"Hmm... hm hm...." senandung tak beraturan melantun dari mulut seorang pria yang tengah asik merapikan beberapa dokumen yang ada di atas meja kerjanya.
Mew berkacak pinggang seraya tersenyum, ruangan ini sangat rapi, sekarang bisa ditinggalkan dengan tenang.
"Mew?"
"Hm?" sahut Mew tanpa melihat siapa orang yang telah memanggilnya.
"Apa petugas kebersihan baru saja ke sini?" tanya Mild. Semua dokumen tersusun berdasarkan warna dan ukuran, bahkan letak sofa sangat simetris dengan vas kecil di tengah meja kaca.
"Bagaimana? Aku merapikan semuanya." ujar Mew bangga.
Mild mengerutkan keningnya. "Kau kurang kerjaan sampai harus berbenah di kantormu sendiri?"
"Aku bukan bawahanmu! Jangan ketus padaku!" protes Mew. Mew menghela nafas seraya meraih tas kerjanya, apa salahnya menjadi bersemangat?
"Sekarang kau mau kemana?" tanya Mild lagi sebelum Mew angkat kaki dari ruangannya.
"Pulang."
"Hah? Mew, kita ada rapat."
"Pukul berapa sekarang?" tanya Mew dengan wajah juteknya. Karena itu, Mild harus terburu-buru dalam menatap arloji di pergelangam tangannya.
"Pukul dua siang."
"Mulai hari ini, aku tidak menerima jadwal apapun setelah jam dua siang."
"Mana bisa begitu?" protes Mild.
"Bisa, karena aku bosnya." Mew menjulurkan lidah lalu pergi begitu saja.
"Apa-apaan?! Mew! Semuanya sudah menunggu di ruang rapat!" keluh Mild nyaring seraya menyusul langkah semangat Mew.
"Mew!"
"Bos Mew!" sarkas Mild.
Mew tersenyum sembari melangkah, seolah ia tak melakukan dosa dengan pulang sebelum waktunya.
"Mew!" panggil Mild lagi, tapi itu tetap tak di hiraukan.
Mild meremas kepalanya frustasi sebelum akhirnya merogoh saku untuk mengambil smartphone. "Halo? Rapatnya di undur, tolong hadir tepat waktu besok pagi."
••• • •••
Ding... dong...
Gulf yang asik menata ulang isi kulkas menghentikan kegiatannya setelah mendengar bunyi bel. Perlahan Gulf menutup benda kotak yang menyimpan bahan makanan, lalu berjalan menuju ke arah pintu.
Ceklek
"Hai, Gulf!" sapa Mew dengan senyum ceria juga kedua tangan yang direntangkan.
"Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu!" keluh Mew seraya memeluk Gulf dengan sangat erat.
"Apa ini mimpi?" batin Gulf yang membeku dalam dekapan Mew, ia bahkan tak berani berkedip atau menarik nafas.
"Kau sedang apa? Kenapa lama sekali membuka pintu?" tanya Mew yang masih memeluk Gulf.
"Phi Mew, Gulf habis membersihkan kulkas, nanti pakaian Phi Mew kotor." ucap Gulf pelan.
Mew tersenyum kecut. "Apa Gulf masih asing denganku?" batinnya sebelum melepaskan pelukannya.
"Memangnya kenapa? Itu tidak akan membuatku kotor. Apa kau sudah selesai membersihkan kulkas?" tanya Mew.
Gulf menggeleng, itu belum selesai sepenuhnya, Gulf harus menata beberapa lagi sebagai tahap akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fanfic"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...