HILANGNYA KITAB SAKTI PUKULAN LUNAK.
Malam gelap gulita. Gunung Batu bagai bayangan raksasa yang sedang duduk khidmat sakral bersila samadi.
Tubuhnya diam beku, tegak tinggi menjulang ke langit raya yang sunyi.
Bagai menyimpan sejuta rahasia dan misteri kisah Para Penghuni Istana Batu di Puncak Gunung Batu.
Sungguh suasana mistik yang menggiring rasa seram meremangi jiwa.
Keberadaan Istana Gunung Batu dan Puncak Gunung Batu, sama-sama membangkitkan rasa sungkan untuk sembarangan nekat mati mendatangi kawasan berbahaya yang angker sekaligus sakral.
Malam senyap semakin kelam gelap gulita. Udara sunyi kian disaputi kabut tipis, bagai selendang penari yang digerakkan secara pelan-pelan lemah lembut gemulai dan khidmat.
Selendang kabut yang bergelombang dan mengambang di udara. Ujungnya bergerak-gerak menyentuhi pipi angin dingin yang berselancar ringan dari barat ke timur.
Bila ada insan yang berani lama-lama di udara seperti itu tak pelak wajahnya mengeras dingin beku bagai kerak nasi.
Tubuh pun akan gigil terus-terusan. Otot dan tulang tiada henti sesambat sengsara berkerotan.
Anehnya, malam ganjil seperti itu masih terdengar juga lolongan serigala dan suara burung hantu serta aneka suara serangga malam saling bersahutan bercampur suara cerecet monyet hutan kedinginan.
Sungguh menambah suasana rasa ngeri dan seram.
Sesekali di langit luas nampak kilat berkeredep-keridip silih berganti, sambung menyambung berpijaran, bagai mengoyak langit di mana-mana.
Tak lama kemudian hujan deras campur angin kencang mengguyur kawasan puncak Gunung Batu dan sekitarnya.
Petir menyambar-nyambar di sekeliling Istana Gunung Batu.
Bahkan secara hampir bersamaan ada Tiga Pohon Besar di depan Istana Gunung Batu, di bagian tepi tebing curam sudah tersambar petir.
Dan pucuk-pucuknya terbakar seketika menjelma kobaran nyala api raksasa yang dahsyat.
Malam seketika menjadi terang benderang bagai fajar hari oleh terang benderangnya cahaya raya Tiga Obor Raksasa.
Banyak Penjaga Istana Gunung Batu sibuk mondar-mandir panik tiada daya memadamkan api raksasa yang begitu tinggi.
Akhirnya mereka menyerah dan berkerumunan di bawah Tiga Obor Raksasa dalam jarak yang aman.
Hanya berjaga-jaga agar tidak terjadi kebakaran besar yang lebih parah menjalar ke lain tempat. Yang bisa sangat berbahaya mengancam keselamatan Para Penghuni Istana Gunung Batu.
Tak lama kemudian, hujan mulai mereda pelan-pelan. Menyisakan gerimis tipis bagai tirai kabut lembab.
Tiga Obor Raksasa Tetap Menyala dengan Gagahnya.
Dalam suasana seperti itulah, mendadak nampak Sosok Bayangan Bocah Remaja tertimpa cahaya, sedang bergegas menuruni Puncak Gunung Batu.
Tepatnya di jalan setapak berbatuan. Bagai tangga amat panjang berkeluk-kelok menurun. Dari kejauhan mirip ular lenggak-lenggok.
Jalan itu jalan rahasia dan dikhususkan untuk orang-orang tertentu dari Istana Gunung Batu.
Tubuhnya yang gesit meloncat-loncat turun itu, saat terterangi cahaya api, bagai bayangan hantu yang bergentayangan, melesatlejit tinggi di udara, pesat bergegas, mau menculik jiwa-jiwa lemah.
Namun bila didekati, ternyata Sosok Bayangan Hantu itu merupakan Sosok Bocah Lanang Tampan Muka Pucat.
Usianya sekitar Tujuh Belas Tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITAB SAKTI PUKULAN LUNAK
AcciónKITAB SUCI PUKULAN LUNAK *Inilah Kisah Ranggad Buttingguh untuk mendirikan Wangsa Buttingguh. Wangsa Baru sebagai tanda Zaman Kemerdekaan Untuk Siapapun Yang Gigih Mencari Jati Dirinya. Kiprah Ranggad adalah Lambang Pembaharuan Keluarga Besar Wangsa...