Sesuai dengan janjinya, Namtarn mengantar Gulf pulang hingga kedepan pintu.
Namtarn menyerahkan apa yang telah sengaja mereka beli untuk Mew pada Gulf, gadis itu kemudian mengetuk pintu, dan tak perlu menunggu waktu lama hingga Mew membuka benda berbentuk persegi panjang itu.
Wajah datar menyambut Gulf dan Namtarn, dengan tangan yang menyilang di dada, Mew melirik ke arah Gulf.
"Phi Mew, Namtarn mengajak Phi Gulf keluar tadi. Papa dan Mama sedang menghadiri perjamuan, Namtarn dirumah sendiri, jadi Namtarn mengajak Phi Gulf untuk keluar sebentar, lagipula Phi Gulf juga sendirian di rumah." ujar Namtarn panjang lebar sebab ia tak ingin kakaknya itu salah paham pada Gulf.
Benar, semestinya Namtarn tak perlu mengkhawatirkan Gulf yang lebih tua darinya. Namun, setelah mendengar kasarnya ucapan Mew untuk Gulf, tak mungkin Namtarn tak memiliki pikiran bahwa Mew mungkin akan marah juga pada Gulf sebab pulang terlalu larut.
"Apa kau memberitahu papa kalau kau keluar?" tanya Mew pada adiknya.
Namtarn menggeleng. "Tidak sempat, tidak mungkin papa memegang smartphone saat sedang menghadiri acara."
Mew diam, tak menjawab adiknya, tak juga mempersilahkan untuk masuk kedalam rumah. Hingga beberapa saat berlalu dan sebuah mobil berhenti di halaman.
Namtarn menoleh saat supir pribadi keluarga mereka menghampirinya. "Nona, silahkan masuk!"
"Phi Mew?!" keluh Namtarn.
"Kau anak perempuan, papa sudah menyediakan semuanya di rumah, kenapa kau keluar tanpa pengawasan?"
"Itu karena ...."
"Kau membobol rumah kakakmu menggunakan kunci yang kau curi dari kamar papa." ujar Mew lagi.
Namtarn sampai pada puncak rasa kesalnya, tapi ia tak dapat mengatakan apa-apa sebab apa yang Mew katakan benar.
"Aku belum mengadu pada papa, pulang saja dengan tenang!" ujar Mew kemudian.
"Iya, Namtarn pulang, puas sekarang? Kakak macam apa yang mengusir adiknya?" celetuk Namtarn.
"Hati-hati, Namtarn." ujar Gulf ketika gadis itu akan segera pergi.
Namtarn berbalik badan, menatap Gulf sejenak sebelum memeluk Gulf dengan cukup erat sebagai salam perpisahan untuk hari ini. "Terimakasih na, Phi Gulf."
"Sama-sama," balas Gulf.
Bruuuuum!!!
Mobil berwarna putih itu tak lagi terlihat setelah melewati pagar. Kini suasana kembali seperti semula, sunyi dan suram.
"Phi Mew, Namtarn membeli ini untuk Phi,Gulf akan hidangkan semuanya di atas meja." ujar Gulf pelan dan akan segera berlalu.
"Tunggu!" cegah Mew seraya menggenggam pergelangan tangan Gulf dengan tangannya yang dingin. "Siapa yang kau temui hari ini?"
Gulf yang tak bisa melanjutkan langkahnya lantas menunduk untuk menatap tangannya yang di genggam oleh Mew. "Gulf pergi bersama Namtarn, Namtarn juga mengatakannya pada Phi kan?"
"Jangan bohong," desis Mew seraya mengeratkan genggamannya. Tidak, itu bukan genggaman lagi, tapi cengkraman.
"Arghh, Gulf tidak bohong, Phi. Gulf hanya di rumah seharian, dan Namtarn mengajak Gulf keluar untuk makan."
"Kau yakin matamu tidak menatap wajah lain selain Namtarn? Kau yakin mulutmu hanya mengobrol dengan Namtarn?"
"Phi, sakit." ringis Gulf seraya memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fanfiction"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...