Cerita 15 LAHIR DARI LORONG RAHIM BUMI

267 5 0
                                    


Masing-masing saling melihat perubahan wajah mereka kian agung tampan dan kian anggun jelita.

Lebih segar Lebih berbinar. Lebih lembut lebih terbuka mesra. Lebih berserah. Jiwa lebih bermadah. Sehati-Sejiwa.

"Barusan kita berhasil meleburkan hawa sakti kita bersama dalam jurus-jurus puncak Ilmu Mahasakti Sehati-Sejiwa. Mengalahkan Ribuan Musuh Tanpa Membunuh." Kata Ranggad untuk menggembirakan hati Bethari, sekaligus berterimakasih kepada Bethari. Karena tanpa hadirnya Bethari di dalam hidup nafas jiwanya, Ranggad tak memunculkan Ilmu Mahasakti Sehati-Sejiwa di Jagad Kedigdayaan dan di Pergaulan Dunia Persilatan.

"Ya Ranggad, aku berterimakasih padamu. Tlah begitu besar perhatianmu menuntun ilmu perisai diriku maju ke tingkat yang jauh lebih tinggi. Bahkan mungkin sekarang ini, kedigdayaanku sudah jauh melampaui Kesaktian Ketiga Guruku, serta Orang-Orang dari Pantai Pasirpanas." Jawab Bethari, memberikan ciuman kecil di pipi Ranggad.

"Ranggad, mari kita rapikan tempat ini...sebagai tanda syukur dan hormat kepada Mahaguru Rambang Rajangkala." Ajakan Bethari dengan suara lembut manis mesra.

Ia memandangi Ranggad yang senyum dan menganggukan kepala secara pelan.

Ah Ranggad nampak kian tampan dan agung.

Apakah suatu ketika akan tiba saatnya, ia jadi Raja Agung? Setidak-tidaknya ia jadi Sang Agung Raja Jagad Silat? Semoga saja...

Bethari melihat Ranggad membenahi segala peralatan dan perbekalan Tabib Bumi Tianggit untuk dirapikan dan ditaruh dekat Tempayan Harta Karun. Kecuali Obat-obatan dalam bumbung bambu, tetap dibawa Ranggad dan dimasukkan ke dalam tas pinggang Ranggad. Kemudian Ranggad menggulung Mantol Merah Saga dan diikatkan di punggungnya dengan Ikat Pinggang Senjata Pusaka Nenek Buyutnya.

Ranggad kemudian membantu Bethari merapikan Alas Tidur Mereka dan dikembalikan ke Tempayan-Tempayan Pakaian Para Ningrat.

Selintas terpikir juga oleh Ranggad, bahwa pakaian ini mutu tinggi, karena bisa bertahan awet sampai ratusan tahun. Hmm direndam dengan bahan apa ya?

"Sudah kau ikat kuat segala bawaanmu, Bethari? Senjata Warisan Rajangkala, Segala Perhiasan? Karena sebentar lagi kita terjun bebas di lubang sumur sangat dingin dan lebar itu." Tanya Ranggad ke Bethari, sekedar untuk meyakinkan saja. Agar tidak ada yang tercecer hilang saat terjun bebas dan berenang di sungai bawah tanah nanti.

"Tentu sudah aman di balik pakaianku, sudah aku ikat dengan kain selendang sutra, jadi tambah aman.

"Aku juga sudah mempersiapkan Hawa Sakti Sehati-Sejiwa. Agar aku tidak terpisah darimu. Lagi pula aku bisa tahan dalam air yang dingin.

"Selain itu diriku akan lebih ringan saat melayang terjun bebas, sekaligus mata dan indera keenamku lebih awas untuk tanggap darurat dalam menghadapi bahaya, bila ada nanti.

"Semoga aman dan lancar...Bukankah semestinya begitu, Ranggad?" Jawab Bethari menjelaskan persiapannya.

"Baiklah, kalau begitu. Kau sungguh sudah siap.

"Nanti kau berada dalam boponganku dan memeluki tubuhku erat, baik tangan maupun kakimu mengetat.

"Pakailah Hawa Sakti Sehati-Sejiwa agar kita Lengket Manunggal Seraga, Bagai Tak Terpisahkan Lagi. Supaya Tanganku Bebas Memegangi dan Mengendalikan Empat Ujung Kain Sutera, meskipun sudah aku ikatkan di kedua bahuku.

"Kau pun bisa membantuku dengan salah satu tanganmu menggunakan Jurus-Jurus Sehati-Sejiwa untuk dikibaskan ke dinding sumur, agar kita berdua bisa meluncur lurus ke bawah dengan aman, tanpa mencong membentur dinding sumur."

"Setuju Ranggad, semua perintahmu akan aku laksanakan dengan cermat dan tepat!" Jawab Bethari tersenyum geli.

"Perintahku?" Tanya heran Ranggad kepada Bethari yang sedang melirik genit kepadanya sambil senyum nakal.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang