"Hahaha, tapi menurut Namtarn ini terlihat seperti Babi?" Namtarn langsung cemberut ketika menyadari bahwa yang ia gambar bukanlah sebuah beruang.
"Hahaha, tapi itu masih imut." puji Gulf dengan gelak tawa.
Namtarn tersenyum manis melihat Gulf, belakangan ini kakak iparnya itu sudah sangat membaik. Memar di wajahnya sudah hampir tidak terlihat, dan yang terbaik adalah Gulf sudah bisa kembali tertawa tanpa merasa tertekan.
Tok tok tok
Namtarn menoleh ke arah pintu, ini adalah waktunya dokter memeriksa keadaan Gulf.
"Kau suda sangat baik, apa kau masih merasa sakit di bagian tertentu?" tanya dokter itu.
Gulf menggeleng, tak ada rasa sakit yang ia rasaka lagi, hanya saja Gulf masih merasa gemetar di beberapa waktu tertentu, tapi Gulf kira itu bukanlah masalah yang besar.
"Baguslah. Perawat akan segera kesini untuk melepaskan selang infusmu. Kau sudah boleh pulang siang ini."
Gulf tersenyum, seperti biasa. Pria manis itu senang bahwa ia diizinkan pulang, meskipun masih merasa ragu untuk bertemu dengan Mew, tapi Gulf merindukan kamarnya di rumah itu.
"Aku permisi dulu kalau begitu." ujar si dokter sebelum pergi.
"Phi dengar itu? Kita bisa pulang hari ini, tapi Phi tetap tidak boleh lepas dari pengawasan Namtarn. Namtarn adalah perawat pribadi Phi, hehehe."
"Terimakasih, Namtarn. Maaf karena Phi merepotkan Namtarn."
"Jangan bicara seperti itu, Phi. Semuanya Namtarn lakukan karena Namtarn sangat sangat sangat sayang pada Phi."
Tak seberapa lama usai perbincangan manis antara adik dan kakak itu, perawat kemudian datang dan membantu Gulf untuk melepaskan selang infus yang melekat di tangannya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh dokter.
Di sisi lain, Mew baru saja turun dari mobilnya. Pria itu mengunjungi tempat tinggal orang tuanya sebab Agas menelpon dan mengatakan bahwa mereka harus mendiskusikan sesuatu.
Mew tidak tau apa yang Agas mau kali ini, mungkin ini hanya pekerjaan atau sekilas tentang Kana lagi?
"Dimana Papa?" tanya Mew pada Hera yang berada di teras untuk menyambutnya.
Hera tersenyum kearah putranya. "Papa ada di ruang keluarga. Bagaimana kabar Mew?"
Mew menatap canggung ke arah Mama-nya, seharusnya ini wajar diantara Ibu dan anak, tapi kenapa Mew merasa aneh untuk saat ini?
"Aku baik." balas Mew singkat. Hera hanya memperhatikan Mew dari ujung kaki hingga ke ujung rambut, kemudian tangannya mulai merapikan beberapa helai rambut Mew yang sedikit berantakan.
"Ma, Papa memintaku datang untuk membahas sesuatu." ujar Mew seraya memegang tangan Hera, meminta Hera untuk berhenti memperlakukannya layaknya anak kecil.
"Iya, masuklah! Papa ada di dalam."
Mew melangkah memasuki rumah, menemui lelaki paruh baya yang merupakan Ayah-nya.
"Silahkan duduk." ujar Agas mempersilahkan seolah Mew adalah orang asing.
"Papa tau kau sangat tidak suka basa-basi, jadi kita akan langsung saja. Apa kau suka menjadi pasangan Gulf?" tanya Agas tiba-tiba.
Mew hanya menatap wajah ayahnya, untuk apa Agas menanyakan itu?
"Apa kau pernah menginginkan Gulf?" tanya Agas lagi. Namun Mew masih sama, diam seribu bahasa.
"Seharusnya aku tidak perlu ikut campur atas ini, tapi ini semua karena kau adalah anakku dan aku menyayangimu. Aku tau bahwa salahku karena sengaja menyembunyikan semuanya darimu, membiarkan putraku terkurung dalam rasa bersalah dan rasa benci karena ketidaktahuan. Papa minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Fanfiction"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...