"Wooo...Marmut Monying Mabuk Rumput Kecut Terkentut-kentut, kau sendiri siapa? Setan Air? Atau... BoGilKamSil? Bo-cah Gil-a Kam-buh u-Sil? Ha ha ha ha ha..."
"He he he he he...Maaf KaBoSuma, aku mau memberi penjelasan, bahwa apa yang tadi disebut 'Untung atau Buntung' sebenarnya terjadi kedua-duanya.
"Buntung, karena Kakek Pemancing Ikan ini, sedang mengalami Kemacetan Hawa Sakti sampai besok pagi.
"Buntung lainnya, ialah Dalam Waktu Semalam Suntuk Nanti Akan Tersiksa Seperti Digigiti Ribuan Semut. Tulang serasa dilolosi. Syaraf dan Otot serasa ditarik-tarik. Daging terasa kesemutan dan kejang...Karena Segala Urat dan Jalan Darah Akan Dibetulkan, Dibersihkan, Dikuatkan. Bahkan Persendian Tulang Yang Tidak Beres juga mengalami perbaikan. Tulang Sungsum akan mengalami sifatnya yang penuh tangguh, sehingga membantu hawa sakti kian cepat memancar dan bebas mengalir seturut hatinya.
Buntung tambahannya, Menjelang Dinihari nanti, Akan Merasa Mendekati Ajal, lalu Hampa, dan Pingsan. Saat Pingsan itulah ia akan menerima kedatangan Si Untung.
"Untung, karena dalam semalaman nanti sesungguhnya berlangsung tahapan pemurnian hawa saktinya yang dimacet-tapakan dulu, kemudian saat pingsan itulah terjadi peleburan hawa sakti yang tlah dimurnikan.
"Untung lainnya, Setelah Peleburan Hawa Sakti akan menjadi Tiga Kali Lipat Kesegarannya, Kepekaaannya, Kekuatannya, Kecepatannya, kekebalannya. Pikiran dan Perasaan terasa lebih cerah dan tenang. Nafas kian legah lapang.
"Untung tambahannya, Bila memang suka meramal maka Naluri Batinnya Akan Memasuki Getar Gelombang Para Arwah dan Segala Makhluk Tak Kelihatan, sehingga bisa menangkap Kiriman Gambaran Keadaan Yang Akan Terjadi, dan Mengenali Bahaya Yang Bakal Menghampiri...
"Sesungguhnya, Di Dalam Debu Termuat Aliran-Aliran Hawa Sakti Lunak, Hawa Sakti Cahaya dan Hawa Sakti Gelombang, Yang Sedang Bekerja.
"Siapa Datang - Siapa Pergi, Siapa Tahu? Siapa Untung - Siapa Rugi, Siapa Tahu? Sekarang Pun Tlah Malam, Besok Pun Kan Pagi. Hari Tentu Berganti."
"Hore hore hore...Plok plok plok plok plok... Tepuk Tangan Untuk BoGilKamSil....Kebo Nyusu Gudel...Ha ha ha ha ha...
"Kakek Belajar Kepada Cucunya.
"Inilah Kisah Orang Tau Keok Kena Batunya... Ha ha ha ha ha... karena Batunya Sendiri Tidak Dikenalinya...
"Bertahun-Tahun Merasa Dirinya Sendiri Sudah Beres Semuanya...
"Karena Merasa Sudah Tua, Sudah Banyak Pengalaman Hidup dan Sudah Banyak Menggembleng Kedigdayaan Diri... Ha ha ha ha ha...
"Tidak taunya, Kosong! Ha? Kosong? Wahduh aku jadi ingat omongan Tabib Bumi Tianggit...
"Aku Laku Tapa Lumaku Kosong Tapi Isi - Lumaku Isi Tapi Kosong." Dan Kakek Gendut Lambong Gayong alias Kakek Bocah Suka Main tidak ketawa lagi, tidak bocah main-main lagi. Ia sungguh-sungguh dengan omongannya yang terakhir.
Saat KaBoSuMa menoleh ke arah Manusia Dalam Debu Sampah, hatinya terharu karena ia melihat dari kedua kelopak matanya melelah air mata.
"Aku Ini Siapa? Manusia Apa? Puluhan Tahun Tlah Kulatih dan Kuraih. Sehingga Aku Digdaya. Bahkan Disejajarkan Dengan Para Pendekar Tingkat Puncak Satu. Serta Dapat Gelar Sebagai Pendekar Pancing Sakti. Ternyata Kosong!" Kata Si Pemancing Aneh dengan lirih dan menyesali diri.
"Sahabatku, Calang Rambuka...Kita semua sudah, Tak Ada Gading Yang Tak Retak. Itulah Diri Kita, Selalu Saja Menemukan Celah Kekurangan Kita. Lagi Pula, Bukankah Ilmu Kedigdayaan Itu Luas dan Dalam Bagai Samudera? Tinggi Tak Terhingga Bagai Langit Yang Diatasnya Lagi Masih Ada Langit? Eh, Maaf...Semuanya yang aku katakan kau sudah tahu ya, Calang Rambuka? Ha ha ha ha ha...Haduh aku ini jadi Seperti Seekor Ikan Lele Mengajari Ikan Lele Lainnya Bagaimana Caranya Berenang Dan Cari Tai, ha ha ha ha ha..."
KAMU SEDANG MEMBACA
KITAB SAKTI PUKULAN LUNAK
ActionKITAB SUCI PUKULAN LUNAK *Inilah Kisah Ranggad Buttingguh untuk mendirikan Wangsa Buttingguh. Wangsa Baru sebagai tanda Zaman Kemerdekaan Untuk Siapapun Yang Gigih Mencari Jati Dirinya. Kiprah Ranggad adalah Lambang Pembaharuan Keluarga Besar Wangsa...