73

1.3K 50 14
                                    

Setelah minta izin pada kedua kakaknya Ayu buru-buru untuk keluar.

Sesaat sebelum ia naik ke motornya ponselnya berbunyi tanda seseorang menelepon.

Ayu melihat nama 'Dimas' di layar ponselnya. "Tumben nih anak." Gumam Ayu.

"Halo Yu"

"Iya Dim, kenapa?"

"Kita bisa ketemu?"

"Emm, gue mau ketemu temen sih, penting banget Dim?"

"Banget Yu, gue mohon tolongin gue. Revan Yu.."

Ayu mendengar nada khawatir dari suara Dimas, deru nafasnya yang memburu dan sedikit isakan. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Dimas ada apa, Lo dimana, Revan kenapa?" Ayu tentu juga ikut khawatir mendengar Dimas yang seperti ini.

"Earth Yu, kita di markas Earth, gue.." Sambungan telepon itu mati sebelum Dimas menyelesaikan perkataannya.

"Dimas.. Dim." Kekhawatiran Ayu semakin memuncak, mendengar mereka ada di markas Earth--markas Ayu dulu--membuat berbagai pertanyaan dan dugaan muncul dipikirannya.

Revan berbuat salah dengan Earth atau apa, kenapa juga Dimas anak Redox itu ada di markas Revan.

Ayu mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal yang ia bisa dan menuju ke markas Earth.

Hampir beberapa kali Ayu menabrak pengendara lain, entahlah perasaan Ayu sungguh aneh, ia khawatir tapi juga merasa ada yang janggal.

Ayu hanya berharap semua baik-baik saja.

Ketika sampai di markas Earth, Ayu bergegas untuk mencari Dimas dan Revan.

Ayu masuk ke dalam markas, tapi tak seperti biasanya, markas yang biasanya ramai dengan celotehan anak-anak Earth, kini senyap seperti tak ada kehidupan sama sekali.

Ayu mengambil ponselnya untuk menghubungi Dimas tapi sialnya ponsel tersebut mati, tak heran karena Ayu saja lupa kapan terakhir kali ia mengisi daya ponsel tersebut.

"Ayu." Mendengar seseorang yang memanggilnya, Ayu sontak berbalik arah, dan dilihatnya Dimas tengah menatapnya dengan sendu.

"Maafin gue Yu." Ucap Dimas dengan nada bergetar.

Setelah mendengar Dimas mengatakan hal tersebut, dari belakang Ayu merasa ada bongkahan kayu yang sengaja di pukulkan ke bahunya berkali-kali dan terakhir ke kepalanya, sampai Ayu kehilangan kesadaran.

"Gue udah turutin mau Lo, sekarang lepasin Revan dan anak-anak Earth lain." Ucap Dimas dengan nada bergetar.

"Lo pikir semudah itu?"

Setelah mendapat perintah, tiga orang utusan laki-laki itu mencekal Dimas, memukuli, dan menyeretnya. "Bawa dia ke anak-anak Earth yang lain."

"Bastian, gue mohon jangan sakitin Ayu, dia udah banyak menderita." Teriak Dimas di tengah-tengah jeritannya akan siksaan para lelaki berbadan besar itu.

Iya, dalang dibalik semua ini adalah Bastian.

"Kenapa Lo khawatir, Lo yang bawa Ayu kesini, gak usah munafik. Ayu milik gue, terserah gue mau ngelakuin apapun, itu bukan urusan Lo." Gumam laki-laki itu, kemudian membawa Ayu pergi.

Bastian memasukkan Ayu ke dalam mobil dan kemudian mengendarainya menuju ke sebuah vila.

Sambil mengendarai mobil, Bastian melirik Ayu yang tak sadarkan diri di sampingnya, ia tersenyum simpul kemudian mengelap darah yang keluar dari kepala Ayu yang kini menetes ke pipinya. "Cantik." Gumamnya.

Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang