Bagian 12

2.2K 239 35
                                    

Didepan sebuah hotel mewah, Gulf sampai mendongak saking takjubnya pada bangunan megah berkilau yang menjulang dan begitu kokoh.

Untuk kesekian kalinya Mew melirik Gulf dengan jengah. "Sebaik apapun berpura-pura, orang bodoh tetaplah bodoh."

Bruk!!!

"Daddy! Huwaaaa ...."

Mew hampir terhuyung ke belakang saat seorang bocah menabraknya dengan keras, bocah yang tingginya hanya sebatas lutut Mew itu memeluk kaki Mew dengan erat dan menangis sejadinya.

Mew mengerutkan keningnya, jelas ia merasa keberatan. Anak siapa yang tiba-tiba lepas? Apa orang tuanya tidak menjaganya?

"Daddy kemana saja? Hiks  .... "

"Hei, anak kecil! Aku bukan daddymu!" bentak Mew.

Gulf berjongkok menatap bocah laki-laki yang menenggelamkan wajahnya di lutut Mew. Perlahan ia mengusap kepala bocah mungil itu, "adik mencari siapa? Kenapa menangis?"

"Hiks ... daddy." ucapnya terisak dan sama sekali tak berani menampakkan wajah.

"Ini bukan daddy adik, bagaimana adik bisa terpisah dengan orang tua adik?" tanya Gulf penuh kehangatan.

"Lepaskan aku, bocah! Gulf, jauhkan dia dariku dan berhenti memperdulikannya, kita juga punya urusan."

"Adik, lihat sini! Jangan menangis, ya?" ujar Gulf yang mencoba untuk membujuk bocah itu agar bersedia melepaskan pelukannya pada kaki Mew.

Bocah itu mendongak sejenak untuk menatap Mew. Namun bocah itu kembali tertunduk setelah melihat tatapan garang Mew, benar, Mew bukan daddy-nya. Mana mungkin daddy-nya menatap dengan tatapan penuh kebencian?

"Dimana terakhir adik bersama daddy?" tanya Gulf seraya mengusap pipi gembul yang di basahi oleh air mata.

"Di sana," lirihnya dengan jari mungil yang menunjuk ke arah lobi.

"Kalian terpisah di lobi? Kau pasti sangat nakal dengan berlari ke sana kemari, makanya orang tuamu meninggalkanmu, sudah jelas kau dibuang!" ucap Mew tanpa perasaan.

"Hiks ...." bocah itu memeluk Gulf yang berjongkok tak jauh darinya.

Sekarang giliran Gulf yang mendongak, apa Mew memang jahat pada semua orang?

"Phi," lirih Gulf dengan kepala yang yang masih mendongak dan tangan yang mengusap lembut punggung si bocah.

"Apa?"

"Anak ini masih kecil, dia juga ketakutan. Boleh tidak kita membantunya menemukan orang tuanya?" tanya Gulf lirih. Sebenarnya Gulf juga tak punya keberanian yang cukup untuk mengatakan itu, tapi bocah malang dalam dekapannya perlu bantuan.

"Tidak, biarkan saja disini, dia akan bertemu orang tuanya sendiri nanti, kalau memang orang tuanya mencari."

"Phi Mew, na? Kasihan dia," mohon Gulf dengan sungguh-sungguh. Gulf tau bagaimana rasanya ditinggalkan, kesendirian itu menakutkan. Saat semua orang melihat kita yang sedang memerlukan bantuan, tapi tidak ada yang mengulurkan tangan, itu menakutkan.

"Kau lupa dengan ucapanku?"

Gulf terdiam dengan tangannya yang masih mengusap pelan punggung si bocah. Gulf sangat ingin membantu anak itu, tapi ia juga tak berdaya untuk melawan pasangannya.

Terpaksa, dengan berat hati Gulf melepaskan pelukan si bocah. Raut wajah kecewa Gulf yang penuh penyesalan tampak jelas saat ia beradu dengan manik yang berkaca-kaca di hadapannya, bagaimana Gulf mengatakannya? Bahwa Gulf tidak bisa membantunya.

HIRAETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang