"Selamat atas pernikahan phi."
Namtarn memeluk Gulf yang masih mengenakan setelan jas berwarna putih dengan boutonniere pada dada bagian kirinya. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada dada Gulf, seumur hidup, pelukan ini adalah pelukan terhangat yang pernah Gulf dapatkan.
"Namtarn janji, Namtarn akan melihat phi setiap hari. Papa, boleh tidak pindahkan Namtarn ke universitas tempat phi Gulf belajar?" pinta Namtarn pada Agas yang masih berdiri di ambang pintu dengan beberapa koper di sampingnya.
Agas tersenyum ke arah putrinya, apa yang tidak boleh jika itu demi kebahagiaan anak-anaknya?
"Kenapa phi Mew dan phi Gulf tidak tinggal bersama kita saja?" tanya Namtarn yang terlihat enggan.
Hera, istri dari Agas memegang lengan putrinya, meminta gadis itu untuk berhenti memeluk pasangan dari kakaknya.
"Phi Mew sudah menikah sekarang, phi Mew harus tinggal dirumahnya sendiri."
"Tapi, ma."
"Mew, kau dan Gulf akan tinggal di rumah ini. Kalian sudah menikah, jadi Gulf adalah tanggungjawabmu." ucap Agas pada putra sulungnya.
Mew tidak menjawab, tanggungjawab apanya?
"Papa, mama dan Namtarn akan pulang sekarang. Kami tidak bisa sering mengunjungimu begitu juga sebaliknya, jaga apa yang ada di sisimu."
Pelan, Agas menepuk pundak putranya lalu menyerahkan koper yang telah ia siapkan dan segera beranjak pergi.
Namtarn yang tengah di gandengan oleh sang mama tak memalingkan pandangan dari wajah Gulf yang tersenyum manis. "Phi Mew, jangan buat phi Gulf pergi, na?"
"Namtarn, ayo pulang." ajak Hera.
"Nak, berbahagialah terus." ujar Hera seraya mengusap wajah manis Gulf.
Jantung Gulf berdebar kencang, keluarga yang terkenal menakutkan ini tidak benar-benar buruk. Gulf justru merasakan bahwa ia hidup ditengah keluarga yang benar-benar menganggapnya ada, jauh lebih baik dari keluarga yang ia miliki sebelumnya.
Tok tok tok
Belum sepenuhnya Mew berbalik badan, tapi pintu kembali diketuk oleh seorang laki-laki yang membawa foto pernikahan Mew dan Gulf yang berukuran cukup besar.
"Permisi, harus di letakkan di mana ini?" tanyanya.
Mew memalingkan muka sepersekian detik setelah ia menatap gambar Gulf yang tersenyum. "Gudang," sahut Mew datar sebelum meninggalkan tempat seraya menyeret koper miliknya.
"Phi Mew," panggil Gulf. Ia tak mengerti kenapa Mew ingin meletakkan foto pernikahan mereka di gudang padahal itu baru saja diambil.
"Phi," Gulf menyusul langkah Mew yang menaiki tangga, tapi panggilannya tetap di abaikan.
"Phi." ujar Gulf lagi seraya memegang lengan pria yang kini telah menjadi suaminya. Namun, tangannya langsung ditepis dengan kasar oleh Mew.
"Siapa bilang kau boleh menyentuhku?!" sentak Mew dengan nafas berat.
Gulf mematung di tempatnya berdiri, "maaf, phi."
Mew melanjutkan langkahnya, mengabaikan Gulf yang tertunduk pucat setelah dibentak.
Ditempatnya berdiri, Gulf masih berusaha untuk tersenyum, "tidak apa, Gulf. Ayo bawa kopermu dan bereskan."
Gulf kembali melangkah untuk menuruni anak tangga, menghampiri koper yang masih berada di ambang pintu. Iya, Mew hanya membawa miliknya sendiri dan mengabaikan dua koper yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAET
Hayran Kurgu"Tidak berdasar, itu kita." -Mew. Gulf dijodohkan oleh ayahnya, demi menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut karena kesalahan kakaknya. Namun paksaan bukanlah alasan Gulf menerima perjodohannya, Gulf menyukai Mew -- tulus. Pernikahan yang Gul...