Bagian empat belas

460 84 16
                                    

Selamat membaca 💜
.
.
.
.
.

Saat menyetujui alasan Jimin mengapa mereka harus berbincang dengan kepala dingin, tak sedikit pun Seonmi merasa tenang. Ia tahu, Jimin itu tukang manipulasi dan pembohong ulung. Bahkan setelah menidurinya beberapa saat yang lalu, pria itu masih saja berniat menutupi tentang bagaimana ia begitu brengsek di masa lalu.

Jikalau Jimin mengatakan mengenai melanjutkan kehidupan masing-masing, itu sama sekali tidak berlaku bagi Seonmi.
Mungkin Jimin juga melewati masa duka panjang karena meninggalnya Nyonya Han setelah satu tahun koma. Namun Seonmi menderita lebih dari itu. Setelah dengan terpaksa kembali menuruti sang ibu untuk menjadi jalang VIP dan berakhir dinyatakan hamil. Ia juga hidup sendirian di Seoul setelah memutuskan untuk mempertahankan kandungannya.

Tak jarang menerima lirikan jijik dari orang-orang saat dengan rutin memeriksakan kondisi bayinya ke klinik ibu dan ank seorang diri tanpa suami. Sebenarnya hal tersebut bukan masalah besar bagi kebanyakan orang di Seoul, terlebih umurnya juga lebih dari cukup untuk memiliki seorang anak. Akan tetapi, bekas-bekas pearcing di telinga dan ujung bibirnya itulah yang kerap kali membuat Seonmi mendapatkan tatapan kurang suka dari ibu-ibu. Seperti pelacur, kata mereka, tapi Seonmi bisa apa? Menambalnya? Lelucon yang bagus.

Juga ketika ingin memigrasi nama Hajoon ke dalam marga miliknya. Mau tidak mau Seonmi harus melalui serangkaian proses dan interogasi mendalam di kantor pelayanan masyarakat.

Andai ... andai saja Jimin waktu itu mau menolongnya.

"Eonni ... aku minta maaf atas nama oppa," Mina menunduk setelah mengusap pipinya yang basah. Seonmi memandanginya dengan tatapan kosong. Mendadak ia menyesal telah melayangkan tamparan keras pada gadis di sampingnya ini tadi pagi.

"Baik, aku akan bertanggung jawab."

Seonmi dan Mina mendongak secara bersamaan, memperhatikan Jimin dengan kilat harapan.

"Aku akan memenuhi semua kebutuhanmu dan Hajoon usai tes DNA menyatakan bahwa dia adalah murni darah dagingku."

Mina terkejut, "apa?" tanyanya.

"Aku tidak mungkin membatalkan pernikahanku dengan Namra," jawab Jimin sarkastik.

"Kau bilang akan bertanggungjawab, Oppa?!" sergah Mina.

"Aku akan bertanggungjawab jika Hajoon memang anakku, Mina. Jika tidak terbukti, maka Hajoon bukanlah sesuatu yang wajib aku pertanggungjawabkan."

"Bagaimana dengan yang tadi? Kau telah memperkosanya, bagaimana jika dia hamil?"

"Dia mabuk dan menggodaku."

Menatap wajah damai Hajoon di atas pangkuan Mina membuat Seonmi mendadak putar otak. Kekesalan dalam dirinya mengenai perlakuan kejam yang Hajoon terima dari ibu kedua orang di hadapannya ini kembali menyeruak.

Perempuan itu tidak berpura-pura pasal tangisan pilunya beberapa menit yang lalu. Kekecewaan itu nyata, tapi di sisi lain ia sendiri juga tidak ingin Jimin memandangnya sangat rendah seolah-olah mengemis cinta dan pengakuan pria itu. Seonmi cukup tahu diri jika perasaannya pada pria Kang itu baik empat tahun llu maupun sekarang tak pernah terbalaskan. Maka dengan lemas ia menumpukan telapak tangannya yang dingin di atas punggung Mina untuk mengambil alih sejenak atensi gadis itu. Lantas mempertahankan wajahnya yang sayu tampil.

"Jimin-ssi, tapi kau berjanji akan menceraikanku setelah kontrak kita berakhir."

Jimin memijat kepalanya, "hanya karena itu? Kita bisa bercerai kapan saja, Seonmi-ya. Bukan berarti aku harus sekarang juga membatalkan pernikahanku," tukasnya.

(Un)Forgotten Wedding [M]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang