Bagian 27

3.1K 349 92
                                    

"Ayah!!!" sentak Tay ketika Bayu mencengkram lengan Gulf yang terluka.

"Ayah, sakit." lirih Gulf serama memejamkan mata rapat-rapat.

"Sudah cukup baik bagimu untuk tinggal di keluarga kaya, kenapa sangat sulit untuk bertahan di sana? Tidakkah kau ingin membalas jasa Ayah yang sudah membesarkan anak sepertimu?" tanya Bayu.

"Ayah, bicara saja pelan-pelan, tangan Gulf terluka." ujar Tay yang tengah di tahan oleh Sara.

Bayu menoleh ke arah Tay, lalu tersenyum sejenak. "Dengar? Kakakmu tidak pernah melakukan ini sebelumnya, tapi dia menarikmu pulang saat Mew bahkan berlutut di hadapanmu."

"Ayah, maaf." Gulf tidak sanggup lagi, ia benar sakit secara menyeluruh.

"Jika tidak menghasilkan keuntungan bagiku, untuk apa membesarkan anak?" tanya Bayu.

"Ayah, jangan lakukan ini pada Gulf!" ujar Tay.

Plak!!!

Tidak ada ringis atau rintihan rasa sakit. Meskipun tangan Bayu terasa kebas usai memukul Gulf, Gulf hanya bisa memejamkan mata meredam rasa sakitnya.

Memar dimana-mana, sakit itu tersebar merata. Seberapa banyak pun Bayu akan memukul Gulf, Gulf kira ia sudah cukup kebal.

"Ayah, cukup!!!" sentak Tay.

"Karenamu Tay menjadi sangat berani, bagaimana kita menjinakkan anjing yang mulai liar?" tanya Bayu.

"Kalau Ayah marah pada Tay, pukul Tay! Jangan menyakiti Gulf!" ujar Tay yang mulai menepis genggaman sang Ibu.

"Maju satu langkah, dekati adikmu dan kau akan melihatnya terdiam dalam waktu yang cukup lama." ancam Bayu.

"Ayah gila!" umpat Tay.

"Kita semua gila, Tay. Ayah cukup gila karena tega memukul Gulf, dan kau cukup gila karena membangkang ucapan Ayah padahal kau tau Ayah akan melakukan apa pada Gulf di setiap pembelaan yang kau lakukan. Diam di samping Ibumu, jika kau sayang adikmu."

"Ayah sudah melakukan ini sejak kami kecil, kami bukan anak-anak lagi, Ayah. Tolong berhenti!"

"Ayah tau, Tay sudah cukup dewasa."

"Apa salah Gulf? Kenapa melakukan ini?" tanya Tay lirih.

"Gulf tidak pernah salah, kau tau kalau adikmu pintar. Kesalahannya adalah kau, Tay. Kau terlalu tidak berguna untuk di andalkan, tapi Ayah sangat menyayangimu karena kau anak pertama. Mungkin jika Tay tidak bodoh, Ayah tidak akan memaksa Gulf untuk menjadi pintar. Jika Tay bukan pembangkang, Ayah tidak akan memaksa Gulf untuk menurut. Jika Tay bisa membuat Ayah bangga, Ayah tidak akan kecewa pada Gulf. Mengerti sekarang?"

"Tidak, Tay tidak mengerti dan Tay tidak ingin mengerti." ujar Tay, Bayu pasti sedang membual. Jika semua ini hanya tentang keburukan Tay yang Bayu tidak suka, seharusnya Bayu menekan Tay, bukan menyiksa Gulf.

"Kau dengar? Kakakmu tidak ingin mengerti." ujar Bayu pada Gulf.

"Apa yang Ayah lakukan pada Gulf, Tay akan lakukan itu pada diri Tay sendiri. Jika Ayah membuat Tay kehilangan Gulf, Ayah juga akan kehilangan Tay!" ancam Tay yang bahkan tak berani bergerak dari tempatnya berdiri.

"Begitu?" tanya Bayu yang mulai meraih vas kaca yang ada di rak.

"Ayah, jangan!" sentak Tay frustasi.

Gulf mulai melangkah mundur ketika Bayu mendekatinya, hingga Gulf sadar bahwa ia tak bisa menghindar dari takdir kebencian yang mengelilinginya. Jika mati adalah satu-satunya hal yang Bayu inginkan, maka terbunuh oleh Ayah kandungnya bukan hal besar untuk Gulf.

HIRAETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang