Bagian delapan belas

379 75 13
                                    

Selamat membaca 💜
.
.
.
.
.

"Aku yang beruntung, mendapatkan pria seperti Minwoo oppa."

Gadis bersurai pendek sebahu itu tersipu. Rona merah di pipinya tak luput dari lirikan Seonmi. Perempuan itu lantas terkekeh kecil. Gemas akan tingkah laku bibi dari sang putra. Kemudian matanya bergerak-gerak ke sana kemari, mencari gerangan Hajoon yang entah sejak kapan sudah menghilang dari jangkauannya.

Wajah manisnya berubah panik saat mendapati sosok Hajoon yang tidak berhasil ia temukan sejauh mata memandang. Seonmi beranjak bangun, sedikit menjinjit barangkali Hajoon berada di antara orang-orang tinggi, tapi nihil, Hajoon tidak ada di mana-mana.

"Mina-ya, di mana Hajoon?" tanya Seonmi panik.

"Bukankah Hajoon di ... sana, oh ... astaga! Eonni! Di mana Hajoon?"

"Aku sudah bertanya padamu, bodoh!" hardik Seonmi gamblang. Ia tampak sangat khawatir. Raut wajahnya memucat, cemas bukan main.

Dua perempuan itu berlarian ke sana kemari. Meneriakkan nama Hajoon tak henti mereka lakukan, sesekali bertanya pada seseorang dengan menunjukkan potret Hajoon yang kebetulan baru saja Mina ambil sesampainya di taman beberapa saat lalu.

"Hajoon-ah! Hajoon-ah!" teriak Mina. Sampai akhirnya atensinya terpaku pada Hajoon yang tampak tengah berbincang dengan sesesok pria berjas abu-abu dan rambut memutih.

"Hajoon-ah, imo mencarimu ke mana-mana. Kau tahu, mamamu sedang—Kakek?"

Pria tua itu menoleh. Mina spontan memanggil sebutan itu karena netranya refleks menangkap pergelangan yang dililit jam tangan berwarna perak. Bagaimana tidak tahu, itu jam tangan yang sama yang Mina hadiahkan pada sang kakek beberapa bulan lalu.

"Mina Imo!" pekik Hajoon. Tanpa menunggu lama, Hajoon berhambur ke dalam pelukan Mina. Kang Suhyeok mengernyit heran. Mimik wajahnya seolah bertanya siapa anak ini? pada sang cucu. Mina membalas dengan tatapan yang sulit diartikan. Tuan Suhyeok lantas berdiri, mengusap lembut punggung Hajoon yang condong ke arah Mina. Bocah itu meletakkan kepalanya di pundak Mina dengan manja.

"Jadi, kenapa kau memanggil cucuku dengan sebutan Imo, heum?"

Hajoon menegakkan badannya dengan kepala menoleh ke belakang. "Huh, cucu?" tanya Hajoon heran, "aku bukan cucumu," tukasnya.

Mina mengernyitkan dahinya. Sejemang kemudian terkekeh kecil sebab menyadari bahwa pria kecil dalam gendongannya ini tidak paham betul apa yang dikatakan sang Kakek.

"Hajoon-ah, yang cucunya kakek ini adalah imo," jelas Mina sambil mengulas senyum karena merasa gemas.

"Apa itu berarti papaku juga cucunya kakek ini?" tanya Hajoon polos.

Mina stagnan. Pandangannya berubah kosong seperti sebuah ponsel yang baru saja dimuat ulang. Bodoh! Bagaimana bisa aku setolol ini? Umpatnya dalam hati. Mengungkapkan fakta bahwa ia adalah cucu dari Kang Suhyeok pada bocah secerdas Hajoon bukanlah keputusan yang baik. Mengapa ia lupa tentang itu?
Pertanyaan itu pun sontak mengundang tatapan penuh tanda tanya dari tuan Suhyeok pada Mina untuk kedua kalinya.

"Jimin?" terka tuan Kang.

"Iya," jawab Hajoon sambil mengangguk. "Papaku itu namanya Kang Jimin, kakaknya Mina Imo," sambungnya antusias.

Netra tuan Kang lantas melotot tidak percaya. Beradu pandang dengan Mina selama beberapa detik sebelum akhirnya dibuyarkan oleh Seonmi yang merebut Hajoon dari gendongan Mina secara tiba-tiba. Seonmi tidak mengucap satu kata pun. Tidak pula melihat ke arah tuan Suhyeok. Perempuan itu langsung hengkang dari sana dengan langkah kasar.

(Un)Forgotten Wedding [M]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang