24

4.2K 252 2
                                    

"Emm itu, apa, kopi. Kopi dimana ya apa habis?" Ucap Raka sedikit gelagapan.

"Di depan kakak itu bukannya kopi? tadi Sabrang buat kopi itu."

"Oh iya, ini ya." Raka menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu membalikkan badannya membelakangi Ayu, ia mungkin merasa malu? entahlah. "Astaga gue kenapa sih." Runtuk Raka dalam hati.

"kak." Panggil Ayu.

"Hmm."

"Lo marah?"

"Kenapa Lo tanya gitu."

"Dari kemarin, lo selalu menghindar kalo ada gue."

"Gue gak maksud kayak gitu." Tubuh Raka menghadap ke arah Ayu sepenuhnya.

"Terus?"

"Lo ngingetin gue sama Putri, gak tau kenapa, tapi mungkin karena kalian temenan."

"Maaf."

"Tapi bukan dalam artian buruk, gue cuman ... pokoknya gue gak maksud marah sama Lo, maaf kalo lo ngerasa kayak gitu."

"Jadi Lo gak ada masalah kan kalo gue disini kak." Ujar Ayu semangat.

Raka mengangguk mengiyakan "Oh, iya gue kemarin belum sempet ngomong makasih. Makasih ya buat rendangnya, gue suka banget." Entah setan mana yang merasuki Raka, sikapnya pada Ayu kini jadi berubah seratus persen.

Ayu tentu saja melebarkan senyumnya mendengar Raka yang menyukai masakannya.

"Iya sama-sama, kalo Lo pengen makan sesuatu bilang gue ya kak, biar gue masakin."

"Boleh?"

"Boleh banget lah. Oh,iya, kopinya gue bikinin sekalian ya. Ini gue juga bikin teh soalnya."

Raka mengangguk "Makasih." Ujarnya.

Setelah itu Raka dan Ayu meminum minumannya masing-masing di dapur sambil mengobrol.

"Jadi Lo udah lama temenan sama Putri?"

Mendengar itu, Ayu menelan ludahnya dengan kasar. Ayu benar-benar tak ingin berbohong pada Kakaknya, tapi bagaimana lagi. Sebenarnya Ayu sangat ingin mengatakan yang sebenarnya tapi ia butuh waktu.

"Iya kak, udah lama." Bohongnya.

"Seberapa lama sampe-sampe rasa masakan kalian bener-bener mirip."

"Emm kita dulu sering belajar masak bareng kak, jadi ya gitu. Kalo udah berapa lama kita temenan, kayaknya udah bertahun-tahun." Dan Raka hanya mengangguk paham.

Dan mereka melanjutkan obrolan tentang banyak hal yang tak terlalu penting lainnya. Sekali-kali Raka juga tertawa mendengar cerita lucu dari Ayu dan juga sebaliknya.

Jika orang lain melihatnya mungkin mereka akan menyangka kalau mereka sudah kenal lama, walau kenyataannya memang seperti itu.

Dan kedekatan mereka itu disaksikan oleh Jeno. Jeno ikut bahagia melihat Raka yang tertawa bahagia. Sebelumnya, setelah kepergian Putri Raka belum pernah menampakkan senyumnya lagi.

Dan malam ini Jeno menyaksikan sendiri tawa itu keluar dari mulut Raka, dan yang membuat tawa itu muncul kembali adalah Ayu, orang yang baru dikenalnya. Jeno rasa ia telah mengambil keputusan yang benar dengan mengizinkan Ayu tinggal di markas Spider.

Dan malam itu adalah awal kedekatan Raka dan Ayu.

"Astaga udah malem banget. Ngobrol sama Lo bisa-bisa sampe pagi gak akan selesai." Celetuk Raka.

"Hahaha, yaudah gue tidur dulu deh."

"Iya, gue juga mau ke yang lain dulu. Selamat malem Yu."

"Malem kak."

Setelah itu Ayu berjalan ke kamar dengan senyam-senyum tak jelas.

Dengan mood yang baik, Ayu mulai membuka bukunya untuk belajar. Ia tak menyangka bisa bercakap-cakap panjang lebar dengan kakaknya lagi.

Ayu mengerjakan PR matematikanya sampai tertidur di meja belajar.

Keesokannya di sekolah, seperti biasa pagi-pagi Ayu mampir akan dulu ke perpustakaan sekolah.

Dan ketika Ayu melangkah untuk memasuki perpustakaan, di waktu yang sama seorang siswa keluar dari perpustakaan tersebut.

Baik Ayu maupun siswa tersebut hanya melihat sekilas tanpa menyapa, seolah mereka tak pernah saling kenal.

Iya, siswa tersebut adalah Alvino. Setelah Alvino menjauh Ayu dengan lemas duduk di kursi perpus yang disediakan untuk membaca.

Dan tanpa sadar tetes demi tetes air mata luruh dari mata Ayu. Ayu menangis tanpa suara.

Mengingat kembali bagaimana Alvino mengatakan jika Ayu bukanlah adiknya, membuat hati Ayu sangat sakit.

Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang