Bagian 22

2.7K 309 92
                                    

Di sebuah ruangan yang didominasi warna putih, lagi-lagi Gulf terbaring tak sadarkan diri.

Namtarn hanya bisa tertegun melihat kakak iparnya yang tengah diperiksa oleh seorang dokter, ada memar hampir diseluruh bagian kaki, tangan dan wajah Gulf.

"Karena ini Phi Gulf menggunakan hoodie dan masker?" batin Namtarn.

"Kau keluarganya?" tanya dokter pada Namtarn yang hanya membisu di belakang dengan mata berkaca-kaca.

"A-aku adiknya." sahut Namtarn dengan cepat.

"Ini mengarah pada kekerasan seksual, kau bisa hubungi orang tua kalian, kita harus buat laporan." ujar dokter itu dengan tegas.

"Dokter!" cegah Namtarn. "Bisakah kita menunggu sampai kakakku sadar baru membahas tentang itu?" tanya Namtarn.

Namtarn tau bahwa ini mungkin adalah perbuatan Mew, tapi ini terlalu cepat jika harus berhubungan dengan polisi.

"Aku hanya menyarankan, keputusan tetap berada di tangan kalian. Tolong perhatikan kakakmu dengan baik, langsung hubungi tenaga medis jika terjadi sesuatu."

"Terimakasih banyak." jawab Namtarn.

"Tetaplah berada di dekatnya jika kalian akrab, biasanya hal seperti akan menimbulkan setidaknya sedikit trauma."

••• • •••

Mew berjalan melintasi koridor rumah sakit, mencari ruangan yang Namtarn sebutkan di dalam pesan.

Hingga saat Mew menemukan adiknya, Mew menghela napas.

"Ada apa?" tanya Mew pada Namtarn yang berdiri dengan tatapan kosong layaknya orang kehilangan asa.

Namtarn menatap wajah Mew dengan tatapan menyala.

Plak!!!

Kini giliran Mew yang menatap adiknya. "Apa yang kau lakukan?!" sentak Mew.

"Bagaimana dengan Phi? Apa yang Phi lakukan?" tanya Namtarn dengan air mata yang kembali menetes.

Namtarn tidak dapat berkata-kata lebih banyak, bibirnya terlalu kelu. Dengan kekecewaan yang bercampur dengan amarah Namtarn menyeret Mew untuk masuk kedalam ruangan tempat Gulf dirawat.

"Hiks," isak Namtarn tak tertahan. Sementara Mew? Pria itu hanya membeku di tempatnya berdiri, memperhatikan Gulf dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Mata indah itu tertutup rapat, ada memar yang samar di pelipisnya, tepat didekat luka yang belum sembuh sepenuhnya.

Bibir berwarna merah muda yang selalu menampakkan senyum manis itu kini terlihat kering dan pucat, ada luka kecil dan memar di sudutnya.

Hampir tak berkedip Mew memperhatikan leher Gulf yang pernah ia cekik dan tangan Gulf pernah ia ikat, semua itu meninggalkan bekas yang terlihat menyakitkan.

"Hiks, bagaimana bisa Phi memperlakukan Phi Gulf seperti ini? Apa Phi Gulf terlihat seperti binatang? Hiks." tanya Namtarn yang semakin terisak.

"Phi Mew berjanji pada Namtarn bahwa Phi akan menjaga Phi Kana setelah Phi memperkenalkannya pada Namtarn, tapi Phi melukainya. Phi membohongi Namtarn sebanyak dua kali! Hiks."

"A-aku ...."

"Hiks. Jika sesuatu terjadi pada Phi Gulf, Namtarn akan menjadi orang yang paling membenci Phi Mew."

"Namtarn, aku-"

"Sekarang Phi harus pergi! Phi harus tau bahwa bukan Phi Mew yang tidak ingin melihat wajah Phi Gulf, tapi Phi Mew tidak pantas melihat Phi Gulf."

HIRAETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang