Toko buku tak pernah sepi pengunjung sekalipun di tanggal merah, meski bukan lagi berstatus sebagai mahasiswa, tapi Gulf masih suka mengunjungi toko buku.
Entah hanya sekedar melihat-lihat, atau membeli satu yang menarik. Daripada harus berdiam seorang diri di rumah, akan lebih baik bagi Gulf untuk memperhatikan hiruk-pikuk aktivitas manusia lain yang menyenangkan.
"Apa ini baru?" gumam Gulf ketika ia berada di depan rak bertuliskan 'best seller'.
Sejak hari dimana Mew terlihat sangat marah, Mew kembali menjadi sosok yang dingin dan diam, bahkan jauh lebih parah dari sebelumnya.
Mereka bukan lagi tak bertegur sapa, tetapi mereka juga hampir tak pernah bertemu. Entah bagaimana semuanya akan berjalan, yang Gulf yakini hanyalah adanya lembar bahagia di akhir cerita.
"Permisi, kau akan ambil buku itu?" tanya Tu pada Gulf yang mematung seraya menimbang dua buku di tangannya.
Gulf menoleh. "Maaf," ujarnya yang langsung bergeser untuk memberi jalan.
"Hai, Gulf?" sapa Tu yang baru menyadari siapa yang ada di hadapannya.
"Tu?" ujar Gulf sedikit canggung.
"Hehe ... kau sedang mencari buku juga?" tanya Tu.
"Aku melihat-lihat," sahut Gulf.
"Buku yang ini bagus, aku baru menyelesaikannya kemarin," jelas Tu seraya menunjuk buku yang ada di tangan kanan Gulf.
"Iya? Terimakasih atas rekomendasinya."
"Tidak masalah, kau datang dengan siapa?" tanya Tu.
"Aku sendirian."
Tu menatap Gulf, semakin diresapi, wajah itu tidak memiliki perbedaan dengan Kana. Senyum manis dan mata yang selalu dibalut dengan tatapan ketulusan, Gulf benar-benar terlihat seperti Kana, malaikat tak bersayap yang mengagumkan.
"Tu, kalau begitu aku permisi dulu. Sampai jumpa."
"Gulf, tunggu!" sergah Tu. "Bisakah aku bertanya tentang tahun lahirmu?"
"Untuk apa?" Gulf menatap Tu. Mew memang melarang Gulf untuk menatap seseorang, tatapan yang sama saat Gulf menatap Mew. Namun, Gulf rasa ia tidak melanggar perintah Mew, sebab ia hanya menatap penuh cinta ke arah pasanganya.
"Hanya untuk memastikan, apakah aku harus memanggilmu Nong, Phi atau Khun."
"1997."
Tu tersenyum ceria. "Aku lebih tua, Nong Gulf."
Gulf mengangguk pelan seraya tersenyum. "Maaf karena aku selalu memanggilmu dengan nama, Phi. Aku akan pergi ke kasir sekarang."
Bruk!!!
"Arghhh!"
"M-maaf!" Gulf berjongkok dan memungut buku yang jatuh ke lantai setelah seorang gadis tak sengaja menabraknya.
"Tidak, Phi. Aku yang minta maaf, aku kurang berhati-hati dan tidak melihat jalan dengan baik." sesal si gadis.
"Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" panik Gulf dengan wajahnya yang penuh dengan penyesalan.
"Aku baik-baik saja, Phi. Sekali maaf," gadis itu membungkuk untuk meminta maaf dengan sungguh-sungguh, tapi Gulf melihat buku yang di bawa oleh si gadis, benda itu sobek sedikit di bagian sampul depan.
"Biarkan aku ganti rugi, bukumu jadi rusak."
"Tidak perlu, Phi. Ini murni salahku, Phi tidak perlu bertanggung jawab. Sekali lagi maaf, na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fanfiction"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...