Decitan nyaring memekakkan telinga saat Tu menutup pintu kaca. Sepasang kaki miliknya terasa amat lunglai, rasanya seperti hampir gila saat melihat banyaknya cinta yang mengelilingi Mew.
Tidak, Tu tidak iri, Tu hanya tidak ingin hal yang sama terulang pada Gulf. Jika sesuatu terjadi, Gulf mungkin akan terluka lebih parah dibandingkan dengan Kana.
Tok tok tok.
Ketukan pintu membuyarkan pikiran Tu. "Masuk!" ujar Tu mempersilahkan.
Badan tegap dari sosok yang berwibawa terlihat samar dari balik kaca. Ketika pintu terbuka, Tu memasang senyuman ramah sebelum mempersilahkan kepada Joss untuk masuk dan duduk.
"Bagaimana kabarmu, Tu?" tanya Joss.
Tu mengangguk pelan. "Aku baik, bagaimana denganmu?"
"Kau tau bahwa aku tidak pernah baik-baik saja setelah kehilangan kakakku, aku lebih gila dari pada Mew, tapi kau membantuku untuk menjadi lebih baik."
Tu tersenyum bangga pada Joss, pria yang tinggal bersama dengan Kana di panti asuhan, keduanya seperti saudara, dan Tu memilih untuk akrab dengan Joss usai trauma mendalam pada kecelakaan Kana.
"Kau menemui Gulf hari ini? Ku dengar dia dirawat di rumah sakit ini." ujar Joss.
"Iya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menemuinya. Aku tau aku hanya memancing amarah Mew."
Joss menunduk menatap meja kaca yang memantulkan bayangan Tu. "Kapan kau akan memberitahu pada Mew tentang yang sebenarnya?" tanya Joss kemudian.
Tu melirik wajah murung di hadapannya. "Tentang apa?"
"Tentang kau dan Phi Kana, tentang hubungan kalian dan keadaan Phi Kana."
"Joss, aku pikir aku sudah memintamu untuk melupakan itu."
"Tu, aku bisa melupakannya jika saja Kana bukan kakakku. Tapi bajingan seperti Mew harus tau kebenarannya." sela Joss.
"Joss, kita sepakat untuk melupakan semuanya. Semuanya sudah berlalu."
"Berlalu untuk Phi Kana, tapi tidak untuk Gulf. Jangan pikir aku tidak mengetahui bagaimana Mew memperlakukan orang itu. Apa kau tidak bisa memprediksi apa yang Mew lakukan pada wajah yang mirip dengan Phi Kana? Mew membenci Phi Kana, kau tidak takut Mew akan melampiaskan semuanya pada Gulf?"
Tu mengepalkan tangannya dengan sangat erat. "Aku tidak bisa memberitahunya."
"Kalau kau tidak ingin buka mulut, biar aku yang mengatakan pada Mew. Aku ingin melihat bajingan itu meyesal dan mengutuk dirinya sendiri."
"Joss!" sentak Tu.
"Aku menghampirimu hanya untuk memberitahumu, bukan meminta izin. Kana adalah kakakku, aku berhak atas kakakku."
••• • •••
Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Gulf akhirnya diizinkan untuk pulang.
Tak ada yang berbeda di rumah besar itu, masih senyap dan sepi.
Gulf menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, semuanya yang ada disini, Gulf merindukannya, terutama Mew.
Di sisi lain, Mew yang akan pulang justru tertahan di parkiran. Sebab, seseorang yang selalu ingin ia hindari tengah bersandar pada mobilnya.
"Selamat sore menjelang malam, Sagara Mew Ilario." sapa Joss hambar.
Mew tidak menjawab, hanya membalas Joss dengan tatapan dingin penuh kejengahan.
"Kabarmu semakin baik setiap hari, apa kau sudah lupa kau pernah melenyapkan nyawa seseorang?" tanya Joss.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fanfiction"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...