Cerita 4 DIUSIR? YA, MENYINGKIR!

165 6 2
                                    

Sambil melenggang seenaknya di jalan pinggiran Rimba Parakera, yang letaknya sebelah timur Gunung Batu, Bocah Usiran membatin: Semoga Seruling Iblis menemukan Jalan Pulang bagi Rohnya yang Telah Cukup Lama Terusir dari Jiwanya Sendiri.

Sedangkan aku yang terusir dan tersingkir dari Wangsaku sendiri, akan ke mana tujuanku? Akan berbuat apa? Akan mengalami kejadian Apa? Apakah Mencari Dalang Pemfitnah Keji yang menimpakan Dosa Pencurian Kitab Sakti Pukulan Lunak kepadaku?

Jejak Kaki Siapa yang mirip Jejak Kakiku sendiri?

Bagaimana caranya Pencuri bisa tahu cara melumpuhkan Jalan Lorong ke Gedung Pusaka? Bahkan mengerti secara tepat cara aman mengambil Kitab Sakti Pukulan Lunak dari Kotak Penyimpanannya?

Bagaimana mungkin Bibindaku, tega amat memberikan Rekayasa Kesaksian Palsu, apalagi bersumpah di Bawah Pedang Keadilan, Pedang Ungu?

Persekongkolan apa pula dengan kekompakan Kesaksian Palsu yang dilakukan Murid Kesembilan dari Perguruan Istana Gunung Batu?

Tiba saatnya nanti, aku akan kembali ke Gunung Batu secara diam-diam atau menyamar untuk menyusup ke Istana Gunung Batu, untuk menyelidiki Dua Manusia Penuh Muka Kabut Rahasia ini.

Ada rahasia apa sebenarnya di balik semua kejadian ini? Mengapa Ayahanda tidak merasakan tanda-tanda keganjilan dalam peristiwa ini?

Terlalu seringnya Ayahanda percaya dan menelan bulat-bulat segala pendapat dan saran Bibinda, yang didukung Murid Kesembilan?

Ah, Keluarga Istana Gunung Batu sudah jarang mengadakan dialog secara ramah-tamah keakraban dan kehangatan suatu keluarga rukun utuh pada beberapa tahun terakhir ini.

Itukah salah satu kemungkinan penyebabnya? Apakah karena Ibunda lebih sering tinggal di Istana Lembah Bidadari, sehingga ada celah kosong untuk Pemfitnah Keji dan Pencuri Kitab Sakti Pukulan Lunak?

Duh Dewa Jagad Bathara, di manakah sekarang, keberadaan Kitab Sakti Pukulan Lunak? Tersimpan secara rahasia di Istana Gunung Batu? Atau di tempat lain yang masih Kawasan Gunung Batu? Apa malah sudah jauh meninggalkan Gunung Batu, dibawa Pencurinya atau Konconya?

Mengapa mesti Kitab Sakti Pukulan Lunak saja yang diambil? Padahal masih ada Kitab-Kitab Sakti Lainnya, yang tidak kalah kehebatannya, yang ada di dalam Gedung Pusaka?

Ada Rencana Besar Apakah di Balik Semua Kejadian ini?

"Dasar Kera Bermata Kera Berjalan Secara Kera! Orang lagi tidur diterjang saja! Memangnya Aku Ini Angin Belaka, yaa?"

Pemikiran Batin Si Bocah Usiran yang sedang mendidih jadi buyar, begitu dirinya mendengar Suara Anak Perempuan yang marah-marah.

Namun ia tidak melihat si Pengumpat karena di depannya ada Tikungan Tajam yang terhalangi Rimbun Perdu Tinggi.

Setelah melewati Tikungan Tajam, Ia pun tak menemukan Siapa-Siapa.

Baik di tepi jalan yang berumputan, baik di cabang-cabang pohon besar dan lebar, yang biasanya digunakan untuk tidur bagi Para Pengembara Sakti.

Tapi di Kejauhan, Si Bocah Usiran melihat berkelebatnya Bayangan Anak Perempuan sedang mengejar Seekor Anak Kera yang gesit melejit dari pohon ke pohon.

Saat itu, Si Bocah melihat Langit di Hujung Rimba Parakera, Nampak Semburat Merah Membara.

Ayam-Ayam Hutan mulai nyaring berkokok bersahut-sahutan.

Burung-Burung Riang Ramai Berkicau.

Rombongan Kalong Pulang Ke Sarangnya Di Pohon-Pohon Tinggi yang Gelap Rimbun.

Rasa kantuk berat datang menyergap.

Tubuh terasa perih dan letih.

Perut kembung kosong dan terasa nyeri amat lapar.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang