Ia tak butuh mengampuni Si Bocah Perempuan, dengan cara mengibaskan Asap Merah Beracun Sekilas Agar Pingsan atau Lumpuh, bila Si Bocah Perempuan tidak memiliki hawa sakti yang tinggi. Dirinya jug tak butuh mengampuni Si Bocah Bawang dengan cara menggoreskan Goloknya saja ke Tubuh montoknya itu, sehingga sudah bisa Memacetkan Hawa Sakti Lawan. Ya, ia tak butuh mengampuni Si Bocah Kangen Mampus Udikan.
Si Jelita yang menyaksikan perubahan golok membara merah dan mengeluarkan asap merah beracun, karena dari jauh aroma racun itu sudah terbaui, ia mendadak ingat Tokoh Digdaya dari Goa Upas Merapen. Ki Jagal Golok Bara Upas.
Mau tidak mau, Si Jelita mesti menandinginya dengan senjata andalan juga, bila tidak ingin nyawanya melayang karena kepalanya terbelah.
"Mooddaaarrr...", lengkingan murka Si Pendek Gempal. Sambil mengayunkan goloknya sepenuh tenaga sepenuh keyakinan pasti terbelah kepala si Bocah Perempuan.
"Crakh! Slakh!" Tahu-tahu Golok itu ditahan oleh Sanjata Aneh yang seketika muncul dan tergenggam oleh tangan Si Jelita. Golok itu terselip di antara Cakar Hitam yang berada di hujung senjata si Bocah.
"Wuing...Wuzz...Jlbz!" Setelah Golok terjepit Cakar Hitam, Si Bocah Jelita memutar-mutar senjatanya berikut golok yang telah lengket terkunci mati dengan daya hisap amat kuat dari hawa saktinya.
Tentu saja Si Pendek Gempal terkejut, hawa saktinya membrobot keluar bagai terkuras habis. Tak mungkin lagi ia mempertahankan golok andalannya, jika tak ingin bahunya sempal dan tulangnya remuk, maka ia segera melepaskan goloknya. Golok itu dibuang oleh Si Bocah Lawannya ke arah batu segede kerbau pada tepi jalan, menancap amblas di batu. Dan saat ia terbawa arus oleh hawa sakti yang menghisapnya, tak ayal lagi tubuh pendek gempalnya sempoyongan ke depan ke arah lawannya, seketika tubuhnya disambut tarian selamat datang...tendangan sakti Si Jelita Bocah. "Bresss...!" Sehingga tubuh kokohnya terpental dan meluncur cepat, menyusul goloknya sendiri yang telah meluncur di depannya, yang barusan dalam sekejap telah direbut dan dihempaskan oleh cakar hitam ke batu besar di pinggir jalan.
Golok itu amblas ke dalam batu segede kerbau sampai tinggal hulunya saja yang kelihatan. Sekejap batu itu tergetar dan di sekeliling golok yang menancap nampak membara merah kemudian pudar.
Si Pendek Gempal hanya bisa memejamkan mata karena tak mampu menghindar bahaya benturan kepalanya dengan batu, atau malah kepalanya menancap di hulu goloknya sendiri. Hawa saktinya telah ludes terhisap keluar.
Tiba-tiba Si Pendek Gempal merasakan luncuran tubuhnya terhenti oleh kekuatan hawa sakti, lalu ia dicampakkan ke tanah bagai gombal dibuang di pinggir jalan. Ia membuka mata. Nampak kakaknya, si Tinggi Kurus Jenggot Panjang, telah melompat dari kudanya ke arah berdirinya Si Bocah Ganas. Ia yakin kakaknya itulah yang telah menyelamatkan tubuhnya dari bahaya kehancuran. Ia terlentang sejenak, mengatur debaran dada dan sengalan nafas, meredakan gelegak darahnya, mencoba duduk dan berdiri dengan lemasnya.
"Ha ha ha..Bocah Bau Bawang. Aku tahu siapa kau. Dari jurus-jurusmu ada yang sebagian mengingatkan aku dengan Jurus Cengkeraman Iblis disusul Tendangan Badai Neraka. Ha ha ha.. Meskipun kau dari Aliran Lembah Neraka, aku tidak peduli. Yang aku pedulikan adalah Senjata Anehmu tadi, yang sekarang entah kau sembunyikan di mana."
"Kau dapat dari mana, hah, Senjata Cakar itu?" bentak Si Tinggi Kurus Jenggot Panjang.
"Aku juga tahu Siapa kau. Di mana ada Ki Jagal Golok Bara Upas, di situlah Ki Cambuk Petir berada. Selain saudara kandung juga saudara seperguruan dari Perguruan Barajagad yang berada di Goa Upas Merapen, di tlatah Gunung Gargeni. Tapi aku tidak peduli, yang aku pedulikan ialah... mengapa kalian menujui aku untuk diculik? Mengapa kalian berdua rela mengabdikan diri di Wisma Plesiran Wuranggi? Janggal dan aneh, Manusia digdaya menjadi Penjaga Rumah Anjing Bermata Dingin, huh..mencoreng muka sendiri. Sungguh memalukan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KITAB SAKTI PUKULAN LUNAK
ActionKITAB SUCI PUKULAN LUNAK *Inilah Kisah Ranggad Buttingguh untuk mendirikan Wangsa Buttingguh. Wangsa Baru sebagai tanda Zaman Kemerdekaan Untuk Siapapun Yang Gigih Mencari Jati Dirinya. Kiprah Ranggad adalah Lambang Pembaharuan Keluarga Besar Wangsa...