Cerita 14 ILMU MAHASAKTI SEHATISEJIWA

322 6 1
                                    

"Lihat, Bethari. Kau perhatikan aku, sesudah itu ikuti semua gerakanku." Kata Ranggad dengan cepat dan jelas.

Setelah itu ia melejit ke berlian yang pertama menerima cahaya dari luar, diteruskan ke berlian berikutnya yang menerima pantulan cahaya dari berlian pertama, demikian seterusnya sampai sorot garis cahaya merah darah itu berakhir pada dinding tulisan. Namun Ranggad kembali melejit dan menutulkan kakinya ke berlian pertama dengan ilmu mengentengkan tubuh tingkat tinggi. Dan kembali mengulang melompat-lompat bagai terbang dari berlian yang satu ke berlian yang lain.

Kemudian ia melakukan hal yang sama tetapi tangannya yang menutul ke setiap berlian untuk tumpuan gerakan berkelanjutannya.

Kemudian melompat ke arah Bethari, yang dari tadi belum mengikuti jejak Ranggad yang bertingkah secara kilat dan semrawut aneh itu.

"Itulah penyempurnaan Ilmu Sakti Pukulan-Tendangan-Perisai Diri dan Langkah Cahaya." Kata Ranggad yang dilanjutkan dengan penjelasan rahasia kekuatan gelombang hening yang tak kelihatan.

Bethari menghirup nafas dalam dan khidmat, menghimpun hawa sakti, mempersiapkan ilmu meringankan tubuh, dan melentinglah ia ke berlian pertama dan seterusnya seperti yang dilakukan Ranggad.

Semua gerakan Bethari nampak sangat ringan bagai melayang tanpa bobot tapi sangat indah. Ia meloncat kian kemari dengan cepat dan gesit tanpa suara.

Setelah Bethari menyelesaikan tahapan latihannya dan melejit ke arah Ranggad, dan mendarat di hadapan Ranggad dengan ringannya. Ia tersenyum sumringah segar.

"Sekarang yang kita lakukan adalah...Punggung kita saling melengket bagai melebur satu kepekaan sehati-sejiwa...kemudian kita meluncur ke berlian pertama saat aku menginjak berlian pertama dan membal lompat ke berlian ke dua, maka yang menutulkan kaki adalah kau. Begitu seterusnya, sehingga kita secara bersama menerapkan Ilmu Sakti Cahaya Rajangkala ini secara selaras-serasi-seimbang dalam peleburan kedigdayaan gelombang yang manunggal dan tak kelihatan..."

"Baik Ranggad...lebih pas lagi kalau hati kita dalam keadaan sehati-sejiwa itu mampu membangkitkan kedahsyatan inti kekuatan cinta...untuk jurus-jurus Ilmu Mahasakti Sehati-Sejiwa."

"Setuju! Mari kita mulai..." Kata Ranggad dengan wajah yang agung dan khidmat, memandang Bethari dengan tatapan mesracinta.

Mereka bagai bayangan hantu kembar dampit saja. Nampak di sini sekejap, lenyap di sana. Nampak di sana, lenyap di sini. Gerak bayangan hantu tanpa suara.

Makin lama seluruh ruang menggetar kena perbawa latihan mereka. Bila dilanjutkan terus-menerus, bisa jadi semua dinding dan atap goa itu akan roboh, mengubur mereka hidup-hidup. Untung Ranggad sadar akan hal ini, maka ia secepatnya mengirimkan ilmu suara kepada telinga batin Bethari, "Kita sudahi latihannya. Dinding goa bahaya roboh."

Bethari yang tambah kemilau segar seluruh tubuh dan wajahnya segera menghambur dalam pelukan Ranggad, "Bolehkah kita, besok keluar dari Goa Rajangkala ini?"

"Tentu saja boleh. Kita persiapkan yang kita butuhkan. Apa-apa saja yang perlu kita bawa..." Jawab Ranggad sambil membopong Bethari menuju tempat harta karun, kemudian menurunkan dekat Tempayan-Tempayan Besar.

"Aku butuh bawa perhiasan mutiara, emas, permata, intan, berlian, serta butiran-butirannya untuk kita jual sebagai bekal perjalanan kita.

"Pakaian yang mirip untuk Seorang Putri Raja, aku bawa. Rasanya aku seperti menjadi diriku sendiri.

"Serasa benar aku ini sejatinya adalah Seorang Putri Raja Dari Seberang Lautan" Kata Bethari dengan suara riang bertralala-trilili, berhahahihi. Sambil menyomoti apa yang diinginkan.

Semu Perhiasan yang ia pilih dimasukkan ke dalam kantong-kantong kecil. Agar nyaman dibawa dan dimasukkan dalam balik pakaiannya.

Kantong-Kantong itu Sudah Ada di Dekat Perhiasan-Perhiasan itu. Sehingga tinggal memakaianya.

KITAB SAKTI PUKULAN LUNAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang