Cerita 8 BOCAH KERA TLAH MENGERA

161 8 0
                                    

Eh? Kubaui Aroma Bebuahan dan Bebungaan Harum Segar seperti Tubuhku?

Seketika ia menengok ke arah Si Jelita yang berdiri di Ambang Masuk Bilik Obat, "Kau?" Sekejap mata ia melayang ke Arah Tubuh Harum. Ranggad telah memeluki Tubuh Si Jelita, "Ha ha ha ha ha...Sekarang Aroma Tubuhmu sama Aroma Tubuhku...Ha ha ha ha ha..."

"Eh, Aaahh..Hei heiii..Apa-apaan Ini?" Kaget Gugup Gagap Bingung Heran Dirinya Mendadak Dipeluki Bocah Kera. Seketika terasa seluruh tubuhnya gerah menggetar gelombang geli dan risih tapi tidak ditolaknya.

Tubuhnya diangkat dua jengkal dari tanah dan bersama Bocah Kera berputar mendesing bagai gangsingan.

"Heii...Berhenti! Berhenti! Turunkan aku!"

Ranggad pun heran, mengapa dirinya berbuat seperti itu. Bagaikan keakraban hangat yang telah lama dikenali jiwanya. Bagaikan tubuh harum itu telah merasuki jiwanya dan amat lama dikenalnya, baik dalam kerinduan maupun mimpi-mimpi batinnya. Ah, ada perubahan apa dalam diriku ini?

Tubuh Harum Indah Si Jelita diturunkan ke tanah oleh Ranggad Buttinguh. Ia menatapi wajah Si Cantik Wangi nampak tegang dan merona merah, "Maaf, tak kusengaja..." Kata Ranggad agar tergetar suaranya.

Raut Wajah Si Jelita pun tambah tersipu malu sekaligus merona merah jengah. Ia menjawab hanya dengan menganggukkan kepalanya. Namun matanya mencuri lirik ke Wajah Tampan dengan Kilauan Mesra Nan Tajam.

Oleh karena Si Cantik hanya memakai Mantol Merah Saga tanpa pengikat pinggang, begitu tubuh Ranggad ia dorong menjauhi tubuhnya, maka tersibaklah sekejap bagian depan mantol dan terlihat ketelanjangan tubuh mulus indah itu oleh Ranggad. Seketika Ranggad jadi Patung Kera Melongongbengong.

Si Jelita tersipu malu sekaligus merasa dirinya sedang dialiri perasaan hangat akrab debaran mesra. Tanpa sadar bagai terhisap ketegangan tingkah laku Si Bocah Jantan Tampan. Dirinya malah alpa tidak segera menutup celah mantol yang terbuka.

Si Cantik Wangi sedang tercekam ketegangan sesuatu yang menjangkiti ragajiwanya, saat tubuhnya sedang diperhatikan dan dikagumi secara khusus oleh Bocah Tampan yang wajahnya juga bertambah membara jengah. Bagaikan menyimpan rahasia gelombang kekuatan yang ingin memberontak lepas keluar. Entah apa itu?

Untuk menutupi kecanggungan berdua, Ranggad tanpa kata-kata segera melepas Ikat Pinggangnya dan mengikatkannya di pinggang Jelita, seraya berbisik "Sekarang kita memiliki aroma wangi yang sama dalam tubuh kita."

Kemudian ia mengambil cucian basah dari tangan Si Jelita dan berjalan ke ruang sebelah Kanan Bilik Obat yang nampak lebih panas dan kering, di situlah ia telah menemukan Mantol Merah Saga tersampir di Bambu Kuning yang melintangi ruangan. Kedua-ujung bambu itu melesak dengan kokohnya di kedua-dinding yang berseberangan. Itu salah satu bukti Bumi Tianggit pun memiliki hawa sakti yang cukup mumpuni.

Pada bambu itulah Ranggad menyampirkan pakaian Si Jelita.

Sedari tadi si Jelita hanya diam memperhatikan dan mengintili Bocah Kera Tampan. Sebentar-sebentar berdebaran aneh, sebentar-sebentar tersenyum manis sendirian, di dalam hatinya terasa ada naluri kemesraan yang mulai memancar keluar, "Terimakasih pinjaman ikat pinggangnya..."

"Iya..Itu Senjata Andalan Nenek Buyutku..." Ranggad menjawab sambil menatap wajah Jelita yang nampak bercahayakan kesegaran wangi yang luar biasa elok cantik jelita sekaligus bercahayakan keanggunan alami. Bagai Putri Raja saja, pikirnya.

Ranggad menggenggam tangan kanan Si Putri Raja, "Mari kita periksa Lorong-Lorong Garba Goa ini..." diajaknya Si Harum Jelita untuk bersama memeriksa goa.

Sambil jalan bergandengan tangan, ia berkata dengan wajar, "Di Dalam tubuhmu sekarang mengalir lembut hangat Hawa Gaib Jagad Dewa dariku. Tanpa sengaja telah kuberikan padamu. Tapi aku ikhlas, kita jadi Sealiran Hawa Sakti."

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang