Hangat, sepasang mata yang tertutup rapat enggan untuk terbuka sebab ketenangan yang sederhana menjinakkan iblis dalam jiwanya.
"Biarkan aku mengobati luka phi, na?"
Mew tersenyum, "hm."
Brak!!!
"Mew?" ujar seorang laki-laki yang masuk secara tiba-tiba dengan wajah panik dan nafas terengah-engah.
"Kenapa kau berlari?" tanya Mew seraya tersenyum tipis pada pria yang masih mengenakan jas berwarna putih.
"Lalu aku harus bagaimana? Gadis baik hati ini menelpon ku dan mengatakan bahwa sahabatku baru saja mengalami kecelakaan." jelas Tu panjang lebar hampir tak berjeda.
"Mana? Coba ku lihat, apa kau terkejut? Shock? Bagaimana perasaanmu?" tanya Tu beruntut dengan dirinya melangkah lebih dekat ke arah Mew.
"Tunggu sebentar," pinta gadis itu pada Mew yang duduk tegak dengan luka sayat pada lengan atas dan Tu yang memeriksa keadaan Mew.
"Kau mau kemana?" cegah Mew menggenggam lengan si gadis yang baru saja tersipu.
"Phi," ucapnya seraya memegang tangan Mew dengan penuh kehangatan. "Aku harus menjahit luka yang ada di tangan phi, sebelum itu tangan phi harus di bius."
"Tanpa dibius pun tidak akan sakit, asal Kana disini." sahut Mew seraya menggenggam lengan orang di sampingnya, mengabaikan kehadiran Tu yang juga panik akan keadaannya.
Mew membuka mata dengan ibu jarinya yang mengusap punggung sebuah tangan, ada yang keliru untuk saat ini.
Brak!!!
"Argh!" ringis Gulf sesaat setelah Mew menepis tangannya.
Gulf yang terbangun akibat sikap kasar Mew langsung menggenggam tangannya yang terasa kelu setelah terbentur meja. "Phi baik-baik saja?"
"Berani-beraninya kau menyentuhku." geram Mew dengan napas berat ketika ia bangkit untuk duduk.
"M-maaf phi, tapi tadi malam phi mabuk, phi meracau semalam. Gulf tidak bisa membawa phi ke kamar phi, jadi Gulf membaringkan phi di atas sofa. G-Gulf hanya ... phi yang memegang tangan Gulf." jelas Gulf yang sangat lirih di akhir kalimat.
Mew tersenyum miring, meremehkan manusia rendahan yang sejak tadi malam rela berada di lantai demi merawatnya.
"Aku? Menggenggam tangan mu?" Mew tertawa kecil.
Gulf menundukkan kepalanya. Gulf tidak melupakan perkataan Mew apapun itu, tapi ia sama sekali tak menyentuh Mew. Mew yang memulai, Mew memeluk Gulf dan menggenggam tangannya dengan sangat erat.
"Dengar!"
Gulf segera mendongak, menatap wajah sang suami.
"Telingamu masih dua, semuanya normal, kan? Gunakan sesuai fungsinya!"
"I-iya, phi."
"Kau terluka?"
Gulf menyembunyikan tangannya yang terbalut perban ke belakang punggung, apa terluka juga tidak boleh? Ini sama sekali bukan kesengajaan.
"Kau tidak mendengarku? Ingin ku buat tuli sungguhan?"
"T-tidak, phi. Gulf baik-baik saja," ucap Gulf bohong seraya menggeleng cepat.
"Pertama kau menyentuhku, kedua kau tidak mendengarku, lalu kau berbohong?"
"Ini hanya luka kecil, phi. Terkena beling dari mangkuk yang pecah, Gulf tidak sengaja menjatuhkannya. Lukanya tidak sakit, Gulf baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fanfiction"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...