Bagian 28

3.2K 333 67
                                    

Hari ini akan menjadi hari terakhir bagi Gulf untuk berada di rumah sakit, dan Gulf merasa cukup bersemangat untuk dapat kembali ke tempat tinggalnya bersama Mew.

Entah bagaimana lagi hari-hari Gulf akan berjalan kedepannya, tapi yang pasti ia tak perlu kembali ke neraka lama yang menakutkan.

Gulf berhasil meyakinkan Mew untuk tidak memperpanjang masalah keluarganya ke ranah hukum, meski bagaimanapun Bayu adalah orang yang sudah membesarkan Gulf walaupun dengan cara yang buruk.

Pada akhirnya Mew menyetujui itu, tetapi Mew tak menunda niatnya untuk mencabut saham keluarga Anderson. Persetan dengan bagaimana keluarga itu akan bertahan, yang jelas bagi Mew adalah Gulf akan hidup berdampingan dengan dirinya, dan Mew bisa menjamin Gulf hidup nyaman tanpa kekurangan apapun. Jadi, sekalipun keluarga Anderson mati dalam kebangkrutan, itu tak akan mengusik dirinya.

Sebagaimanapun lapangnya sebuah hati, luka tetap dapat merubah kepribadian seseorang. Itulah yang kini Mew rasa terjadi pada Gulf, dibandingkan dengan yang dulu, Gulf lebih irit senyum dan tak terlalu banyak bicara. Gulf hanya mengangguk untuk menyatakan setuju, dan menggeleng jika ia tak ingin.

Mobil berwarna hitam yang ditumpangi oleh Mew dan Gulf berhenti di sebuah halaman yang ukurannya cukup luas, disinilah mereka sekarang, menginjakkan kaki di kediaman mereka yang megah akan suasana suram.

Gulf yang baru turun dari mobil berjalan ke arah belakang mobil, bersiap mengambil barang begitu Mew membuka bagasi.

"Biar aku!" ucap Mew yang secara tiba-tiba mengambil alih sebuah tas berisi beberapa barang dari genggaman Gulf, membuat Gulf terdiam menatap tangannya yang telah kosong.

"Mulai sekarang ...." sambung Mew seraya menutup kembali bagasi yang terbuka.

"... kau harus bergantung padaku!" Mew menggenggam sebelah tangan Gulf seraya tersenyum hangat, menuntun pria manisnya untuk melangkah bersama memasuki kediaman mereka yang akan segara berganti aura.

Gulf tersenyum tipis mengikuti langkah Mew. Gulf merasa senang, sangat. Ini adalah mimpinya, hal yang Mew janjikan bahwa Mew tak akan mewujudkannya untuk Gulf. Namun, sekarang? Entah ini bersangkutan dengan bayang-bayang Kana atau tidak, yang jelas Mew terlihat antusias setiap kali mereka bertatap muka.

"Masuklah! Hati-hati!" ucap Mew mempersilahkan kepada Gulf setelah pintu terbuka.

Di ruang tamu, Gulf menghentikan langkahnya. Pria berwajah manis itu mengulurkan tangannya, berniat mengambil alih benda yang Mew tenteng.

"Apa?" tanya Mew tak mengerti.

"Gulf akan simpan barang Gulf di kamar." sahut Gulf pelan.

Mew mengeratkan genggamannya pada benda yang ia bawa. Gulf akan membawa ini ke kamar? Mew mulai bingung setelah berpikir keras, Mew pikir hubungannya dengan Gulf sudah cukup baik, tapi ini jelas tak akan berhasil dengan mudah saat Mew ingin meminta Gulf untuk pindah ke kamarnya.

"Simpan saja di kamarku!" sahut Mew singkat dengan harapan agar Gulf mengerti maksud Mew yang sebenarnya.

Namun, itu benar-benar kalimat yang maknanya hanya tunggal bagi Gulf. "Baiklah jika Phi ingin menyimpannya." sahut Gulf.

Mew menghembuskan napas sepelan mungkin. Bagaimana mungkin Gulf tidak memahami maksud Mew?

Dengan besarnya upaya untuk menjaga image, Mew lantas tersenyum ke arah Gulf. "Kalau begitu, kau istirahat saja!"

Gulf mengangguk pelan. Jangan membuat Mew marah jika tidak ingin di marahi, Gulf selalu mengingat itu, jadi mengiyakan apa yang Mew katakan adalah jalan termudah untuk menjadi baik-baik saja.

HIRAETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang