40

2.6K 148 7
                                    

Ayu bingung harus kemana sekarang, dan setelah beberapa saat mengendarai motornya tanpa tujuan. Akhirnya Ayu berakhir berhenti di warung nasi goreng pinggir jalan.

Setelah diingat-ingat, Ayu tadi memasak air untuk membuat mie instan yang berakhir gagal.

Sekarang ia sangat lapar. Dan saat makanan sudah datang, dengan segera Ayu memakan nasi goreng tersebut.

Walau sedikit kesusahan untuk makan karena tangannya yang terluka. Itu tak membuat nafsu makannya menurun sedikitpun.

Tapi yang membuat nafsu makannya turun tiba-tiba ialah saat Ayu kembali mengingat Bastian.

Ayu memandangi bensin yang dijual tepat di toko sebrang jalan ia makan saat ini.

"Gue harus apa?" Gumam Ayu pelan.

Waktu yang diberikan Bastian hanya sampai besok malam. Ayu berdiri, kemudian berjalan perlahan menghampiri  toko yang menjual bensin eceran tersebut.

Tapi, baru sempat beberapa langkah Ayu berjalan, seseorang menghentikan langkahnya. Ayu merasa ada orang yang menepuk pundaknya pelan.

Ayu berbalik menghadap pada seseorang tersebut, kemudian orang itu berkata, "Mbk, nasi gorengnya belum dibayar ya." Ternyata itu Ibu penjual nasi goreng tadi.

"Oh iya Bu, maaf-maaf saya lupa hehe." Ucap Ayu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia pasti merasa malu sekali.

Setelah selesai melakukan pembayaran Ayu buru-buru pergi dari sana.

"Astagaa malu banget gue."

Setelah keliling-keliling tidak jelas dengan motornya, Ayu berhenti di sebuah taman yang lumayan banyak pengunjungnya.

Ayu duduk di kursi yang disediakan di sana sambil meminum sekaleng soda yang ia beli tadi.

Perintah Bastian terus saja berputar di kepalanya.

Ayu sangat bingung, jika ia menuruti perintah Bastian, Bastian pasti tak akan percaya jika hubungannya dengan kakaknya sedang tak baik, dan mengira Ayu takut Bastian melakukan hal yang tak diinginkan pada kakaknya.

Tapi jika Ayu tak menuruti perintah Bastian, apa yang terjadi? apa Bastian benar-benar akan menyakiti kakaknya?

"Apa gue laporin Bastian ke polisi aja ya? ah percuma juga, keluarga dia berkuasa. Kalo gue bakar markas Earth dan ketauan sama anak-anak Earth gimana, apalagi Kak Bara. Astaga, gue harus apa?" Ayu meneguk sodanya sampai tak tersisa.

"Emang cara buat ngebakar markas segede itu gimana coba. Kalo gue dipenjara gimana, emang Bastian mau tanggung jawab? Gak mungkin juga. Terus kalo ternyata pas markas Earth gue bakar di dalemnya ada orang gimana?" Ayu terus saja meracau sendiri.

"Kayaknya gue bakal stress kalo mikirin ini mulu."

"Oh iya, "stress" apa gue pura-pura gila aja ya di depan Bastian biar dia gak ganggu gue lagi."

"Gak..gak..gak.. apaan sih kok gue mikir kayak gitu."

"Hahaha hahaha ha ha ha ha." Tiba-tiba Ayu tertawa dengan tawa yang terdengar seperti orang gila. Apalagi dia hanya sendirian di taman itu.

Orang-orang di sekitarnya hanya melihat Ayu dengan prihatin.

"Kayaknya gue udah beneran gila deh." Ayu hanya pasrah dengan tatapan orang-orang di sekitarnya.

Hari sudah gelap, Ayu akan menanyakan pada Jeno apa anak-anak Spider sudah pulang atau belum.

Baru saja Ayu mau mencari kontak Jeno, eh Jenonya malah menelvon terlebih dahulu.

"Halo"

"Halo"

"Yu, Lo dimana? Lo pulang sekarang aja ya."

"Anak-anak udah pulang ya"

"Malem ini mereka bakal nginep Yu, tapi Lo gaperlu khawatir, mereka semua anak baik-baik kok."

"Gue percaya kok, tapi kayaknya lebih baik gue gak usah pulang dulu deh Jen."

"Terus Lo tidur dimana?"

"Emm.. gampang deh itumah." Ucap Ayu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sebenarnya ia juga bingung mau tidur dimana.

"Kasih tau gue dimana." Tegas Jeno.

"Emm...."

Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang