Bagian 14

2.3K 240 40
                                    

"Kana."

Gulf akhirnya tau nama asli wanita yang menjadi korban ganasnya si iblis penjaga neraka, wanita yang meregang nyawa dalam kecelakaan maut.

"Pada kecelakaan itu, kenapa hanya kau selamat?" wajah kaku yang menjadi pusat perhatian kian datar saat pertanyaan itu terlontar.

"Bagaimana bisa kau hanya menderita luka ringan sementara wanita itu mati mengenaskan?"

Gulf tertunduk menatap jemarinya, bahkan saat Mew dipertontonkan untuk dimintai keterangan, Gulf menjadi salah satu dari orang-orang yang mengajukan pertanyaan. "Anda yakin melakukannya dengan sengaja?"

Iya, saat itu seluruh perhantian berbalik untuk fokus ke arah Gulf. Mahasiswa pendiam yang menanyakan hal tidak masuk akal bagi telinga khalayak.

Mew telah mengakui apa yang ia perbuat, bahwa ia sengaja membiarkan mobil mereka menerjang pembatas jalan, mereka telah melakukan reka ulang adegan bahkan Mew telah mendapatkan vonis-nya.

Hingga saat ini, Gulf memang belum menemukan jawaban dari pertanyaannya. Tapi satu hal yang baru Gulf ketahui, yang orang-orang diluar sana tidak ketahui, bahwa Kana mengandung anak dari Tu.

Gulf melirik ke arah jam dinding, pukul sebelas malam, satu jam setengah lagi, Mew pasti akan pulang dalam keadaan mabuk.

"Phi Mew menyukai Kana, tapi Kana memiliki hubungan dengan Phi Tu. Apa karena itu Phi Mew sensitif pada Phi Tu?" gumam Gulf.

"Lalu kenapa Phi Mew sangat kesal padaku? Apa karena aku ingin menggantikan posisi Kana? Tapi Namtarn mengatakan kalau Kana adalah sumber ketakutan untuk Phi Mew." lirihnya seraya berpikir keras.

Ditengah pemikiran itu Gulf mulai menerawang akan hal lain. Jika Mew membenci Kana dan sangat ingin balas dendam, seharusnya Mew tidak perlu menangis pilu seraya menyebut nama Kana dalam tidurnya. Dan jika Mew sangat mencintai Kana, seharusnya Mew tidak perlu berpikir keras untuk balas dendam pada orang yang sudah tidak ada.

Ceklek.

Lamunan Gulf buyar saat pintu dibuka, ia bisa menebak siapa yang datang, dan tebakan Gulf tak pernah meleset.

"Phi," ujar Gulf yang buru-buru menangkap tubuh Mew sebelum pria itu jatuh ke lantai.

"Jangan sentuh aku, bodoh!" Mew hampir tidak bisa membuka matanya, tapi ia masih bisa mengingat dengan jelas betapa dirinya sangat ingin menghindari Gulf.

"Gulf akan bantu Phi menaiki tangga saja," ucap Gulf pelan dengan harapan Mew akan mengizinkannya membantu.

"Aku bisa sendiri, aku tidak butuh bantuanmu." kekeh Mew seraya melepaskan diri dari Gulf.

Tak peduli akan seberapa keras dorongan yang Mew berikan untuk mengusir Gulf, Gulf tetap memilih untuk membuntutinya sebagai upaya untuk mencegah hal buruk.

"Hati-hati, Phi." pinta Gulf saat kaki jenjang suaminya hampir meleset dari anak tangga.

"Diam! Aku tau, memangnya kau pikir aku mabuk?!"

Gulf diam ditempatnya. "Memangnya Phi tidak merasa mabuk?" tanya Gulf yang masih mengikuti Mew tepat di belakangnya.

"Tidak!"

"Lalu kenapa Phi sempoyongan?"

"Sial, tangganya bergoyang." Mew bersungut-sungut pada tangga yang jelas-jelas merupakan benda mati.

"Phi!" Gulf memeluk bahu Mew saat pria mabuk itu hampir terjatuh, tangan putih Gulf terlihat begitu mungil saat ditempatkan pada bahu yang lebar itu.

HIRAETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang