Cerita 21 UNGGUL TARUNG TATA ULUNG

158 6 1
                                    

"Tata Gelar Benteng Bergeser! Tata Gelar Cakar Rajangkala! Seketika!"
Terdengar suara perintah komando dari seorang tinggi besar, rambut gimbal sebahu, kekar sangar, kulit sawo matang berkilau, mata mencorong tajam buas, yang berdiri gagah angker di atas batu besar melebihi posisi semua Barisan Tempur Bela Rajangkala.

Dialah Senopati ke-17 yang bernama Labrak Jambrak Nyarwa.

Seketika dengan gerak tertib cepat tepat di hamparan tanah lapang luas berbatuan keras, yang di beberapa tempat terdapat gundukan batu tinggi, terbentuklah sebuah lingkaran besar dua lapis yang berperisai baja putih setinggi satu meter lebar setengah meter dengan senjata pedang panjang, tombak, kaitan berantai, bumbung asap pelumpuh.

Inilah Wujud dari Tata Gelar Perang Benteng Bergeser.

Sedangkan di luar Lingkaran Besar Benteng Bergeser telah terbentuk Tata Gelar Perang Cakar Rajangkala di empat penjuru angin.

Mereka membentuk barisan mirip cakar elang dan bersenjatakan trisula, tumbak, pedang berkait, golok besar, panah, dan senjata rahasia.

Ketika Pusaran Bunga Beracun kian mendekati Medan Tempur, tiba-tiba gumpalan pusaran puting beliung bunga beracun itu muncrat ke langit dan menyerang Senopati ke-17 yang berdiri di atas gundukan batu besar dan tinggi.

Tentu saja ia luar biasa kaget dan bergetar sanubarinya, karena yang diserang pertama kali adalah dirinya bukan Tata Gelar Perang Rajangkala yang terdepan dan berhadapan langsung dengan Pusaran Puting Beliung Ilmu Mahasakti Sehati-Sejiwa.

Ia pun seketika melejit surut jauh kebelakang, karena ketika hujan pusaran puting beliung bunga beracun itu belum mengenai tubuhnya saja, sudah sangat terasa hawa gelombang tekanan beracun tersebut telah mampu menyesakkan nafas dan menggetarkan hawa saktinya.

Ia pun mengomel, "Huh, betapa dahsyat wibawa pancaran gelombang tekanan hawa sakti dari Manusia Menggangsing itu!"

Akibat dari gempuran pusaran bunga racun, karena gagal pada manusia, tentu yang jadi korban sasaran adalah gundukan batu besar tinggi yang barusan ditinggalkan oleh Labrak Jambrak Nyarwa itu, seketika gundukan batu besar tinggi itu jadi tepung batu, saat diterjang pusaran bunga beracun yang dahsyat.

Dan kesudahannya, nampaklah di atas tepung batu berserakan serbuk bunga beracun paling ganas, hasil ramuan aneka bunga racun langka terganas buatan Ranggad Buttingguh dan Leluri Garbarumsih Bethari melalui proses olahan Gangsingan Ilmu Mahasakti Sehati-Sejiwa.

Kelak di kemudian hari, Serbuk Inti Aneka Bunga Racun itu, oleh Tiga Ahli Racun dan Obat dari Keluarga Besar Aliran Cakar Rajangkala dijadikan bahan dasar Racun Langka Ganas sekaligus jadi Obat Anti Racun Terganas dan Terkeji di Jagad Gaul Kedigdayaan Rimba Persilatan.

Ketiga Tokoh Ahli Obat dan Racun itu adalah: Tabib Dubar Manggarbaya, Tabib Tangku Jiwangku, dan Tabib Labang Girasnyawa. Inilah Tiga Serangkai Penopang Griya Obat Rajangkala yang tersohor di dunia ilmu pengobatan dan pengembangan racun, dan sangat dihormati oleh Para Digdaya di Dunia Persilatan.

Ketika Senopati ke-17 melihat akibat dari itu semua, ia hanya bisa menghirup nafas panjang dan menghembuskan kuat-kuat ke udara bebas, sebagai tanda ia membuang ketegangan jiwa, terlebih saat ia memikirkan jika semburan pusaran bunga racun itu menimpa raganya.

Tentu dirinya sukses jadi bubur darah-daging, "Ah, nampaknya ... belum ada terjadi dampak kesaktian semacam ini! Hmm, mereka berdua sangat mengerikan kedigdayaannya ... Siapakah mereka sesungguhnya?!"

Seketika, Senopati ke-17, Labrak Jambrak Nyarwa geram murka dan meraung singa ke udara, karena merasa diuji dan ditantang.

Ia mulai maju ke arah ujung tumbak barisan terdepan.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang