Cerita 20 HATI TERUJI, SANG PRIMASAKTI

151 6 2
                                    


Fajar bangkit di timur, bersimbah warna merah saga megah yang cerah.

Secerah Wajah Tampan Ranggad yang pagi ini nampak memancarkan aura keheningan dan kebeningan jiwa yang agung.

Fajar indah megah itupun
secerah megah indah Wajah Jelita Bethari, yang kian hari kian beraura Terang Yang Ramah sekaligus Lembut Hati Yang Tangguh.

Namun dibalik keelokan pasuryan mereka berdua termaktub pada naluri cakra-jiwanya suatu kegaiban inti kedahsyatan ilmu mahasakti yang kian hari kian menggegerkan Jagad Kedigdayaan.

Kali ini, mereka yang sedang mabuk kecerahan hati, sungguh terlihat kian khidmat, saat mereka berdua sehadir mesra, senyum riang tawa, tetap mantab melangkah menuju Puncak Gunung Rangcangbaya.

Gunung anggun sekaligus agung. Gunung sakral alami.
Gunung berbahaya dan ditakuti.

Gunung harta Karun fauna-flora yang berkhasiat tinggi dan mujarab untuk kesehatan makhluk hidup, sekaligus gunung yang penuh hewan dan tanaman beracun yang sangat ganas mengerikan, yang kualitas racunnya langka tertandingi oleh aneka unggul anti racun.

Racun unggul tersebut hanya bisa diatasi oleh Kelompok Tabib Sakti Ahli Racun dan Ahli Obat dari Keluarga Besar Aliran Cakar Rajangkala.

Salah satu kelompok ahli dan sakti sebagai bagian dari Penghuni Utama dan Penguasa Gunung Rangcangbaya.

Keahlian mereka tentang racun kian termasyur dan selama ini belum ada yang mengunggulinya.

Gunung Rangcangbaya memang penuh dengan Manusia Ahli dan Sakti. Bahkan sejak ratusan tahun Keluarga Besar Cakar Rajangkala itu sudah tersohor kedigdayaan anak keturunan mereka, dari jaman ke jaman, dari generasi ke generasi.

Meskipun di gunung tersebut banyak yang sakti dan ahli dibidang apapun, toh kenyataannya sangat langka dikunjungi oleh Para Sakti dan Para Ahli dari luar gunung.

Apalagi masyarakat umum.

Masyarakat umum dan Para Sakti lebih senang menghindari atau tidak melewati kawasan berbahaya itu.

Jadi mengapa nekat setor mati dengan mengunjungi Penghuni gunung Rangcangbaya?

Bukankah sudah tersiar khabar, sejak dahulu kala, bahwa "Siapa mendatangi, ia mati!"

Gunung Markas Besar Aliran Cakar Rajangkala ini selain terdapat Penghuni Orang-Orang Sakti, juga tersiar khabar bahwa di tempat itu banyak sekali dipasangi jebakan maut, ruang rahasia dalam tanah untuk menelikung musuh, aneka jenis barisan batu dan pohon-pohon perangkap maut, serta lika-liku jalan yang menyesatkan, menuju kematian.

Namun demikian, ada satu jalan lebar yang berkeluk-kelok naik-turun, yang langsung menuju ke Markas Besar Cakar Rajangkala.

Hanya saja, setiap tikungan tanjakan terdapat Gerbang Benteng Jaga yang disamarkan dengan lebatnya pepohonan menutupi letak keberadaanya. Jika tidak diperhatikan dengan seksama, tidak kelihatan.

Gerbang Benteng Jaga itu rata-rata dijaga oleh Lasykar Beladiri Tempur yang gigih dan handal. Mereka amat tangguh daya tahannya. Juga sangat dahsyat cepat-tepat-kuat dalam keganasan melibas musuh tangguh.

Nah, jika ada orang yang nekat naik menyambangi gunung tersebut, sama saja dengan menjalani makna istilah; 'Siapa naik gunung, ditelikung. Siapa berani mendatangi, berserah mati!'

Sungguh suatu kawasan berbahaya, yang sangat mengerikan dan mencekam serta menyiutkan nyali banyak orang.

Konon kabarnya, sudah ratusan tahun Penghuni Kawasan Puncak Gunung Rangcangbaya itu menguasai gunung secara turun-temurun.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang