Cerita 26 PUKULAN LUNAK

44 3 0
                                    

PIJAR PEMBAHARUAN PUKULAN LUNAK

Ketika Ranggad Buttingguh melihat Bethari dibawa terbang kian tinggi oleh Burung Biru Garuda Purba ke arah utara - arah di mana Nusa Garuda berada - maka dengan jelas tegas ia berkata penuh wibawa dengan sorot mata tajam kepada Tiga Pelindung Rajangkala, Tiga Tabib Sakti, Tujuh Belas Senopati, "Perintah Utama ..!" serunya tajam.

"Satu. Usut tuntas kasus ini!"

"Dua. Kejar dan lacak jejak Bethari dan temukan!"

"Tiga.  Taklukkan Perguruan Nusa Garuda! Tangkap tokoh-tokoh utamanya dan kurung di ruang bawah tanah! Selidiki apa sebabnya berani mengganggu Rajangkala! Bila tidak ditemukan tanda-tanda akan menghancurkan Rajangkala, bisa menandatangani perjanjian istimewa dengan syarat dan ketentuan yang berlaku adil untuk kedua belah pihak. Juga layak dilepaskan dengan pengawasan ketat melekat, disertai denda kerugian secara jelas dan tegas!"

"Empat. Perkuat keamanan dan pertahanan bela diri Benteng Rajangkala dalam siaga tempur!"

"Lima. Pengawasan ketat kepada gerak-gerik kegiatan Perkumpulan Jagad Binangkit termasuk segala hubungannya dengan kelompok lain!"

"Enam. Beri peringatan agar ketat waspada dan siaga beladiri pertahanan dan siap tempur tingkat satu kepada seluruh jaringan kegiatan Keluarga Besar Cakar Rajangkala di manapun berada - termasuk kegiatan lintas nusa lintas lautan - sekaligus ditingkatkan mutu dan jumlah pasukan penyelidik rahasia serta disebar ke kawasan paling penting dan tempat-tempat terpencil yang mencurigakan!"

"Tujuh. Pesan pokok lainnya sudah aku tulis di buku catatan perintah harian yang kutaruh di meja tulis Ruang Kebijaksanaan Rajangkala. Harap segera dipelajari dan dirundingkan bersama serta  dilaksanakan secepatnya!"

"Delapan. Bila aku tidak kembali dalam waktu lama, atur seperti biasanya ketika Sang Agung Rajangkala menghilang bertahun-tahun! Semakin giat kompak, semakin giat tepat dan kuat! Selamat tinggal!"

"Pesan Utama segera dilaksanakan! ... Selamat jalan Sang Agung Rajangkala!" seru mereka yang menerima Perintah Utama dengan sikap berdiri tegak serentak.

Tanpa menunggu bunyi terompet dan genderang selamat jalan kepada Sang Agung Rajangkala meninggalkan Benteng Rajangkala ...  Ranggad Buttingguh secepat kilat melejit tinggi ke udara melampaui tingginya Benteng Rajangkala, sambil melengking dahsyat memekakkan telinga, "Bethari!"

Lengkingan itu terdengar memedihkan hati, hingga ada beberapa warga Keluarga Besar Cakar Rajangkala meneteskan air mata, bahkan ada yang terhisak-hisak menahan sedih dan air mata pedih.

Saat itu juga Ranggad Buttingguh mengibaskan tangannya ke tanah, akibatnya tubuh Ranggad Buttingguh terdorong semakin melambung tinggi dan tambah cepat melesat ke udara untuk meluncur terbang ke depan, mengejar jejak arah keberadaan Burung Biru Garuda Purba yang kian terbang tinggi di bawah awan-awan kelabu.

Ranggad lari lesat terbang ke depan mengikuti arah kaburnya Burung Biru Garuda Purba yang kian terbang cepat dan tinggi menuju arah Nusa Garuda yang membawa serta Leluri Garbarumsih Bethari, kekasih dan sahabat serta calon istrinya itu.

Ranggad Buttingguh dengan matanya yang tajam berkilat karena hawa saktinya sedang menggelegak gusar dan cemas kehilangan Bethari, matanya dapat menangkap bahwa di kejauhan atas sana, nampak olehnya bahwa Bethari sedang merangkul erat pangkal leher burung raksasa purba itu.

Tubuh Bethari nampak tak bergerak sewajarnya, "Agaknya ada yang tidak beres, karena dari sikap punggung melengkung ke arah leher burung sialan itu, Bethari nampak tidak murka dan tidak berupaya mengendalikan Burung Biru Garuda Purba."

Hal itu semakin menambah  gelisah resah marah jiwa Ranggad Buttingguh.

Saat Ranggad Buttingguh melaju cepat melompati sungai yang lebarnya kurang lebih sepuluh meter, ia kibaskan tangannya di permukaan air, "Jlegur!" dengan suara bagaikan guntur seketika terjadi semburan tugu air  ke udara setinggi dua puluh meter lengkap di dalamnya termuat serpihan aneka bangkai hewan air tawar dan remukan aneka batu dan sampah dari dasar sungai.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang