"Angka ini yang warnanya cocok untuk Mama." ujar Namtarn memilih salah satu yang mereka perlukan dan menunjukkannya pada Gulf.
Di dekat etalase yang berisi berbagai macam dekor kue ulang tahun, Tu mulai melangkahkan kaki menyusuri jalan yang menuju ke rak tempat berbagai bentuk lilin terpajang.
Rumor terkait perceraian Mew dan Gulf sudah berlalu beberapa minggu yang lalu, sejak Gulf meninggalkan rumah sakit tanpa sepengetahuan Tu, Tu tak pernah lagi melihat pria manis itu atau mendengar kabarnya.
Tapi sekarang, Tu melihat Gulf lagi. Masih sama seperti pertama kali mereka bertatap muka, Gulf bersinar bak cahaya bulan purnama.
Langkah kaki itu, Tu tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekati Gulf, hanya untuk sekedar menyapa, Tu ingin melihat Gulf sedikit lebih dekat.
"Apa kabar?" tanya Mew yang mencegat Tu tepat di hadapannya.
Mew menyimpan kembali smartphone dalam genggamannya ke saku celana, sedari tadi ia sudah memperhatikan pria yang sangat familiar baginya.
"M-Mew?" Tu mundur selangkah, perasaannya jadi aneh ketika ia beradu tatapan dengan mata sahabat lamanya, mata yang dulu mampu membuat Kana jatuh cinta.
"Lama tidak bertemu, Tu. Apa yang kau cari?" tanya Mew tanpa meminimalisir jarak antara dirinya dan Tu.
"Aku ...." Tu melihat ke arah Gulf sejenak, dan itu juga membuat Mew tertarik untuk menoleh ke belakang, apa yang membuat Tu sangat gugup?
"Aku perlu membeli sesuatu, lilin ulang tahun." elak Tu.
Mew tersenyum tipis menatap lantai, mana mungkin ia percaya? Jika diingat, alasan yang paling sering Mew gunakan untuk menyakiti Gulf adalah Tu, sebab mereka sering bertemu. Sekarang Mew tau alasannya, bukan Gulf masalahnya, tapi Tu.
"Jika kau akan memilih lilin, lihatlah ke arah lilin, jangan ke arah pasanganku."
Tu menatap Mew sejenak, pasangan? "Bukankah kalian sudah bercerai?"
"Oh," Mew mengangguk pelan. "Kau perhatian sekali, kau memperhatikan masalah kami. Tapi, syukurnya aku tidak terlambat menyadari penyesalan ku lagi."
"Mew, aku benar-benar akan membeli lilin, karena aku sudah memesan kue." ujar Tu kemudian, tatapan yang ia berikan pada Mew seolah serius, Tu benar-benar ingin Mew percaya padanya.
"Baiklah, silahkan!" Mew berbalik badan dan akan segera meninggalkan Tu, terserah apa yang akan dilakukan oleh pria itu. Mew tidak bisa menahan keinginan orang lain, keputusan terbaik yang bisa Mew ambil hanya tetap berdiri di samping Gulf untuk menjaganya.
"Kau lupa?" tanya Tu pada Mew yang berpaling darinya.
"Hari ini adalah hari ulang tahun Kana." langkah Mew terhenti.
Mew menatap lurus kedepan, tempat di mana Gulf berada cukup jauh darinya. "Aku tau, Kana gadis yang baik, bagaimana mungkin aku lupa? Kana adalah separuh dari hidupku." sahut Mew tanpa menatap Tu.
"Tapi itu dulu, sekarang Gulf adalah seluruh yang aku punya dalam hidupku." sambung Mew seraya menatap Tu.
"Aku pergi dulu, Gulf menungguku." Mew tersenyum dan menepuk pelan sebelah pundak Tu sebelum akhirnya pergi untuk menyusul Gulf yang sedang asik bersama Namtarn.
"Gulf." Tu menatap kosong ke arah Mew yang merangkul hangat pundak Gulf dan Gulf tersenyum bahagia saat berada di sisi Mew.
"Phi sudah selesai?" tanya Gulf pada Mew yang baru kembali.
"Hm." Mew mengangguk seraya menggenggam tangan Gulf. "Sudah menemukan yang dicari?" tanya Mew hangat.
"Ada apa ini? Phi pergi dan kembali dengan suasana hati yang berbeda?" ejek Namtarn.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fanfiction"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...