Mereka berjalan berdampingan, setelah sepenanakan nasi lamanya, sampailah mereka di lorong bau busuk tanaman, segera Ranggad menabur rempah-rempah penyerap bau busuk.
"Ranggad lorong yang di sini seram amat, busuk memuakkan, malah bagai muntah rasanya..." Bisik lirih Bethari yang kian merapat di sisi tubuh kiri Ranggad.
"Yia hati-hati, kita berhenti dulu. Aku akan melindungimu dan diriku dengan pancaran gelombang Hawa Gaib Jagad Dewa."
Seluruh tubuh ranggad nampak bagai ada cahaya putih kemilau lembut sebentar lalu terasa ada gelombang hawa gaib yang memancar dan melingkupi mereka berdua.
Bahkan terpancar juga dari tubuh Ranggad Butingguh, yang kian lama kian tersebar meluas, adanya aroma wangi bebuahan dan bebungaan segar yang mengalahkan bau busuk tanaman di lorong depan mereka.
Ranggad dan Bethari melangkah-pelan dan hati-hati untuk tidak menginjak tanaman atau sesuatu hal yang mencurigakan. Mereka mendekati tanaman di depannya.
Setelah diamati dengan seksama oleh Ranggad, ternyata... "Ah bau busuk tanaman ini, bukan bersumber dari aneka tetumbuhan yang sudah membusuk, melainkan dari tanaman segar yang merambati lantai dan dinding serta lantai lorong goa ini...
"Lihat, Bethari...Aku ingat suatu jenis tanaman seperti ini. Ini Tanaman sangat berbahaya bagi semua makhluk kasad mata.
"Oooo...." Tanggapan Bethari.
"Tanaman yang merambat ini secara keseluruhan bercirikan warna hijau lumut keungu-unguan... berdaun bulat-bulat kecil yang penuh duri-duri halus pada setiap lembar daunnya.
"Anehnya, pada setiap jarak sekitar sejengkal pada ruas-ruas batangnya itu, selain ada bulu halus gatal panas beracun ganas, terdapat juga tiga serangkai duri kokoh tajam sepanjang kelingking dan sebesar pangkal lidi daun kelapa..."
"Kegunaan duri-durinya?" Tanya Bethari ingin tahu.
"Duri yang lembut berguna untuk melapas racun pembusuk jaringan kulit dan otot daging. Sedangkan duri yang panjang berguna seperti jarum moncong nyamuk...mencublas..kulit daging..menguras..darah atau cairan bangkai."
"Ih, seramnya...." Bethari merasa ngeri memikirkan Tanaman.
"Lihat, Bethari...pada setiap persimpangan cabang dahannya tumbuh buah-buah kecil ungu tua bintik-bintik jingga, berbentuk belatung yang bergerak-gerak aneh..." penjelasan lanjut Ranggad bagai seorang ahli tanaman langka kepada pengikut aliran ilmunya.
"Haduuhh...jijik ah. Buahnya bisa kloget-kloget seperti Ulat Keket..hhiihhh..." Bethari memalingkan muka tidak mau melihat buah bergerk-gerak itu.
Tanpa menggubris kengerian Bethari, Ranggad melanjutkan penerocosan mulutnya, "Buah-buahnya yang aneh ini pun diselingi bunga-bunga kuning terang bertangkai merah darah yang berguna untuk menarik perhatian mata serangga agar mendatanginya...
"Ha ha ha ha ha..pakai barisan rahasia penjebak juga rupanya. Coba lihat, itu bunganya berbentuk mangkok segede mulut bayi angop yang mengeluarkan aroma daya pikat kepada setiap serangga. Bila ada serangga yang memasuki mulut angopnya, maka kelopak bunga itu berkedut dan menangkuptutup. Tentulah serangga yang sial dan terjebak itu teracuni dan membangkai di dalam, dan dihisap saribangkainya untuk hidup bugarnya selanjutnya...Ha ha ha ha ha tanaman ini ternyata begalrampoksadis juga ya...Ha ha ha ha ha..."
"Ranggad apa lucunya? Yuk kita lewati saja tanaman ngeri ini..." Kata Bethari mulai gelisah bila lama-lama berada di dekat tanaman rambat beracun itu.
"Konon khabarnya Tanaman Asyik Ini berasal dari Nusa Badar di seberang lautan jauh sana. Oleh banyak Para Ahli Racun dan Obat, Tanaman Cerdiklicik ini ditengarai sebagai Sokai!" Kata Ranggad sambil melirik ke Bethari untuk melihat sekilas adakah tanggapan Bethari.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITAB SAKTI PUKULAN LUNAK
AcciónKITAB SUCI PUKULAN LUNAK *Inilah Kisah Ranggad Buttingguh untuk mendirikan Wangsa Buttingguh. Wangsa Baru sebagai tanda Zaman Kemerdekaan Untuk Siapapun Yang Gigih Mencari Jati Dirinya. Kiprah Ranggad adalah Lambang Pembaharuan Keluarga Besar Wangsa...