Cerita 13 DEBAR-DEBUR LAUTAN RASA

138 6 0
                                    

Sigap sekali Ranggad menerima tumbangnya tubuh Bethari, dan membopongnya ke arah Ruang Harta Karun.

Tubuh Bethari diletakkan pelan-pelan di lantai untuk sementara. Ranggad segera mencari apa saja yang bisa dijadikan alas tidur Bethari.

Ranggad menemukan banyak Mantol Tebal Mewah Kuno di dalam beberapa Tempayan Kuno Berukiran Naga memburu Bola Api.

Segera dibawa semua dan dibentangkan di lantai dekat Tubuh Bethari. Yang lain untuk menutupi tubuh indah Bethari.

Ranggad segera mengambil obat untuk Bethari, dikunyahnya dan dilolohkan ke mulut Bethari melalui mulut Ranggad sendiri, dan didorongnya melalui hembusan lembut hawa sakti lunaknya.

Kemudian Ranggad mereguk air putih segar dan kembali dimasukkan ke dalam kerongkongan Bethari melalui bibir kenyal ranum merah hangat indah, yang amat menggetarkan naluri jala rasa jantan Ranggad.

Dialirkan sedikit demi sedikit air segar itu agar bisa masuk ke dalam kerongkongan dengan aman atau tanpa tersedak.

Ranggad merasakan ada gejolak hawa sakti di dalam tubuh Bethari yang sedang tumpang tindih, belum melebur satu.

Ranggad segera menotok di beberapa tempat, di dada, di perut, di punggung dan di pinggang, agar beberapa titik jalan darah penting lebih terbuka untuk jalannya Peleburan Hawa Sakti Bethari sendiri sebelumnya dengan Hawa Gaib Jagad Dewa, yang Bethari dapatkan saat ia disembuhkan dari keracunan oleh Ranggad Buttingguh.

Sekarang Ranggad akan menuntun Peleburan Hawa Sakti itu dengan Hawa Gaib Jagad Dewa.

Ranggad duduk bersila di samping tubuh terlentang Bethari. Tulang punggung Ranggad tegak lurus, hening khidmat. Nafasnya mengalir teratur, hirup-hembus kian sunyi senyap hangat. Ia merasakan gelombang Hawa Gaib Jagad Dewa membual-bual bagai mata air keluar dari sumbernya.

Kedua telapak tangan terbuka menghadap ke atas, dan terletak menumpang di hujung kedua lututnya.

Mulailah ia menyalurkan Hawa Gaib Jagad Dewa ke tubuh Bethari melalui Penumpangan Tangan Kanan di Hulu Hati Bethari.

Kian lama, wajah Ranggad kian hening agung. Namun tubuh Bethari kian mengeluarkan uap putih tipis, dan anehnya secara perlahan tubuh Bethari kian mengambang di udara sejengkal dari lantai goa.

Ketika dirasakan sudah cukup oleh Ranggad, dan sebelum ditarik kembali Aliran Hawa Gaib Jagad Dewa yang memandu Peleburan Hawa Sakti Bethari, nampak tubuh Bethari turun ke lantai secara perlahan. Tubuh itu terlentang senyap dan basah bersimbah keringat.

Ranggad menarik Hawa Gaib Jagad Dewa. Kemudian melakukan Samadi Pemulihan dan Penyegaran Hawa Sakti Diri Sendiri.

"Aku haus..." Suara rerintih lirih dari bibir Bethari.

Ranggad membuka matanya. Mengambil tempat minum, dan kembali ia meminumkan air ke mulut Bethari dengan cara bibir bertemu bibir.

Setelah selesai, Ranggad mendengar suara rerintih lirih yang sama, malah seperti berbisik, "Minum lagi..."

Rangad melakukan hal yang sama, memberi minum dengan regukan yang lebih banyak, biar sekali gelontoran air segar ke tenggorakan Bethari, cukup memuaskan dahaganya.

Begitu selesai, terdengar desah lirih bergetar dari Bethari, "Minum lagi..."

Sungguh terheran-heran batin Ranggad. Sudah beberapa kali minum, masih haus juga?

Ranggad memperhatikan wajah Bethari merona merah indah, bibirnya bagai bergetar lembut setengah terbuka. Dan tatapannya memergoki bahwa sepasang mata Bethari berkedip sekejap, bagai mengintai gerak-gerik Ranggad dari balik celah kelopak matanya yang terpejam, namun nampak berkedutan.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang