pun ingin mencegah hal buruk terjadi padanya. Maka ia—Kang Jimin harus menjauhkan Minwoo dari Seonmi.

Kala mengalihkan pandangan dari Namra untuk menyembunyikan gelagat bohongnya, mata Jimin menangkap presensi seseorang yang tampak familiar. Jimin mengerutkan dahi untuk mengingat-ingat. Sejemang usai mengetahui siapakah gerangan itu, Jimin melotot tidak percaya. Mulutnya ternganga  hendak mengucap suatu kata sebelum akhirnya teguran Namra menyela.

"Apa yang kau lihat, Oppa?"

"Huh? Apa? Kau mau beli apa?" tanya Jimin. Namra mengerucut kesal.

"Apa yang kau lihat? Apa perempuan di sana itu seseorang yang kau kenal?" Jimin terhenyak.

"Iya, aku mengenalnya. Oh? Tidak, bukan! Maksudku, aku mengenal pria yang bersamanya."

"Kau terlihat aneh!"

Mengabaikan Namra yang berdecak kesal, Jimin kembali termangu untuk mengumpulkan segala asumsi yang berhasil mengusik pikirannya secara mendadak. Jimin yakin matanya masih berfungsi dengan baik begitu pula ingatannya. Jimin ingat betul pria yang baru saja ia lihat bersama wanita dengan perut buncit di sebuah toko pakaian bayi tadi adalah pria yang sama, yang ia temui di rumah sakit dua hari lalu. Pria dengan mata monolid yang Mina sebut-sebut sebagai ayah Hajoon.

Lantas, kenapa pria itu ada di sana dengan seorang wanita hamil? Pria itu juga tidak terlihat sebagai pegawai. Mereka juga tampak saling melempar senyum. Benar-benar seperti pasangan muda yang sangat antusias akan kelahiran anak pertama mereka. Lalu, bagaimana dengan Hajoon? Bukankah Mina bilang pria itu ayahnya Hajoon? Sebenarnya Seonmi atau perempuan hamil itu yang jadi selingkuhannya? Jimin berpikir keras.

(Un)Forgotten Wedding [M]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang