"Huwaaa... lucu sekali, Mama pasti suka ini. Lihat saja, Mama pasti menangis besok. Hiks, terimakasih anak-anak Mama yang paling Mama sayangi." ucap Namtarn meniru gaya bicara Hera.
Sementara itu, Gulf hanya hanya bisa tersenyum girang. "Syukurlah jika Mama mungkin suka."
"Sudah selesai sekarang, ayo istirahat, Gulf juga pasti lelah karena berada di dapur seharian." ujar Mew seraya mengusap pipi Gulf, menyeka sisa tepung yang entah bagaimana menempel disana.
"Sebentar, Phi. Gulf simpan kuenya ke dalam kulkas dulu."
"Biar Namtarn saja, Phi Gulf. Phi Gulf melakukan semuanya sendiri sejak tadi." ujar Namtarn mengambil alih sebelum Gulf kembali bertindak.
"Namtarn juga banyak membantu." sanjung Gulf.
"Sudah malam, kenapa kalian tidak menginap saja?" tanya Namtarn seraya menutup kulkas.
"Kami-"
"Phi Mew bilang takut Phi Gulf kelelahan." ujar Namtarn menyela perkataan Mew. "Phi Gulf akan semakin lelah jika harus berkendara lagi, lebih baik menginap disini, jadi Phi Gulf bisa langsung mandi dan istirahat."
Mew menatap Gulf sejenak, saat itu, Gulf juga tengah menatapnya seraya tersenyum.
"Kau tidak keberatan jika kita menginap disini?" tanya Mew.
"Tidak, Phi. Gulf ikut Phi saja." sahut Gulf.
"Bagus! Jadi Namtarn tidak tidur sendirian malam ini." seru Namtarn.
Mew melirik malas. "Apanya?!"
"Karena Phi Gulf ada di sini, Namtarn bisa tidur dengan Phi Gulf."
"Tidak, kau akan mengoceh sepanjang malam, kau tidak akan membiarkan Gulf tidur nyenyak."
Giliran Namtarn yang mendengus kesal. "Namtarn hanya bercanda, Sagara Mew Ilario! Phi Gulf, selamat beristirahat, na." pamit Namtarn dengan sangat lembut sebelum membidik Mew dengan lirikan tajam.
••• • •••
Gulf menghembuskan nafas pelan, dengan tangannya yang masih digenggam hangat oleh Mew, keduanya sampai di sebuah ruangan, kamar Mew ketika ia masih tinggal di rumah ini.
Gulf menyusuri kamar Mew dengan indra penglihatannya, kamar milik Mew cukup luas, dan sangat terang. Ada lemari kaca hampir di setiap sudut, isinya adalah mainan yang terpajang rapi.
"Semuanya mainan milik Phi?" tanya Gulf yang masih takjub.
Mew mengangguk pelan. "Tidak pernah di buang sejak aku kecil, jadi Mama menatanya di dalam lemari."
Gulf tersenyum manis, sudah Gulf duga, ada banyak anak beruntung di muka bumi ini, kehidupan ini tidak kejam, Gulf hanya tidak termasuk kedalam golongan anak yang beruntung.
"Gulf, Gulf bisa mandi di kamar mandi yang ada di kamar ini, aku akan mandi di kamar mandi tamu."
"Dimana itu, Phi?"
"Ada di lantai bawah, aku tinggal sebentar, na?" ucap Mew mengusap lembut kepala Gulf, pria itu kemudian pergi setelah Gulf mengangguk setuju.
Sepemergi Mew, Gulf mulai memasuki kamar mandi, ada kaca yang tak terlalu besar di dalamnya, tapi Gulf bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Gulf memperhatikan pantulan dirinya dengan lekat, tak ada luka lagi wajahnya, tak ada juga rasa sakit. Gulf mulai tersenyum, rasanya asing ketika Gulf menjadi bahagia beberapa hari belakangan, seperti tidak nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fiksi Penggemar"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...