Bagian 10

2.3K 246 31
                                    

Jas yang terlihat berkilau dengan kesederhanaan elegant berjajar rapi. Di dalam sebuah toko yang ukurannya cukup luas, Gulf sibuk memilih apa yang mungkin cocok untuk dikenakan olehnya dan Mew nanti.

Ada banyak warna yang menarik, semuanya cerah dan cantik. Tapi, hal yang Gulf tau tentang Mew hanyalah warna gelap, hitam yang kelam.

"Nak Gulf, pilih mana saja yang kalian suka, Papa yang traktir," ujar Agas yakin.

Gulf mengangguk pelan mengiyakan apa yang Agas katakan. Jujur, sebenarnya Gulf tertarik dengan setelan jas berwarna putih, pasti akan bagus untuk Mew jika ia bersedia mengenakan warna lain untuk dirinya.

"Menurut Phi, mana yang Phi suka?" tanya Gulf dengan sedikit mendongak untuk menatap wajah Mew.

"Pilih saja yang kau mau," ujar Mew acuh.

"Bagaimana jika Phi Mew tidak suka dengan pilihan Gulf?"

"Jangan banyak bicara, pilih saja satu." sahut Mew dingin.

Gulf tersenyum tipis. Lirikan matanya perlahan tertuju pada setelan jas berwarna hitam, di samping itu terdapat juga setelan lain, sebuah kemeja yang memiliki beberapa tali pada lengannya. "Jika aku dan Phi Mew mengenakan itu, kami mungkin akan terlihat seperti pasangan mafia?" batin Gulf gemas.

Mew menghela napas pelan, menatap Gulf yang menoleh sebab matanya yang berbinar terpana akan dua pasang pakaian tak jauh dari mereka.

"Pilih pilihanmu," ucap Mew mengingatkan.

"I-iya Phi."

••• • •••

"Terimakasih banyak, silahkan berkunjung lain waktu." ucap petugas kasir seusai keluarga Ilario menyelesaikan pembayaran.

Masih dengan lengannya yang di gandeng oleh Gulf, Mew berbalik untuk menghadap ke arah Agas. "Kami harus pulang sekarang," ucap Mew.

"Sebentar lagi jam makan malam, kenapa kita tidak makan malam bersama saja sekalian?" protes Namtarn.

"Tidak bisa," balas Mew. Dari balik dinding toko yang berbahan kaca Mew bisa melihat bagaimana keadaan di luar, Mew tidak ingin bertemu dengan hujan. Mew harap ia dapat segera pulang sebelum mendung menumpahkan bebannya.

Sebab, dulu Kana sangat menyukai hujan, dan gadis itu kehilangan nyawanya di bawah huyuran hujan. Mew tak bisa melupakan Kana, cinta pertamanya yang berkhianat.

"Phi Mew! Kita sudah jarang bertemu, apa salahnya makan malam keluarga?!"

"Aku tidak mau."

"Baiklah, kalau Phi Mew menolak, Namtarn tidak akan makan."

"Terserah."

"Baiklah, izinkan Namtarn mengajak Phi Gulf ke satu tempat sebentar saja. Papa, Mama dan Phi Mew tunggu disini." ujar Namtarn kemudian.

"Pa, Ma. Kami pulang," pamit Mew seraya berlalu pergi bersama Gulf yang masih menggandeng lengannya.

Pergi diantar matahari, lalu pulang di sambut bulan. Keadaan parkiran menjadi remang dengan bantuan lampu yang menyorot tak terlalu terang.

Di bawah redupnya setitik cahaya, Mew melepaskan tanggapan Gulf dengan teramat kasar. Seolah sebelumnya Mew tak pernah meminta digenggam, kini Mew memberontak ingin dilepaskan.

"Phi," ucap Gulf pelan.

"Selesai sudah sandiwaranya, tidak ada penonton lagi di sini."

Brak!

HIRAETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang