Cerita 32 KITAB SAKTI DAN SERULING

61 6 3
                                    

Setelah memercikkan gagasan tentang jabatan baru, Ranggad Buttingguh melanjutkan rencana dan mulai menyusun pokok-pokok gagasannya dalam bentuk kitab tulisan tangan yang ia awali menulis segala pembagian jabatan baru yang tadi diuraikan, kemudian untuk penulisannya dilanjutkan oleh Cibra Liwanggi.

Kumpulan tulisan perintah - calon - Raja Istana Gaib ini oleh Ranggad Buttingguh diberi judul Pembaharuan Istana Gaib.

Sedangkan Piyadris Kincu mendapat jatah mengawali tulisan pokok Kitab Barisan Semesta Tunggal Gaib, dengan pesan dari Ranggad, bahwa selain menulis juga memahami inti uraian ilmu yang baru tersebut. Secara tidak langsung Piyadris Kincu telah menyerap inti ilmu sakti Barisan Semesta Tunggal Gaib.

Kata Ranggad Buttingguh: "Jika dirimu telah memahami ilmu yang kau tulis dan menyimak uraian ilmu barisan tersebut dariku, secara lisan ini, yang kemudian kau tulis, kewajibanmu berikutnya adalah membagikan ilmu sakti Barisan Semesta Tunggal Gaib itu kepada kakak Cibra Liwanggi dan kakak Nisti Kimiyu, lalu kalian berlatih barisan itu bersama. Setelahnya kalian cukup memahami ilmu sakti Barisan tersebut, nanti aku akan memeriksanya latihan kalian bertiga untuk memberi petunjuk hingga dapat dikuasai menjadi milik sendiri yang mendarah daging. Selain itu nanti di akhir tulisan akan ada catatan tambahan yang menjelaskan bahwa ilmu sakti Barisan Semesta Tunggal Gaib itu bisa digunakan secara perorangan. Sedangkan mitra barisannya adalah segala zat di sekeliling kita saat ilmu Barisan Semesta Tunggal Gaib itu diterapkan, termasuk aneka jenis hewan yang berada di sekitarnya dalam lingkaran keliling sejauh seribu meter persegi bisa menjadi laskar barisan dahsyat tangguh yang aneh bagaikan bayangan hantu."

Demikian halnya juga tugas menulis yang dikerjakan oleh Nisti Kimiyu. Ia mendapat jatah menulis Kitab Bayangan Tangguh seraya memahami dan menghafal inti uraian ilmu sakti yang baru tersebut.

Demikian juga halnya persis dengan pesan khusus yang ditujukan kepada Piyadris Kincu juga diwajibkan kepada Nisti Kimiyu, bahwa selain mengerti saat menulis dikte ilmu sakti Bayangan Tangguh, ia wajib juga memberitahukan ilmu tersebut kepada Cibra Liwanggi dan Piyadris Kincu. Serta melatihnya bersama. Kemudian diperbaiki atau dilengkapi secara jelas tegas utuh oleh Ranggad Buttingguh.

Ia berkata: "Ilmu Sakti Bayangan Tangguh, berinti dari kecepatan kilat. Dengan kata lain, bergerak bagaikan bayangan hantu. Cepat, kuat, tepat. Tanpa suara. Gerak sunyi yang tangguh. Dalam sekejap mata bisa berpindah di  17 titik arah kedudukan cakra mata angin. Hal ini akan berdampak kepada segala gerakan di setiap jurus-jurus digdaya yang sudah dikuasai secara mendarah-daging menjadi super kilat. Entah itu totokan, kibasan, pukulan, tendangan, lejit-loncat meringankan tubuh, berkelit, mengejar lawan yang melarikan diri, atau pergi menghindar untuk tidak melayani lawan ..."

Ranggad Buttingguh, mendikte secara bergantian untuk Tiga Pokok Tulisan kepada tiga gadis jelita itu. Ini bukti bakat kecerdasan langka dan luar biasa. Selain kemampuan meramu ilmu dan menciptakan jurus-jurus baru, juga mampu melihat kemungkinan yang akan terjadi. Hal sedemikian itulah Ranggad Buttingguh telah menyumbang Tiga Buah Kitab untuk warga dan anak keturunan Istana Gaib, ditambah Kitab Sakti Pukulan Lunak versi Ranggad Buttingguh untuk kelak diwariskan kepada siapapun yang berjodoh dengan Kitab Sakti Pukulan Lunak versi Ranggad Buttingguh tersebut.

Kelak di kemudian hari, jagad persilatan digegerkan akan munculnya warta bahwa Kitab Sakti Pukulan Lunak versi Kembaran telah dikuasai secara sempurna oleh seorang Majikan  Muda dan Tiga Dayang serta Satu Kacung. Lima orang ini selalu bergerak bagai hantu dengan aneka ilmu lunak dahsyat yang rumit gaib dan ilmu lunak sakti sederhana yang ajaib ...

Setiap usai makan malam tugas menulis itu dilanjutkan secara bertahap oleh mereka bertiga hingga tiba saatnya dinyatakan selesai oleh Ranggad Buttingguh.

Akhirnya Kitab Barisan Semesta Tunggal Gaib dan Kitab Bayangan Tangguh diselesaikan dalam kurun waktu tujuh hari. Serta disertai catatan tambahan pada halaman terakhir oleh Ranggad Buttingguh.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang