Ranggad dan Bethari disambut Petugas Penyambut Tamu dengan Senyuman dan Sapaan Ramah...baik di Kaki Tangga Batu maupun di Gerbang Masuk Rumah Makan serta di Ambang Pintu Ruangan Besar dengan Ratusan Meja dan Kursi Mewah.
Bethari memilih tempat duduk dekat jendela besar yang bisa melihat panorama secara menyeluruh. Sekaligus merasakan semilir angin petang dan malam.
Sedang Ranggad malah memilih menghadap ke ruangan dalam, sehingga bisa melihat keadaan seluruh ruangan.
Sungguh heran, kenapa bisa secepat ini. Sembilan Manusia Penguntit yang mengamati Bethari dan Ranggad saat berada di pertokoan, malah sudah sampai duluan dan duduk tenang menikmati pesanannya.
Mereka mengambil tempat duduk secara terpencar. Tiga Orang dekat pintu masuk depan. Tiga Orang dekat pintu belakang ke arah bilik air. Tiga orang di tengah ruangan.
Saat mata Ranggad menyapu pandangan ke seluruh ruangan. Ia melihat Lima Orang Berwajah Aneh duduk dalam lingkaran satu meja di sudut ruangan. Secara bergantian, sepasang mata mereka mengamati gerak-gerik Sembilan Manusia Penguntit Bethari dan Ranggad.
Naluri Batin Ranggad merasakan bahwa Lima Orang Berwajah Aneh itu merupakan Orang-Orang Sakti yang sedang Bertugas Menyelidiki Sesuatu Di Kota Langkui ini.
"Maaf...Tuan Putri dan Tuan Pangeran mau pesan apa?" Suara Pelayan Rumah Makan terdengar di dekat meja Bethari dan Ranggad.
Ranggad melihat Pelayan Rumah Makan. Ia Seorang Anak Muda Tampan yang berperilaku santun dan berpenampilan serba bersih dengan wajah tenang berseri-seri.
Hmm...Anak Muda ini memiliki Ilmu Mengentengkan Tubuh Tingkat Tinggi, sehingga hampir saja tidak kusadari akan kedatangannya.
"Oh..iya. Kami pesan Dua Porsi Daging Kambing Bakar. Daging Kambing Saat dibakar diguyuri arak dan diolesi bumbu rempah pedas dan disajikan dengan olesan madu serta sambal beraroma jahe. Jangan lupa diberi air nanas dan jeruk nipisnya." Kata Bethari kepada Pelayan Muda.
"Baik. Ini Pesanan Khusus dengan Harga Khusus. Kemudian apa lagi, Tuan Putri?" Kata Pelayan Tampan Santun itu.
"Seporsi Sop Sarang Burung Walet Kualitas Satu. Tiga Porsi Nasi Putih Wangi. Minumannya Segelas Air Jeruk Hangat. Segelas Wedang Jahe Emprit Diberi Madu Hutan."
Ranggad hanya mendengarkan pesanan Bethari. Sambil tersenyum lembut, ia membatin, "Bethari ini serasa sudah menjadi Permaisuriku, eh Istriku. Sangat tahu apa yang kumau, Hi Ha!"
"Sudah itu saja? Makanan Ringannya? Buahnya?" Tanya Pelayan Tampan sambil membungkuk dan tersenyum lembut.
"Misalnya, apa saja?" Tanya Bethari.
"Di sini ada Kripik Ikan Pari, Kripik Ikan Lele, Kripik Singkong Pedas, Kripik Mlinjo Manis Aroma Daun Jeruk... Buah Pisang, Buah Pepaya, Buah Mangga, Buah Nanas, Buah Jeruk, Buah Manggis, Buah Anggur, Buah Semangka, Buah Sawo Kecik, Buah..."
"Kami pesan Kripik Ikan Pari, Kripik Mlinjo Pedas untuk dibungkus. Buah Jeruk Manis dan Nanas... Sudah itu saja."
"Baik Tuan Putri...Secepatnya kami siapkan."
Terdengar suara musik kecapi dan seruling serta kendang. Saat Bethari dan Ranggad menoleh ternyata di dekat dinding sebelah barat terdapat panggung setinggi pinggang orang berdiri. Di situlah Pemusik itu menyajikan musiknya.
Ada Tiga Pemain Kecapi. Tiga Peniup Seruling. Satu Penabuh Kendang. Dan Tiga Penari Cantik Molek Sedang Menari-nari di depan Kelompok Musik. Tarian yang luwes lemah-gemulai yang disisipi Gerakan Jurus-Jurus Silat yang lembut dan indah. Bahkan bagi mata lelaki doyan perempuan nakal malah terasa ada gerakan erotisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITAB SAKTI PUKULAN LUNAK
AçãoKITAB SUCI PUKULAN LUNAK *Inilah Kisah Ranggad Buttingguh untuk mendirikan Wangsa Buttingguh. Wangsa Baru sebagai tanda Zaman Kemerdekaan Untuk Siapapun Yang Gigih Mencari Jati Dirinya. Kiprah Ranggad adalah Lambang Pembaharuan Keluarga Besar Wangsa...