Cerita 23 SANG KEBANGKITAN

98 4 6
                                    

Hari telah gelap. Rembang petang temaram senyap mengurung Gunung Rangcangbaya.

Udara kian dingin. Langit ditutupi hamparan ribuan burung aneka jenis. Kabut tipis kapas dingin mulai turun menyaput wajah-wajah cerah yang semangat dan penuh kebanggaan dari para gagah perwira sebagai pasukan yang sedang bergerak pulang ke markas besar.

Mereka bangga karena telah memiliki Sang Pemimpin Agung Rajangkala nan Primadigdaya. Suatu pertanda era kejayaan Rajangkala bangkit kembali. Kejayaan kekuatan dan kekuasaan. Kejayaan kedigdayaan langka unik tangguh dan kekayaan tak ternilai besarnya yang mampu menghidupi ribuan anak-cucu-cicit Keluarga Besar Aliran Cakar Rajangkala. Kejayaan persaudaraan dan kesetiaan bakti kemanusiaan khas orang-orang sakti Gunung Rangcangbaya yang tinggi menjulang dan penuh kisah kesaktian yang tiada pernah akan tamat untuk diceritakan.

Seperti kisah Ranggad Buttingguh dan Leluri Garbarumsih Bethari yang bukan karena kehendaknya secara pribadi telah menemukan keajaiban jalan hidup menuju mata rantai kisah kedigdayaan dan kekuasaan, kesinambungan dinamika hidup persaudaraan dan kekayaan, terikat dalam kesetiaan dan kemanusiaan.

Bisa dikatakan suasana peristiwa di jalur utama jalan lebar di Gunung Rangcangbaya dengan suasana alamnya telah menyatu menjadi suasana khidmat magis, mencekam, mendebarkan hati, menggelegakkan semangat didih jiwa-jiwa pemberani yang setia dan tertib digdaya sebagai Lasykar Istiméwa Rajangkala. Suasana keperwiraan gagah dan Gelegak tambur jiwa kebangkitan perjalanan dinamika hidup manusia dalam suatu wadah komunitas yang telah teruji keunggulannya dalam hidup bersama untuk bertahan dari aneka gangguan dan serbuan dari pihak luar. Baik itu secara perorangan sebagai manusia nekat primasakti atau kelompok manusia yang mengabdi dalam satu Panji Wangsa Istana-Istana di Tanah Merdeka yang berambisi mau mendirikan Kerajaan Jaya Raya.

Saat itu, pada tempat-tempat khusus yang tepat, di tepi jalan utama - baik di samping kiri maupun di samping kanan yang menuju Markas Besar Rajangkala - telah dinyalakan penerang jalan dengan aneka obor bambu selengan orang dewasa kekar, dan beberapa lampu dalam wadah kerudung pelindung yang berbahan bakar lemak hewan tetap menyala terang. Lampu jenis ini bisa terlindung oleh hujan dan angin.

Sedangkan di dekat lampu-lampu penerangan jalan itu berdiri tegap tegar Para Penjaga Keamanan Jalan.

Mereka berjaga penuh disiplin keprajuritan dan pengabdian sebagai Warga Rajangkala yang loyal dan tangguh.

Hal ini juga merupakan latihan kesabaran, kepekaan, kesetiaan, kewaspadaan, ketangguhan dan tanggungjawab keamanan dan ketertiban untuk melayani dinamika kehidupan dan penghidupan Keluarga Besar Aliran Cakar Rajangkala di Gunung Rangcangbaya tersebut.

Para Penjaga Keamanan Jalan tersebut diwajibkan berseragam warna ungu terong dengan membawa senjata lengkap: pedang, tombak, golok pendek, pisau-pisau lempar, ketapel alat lempar peluru ledak, anak panah sandi bersuara, gendewa dan ratusan anak panah beracun di punggung masing-masing dalam wadah yang memadai, dan sekantung senjata rahasia beracun.

Mereka juga berkalung alat tiup, semacam peluit nyaring sebagai alat pemanggil bala bantuan bila ada bahaya serangan musuh mendadak atau ada peristiwa gawat yang mengancam Keselamatan Warga Rajangkala.

Di saat petang kali ini, pada jalan utama yang berkeluk-kelok menanjak kian tinggi ke puncak gunung yang bagai ular raksasa mistis ... sungguh nampak jadi panorama jalan gunung yang mencekam penuh kewibawaan disiplin lasykar sebagai pengemban tanggungjawab tugas keamanan dan tertib kedigdayaan satu aliran Rajangkala, yang kini dalam suasana kekuatan dan kekuasaan istimewa, karena hadirnya Calon Pemimpin Legendaris Sang Agung Rajangkala.

Selain itu, kini kian bertambah banyak penerangan jalan yang dipasang dan bertambah banyak penjaga yang bertugas dan kehadirannya tlah tersorot cahaya lampu jadi nampak bagaikan hantu beku, yang sesekali bayangan tubuhnya di tanah bergoyangan karena lampu tertiup angin.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang