67

1.8K 94 5
                                    

"Baru pulang?" Tanya Alvino yang kemudian duduk di samping Ayu, mereka tengah berada di dapur. Ayu meneguk air di gelas yang ia pegang sambil mengangguk merespons Alvino.

"Yang lain mana Kak, kok sepi banget?"

"Mereka ke rumah Kakek, katanya kakek sakit." Jawab Alvino.

Seketika gambaran tentang kakek, nenek, dan keluarga yang lain muncul di ingatan Ayu.

"Kakek sakit apa, kita enggak ke sana?" Tanya Ayu.

"Belum tahu, dari tadi gue nunggu Lo Yu, Lo mau berangkat malem ini apa besok aja, mumpung besok weekend, kita bisa nginep di sana."

"Malem ini aja deh Kak." Putus Ayu.

"Lo gak capek?"

"Capek, tapi gak papa, gue pengen cepet ketemu kakek." Di dalam ingatan Ayu, kakek neneknya begitu menyayanginya.

"Yaudah Lo siap-siap gih, nanti jam delapan kita berangkat."

Ayu mengangguk mengiyakan "Eh kak motor gue ketinggalan di mini market, tolong anterin gue buat ambil dong, hehe."

"Astaga kok bisa sih, teledor banget. Eh tapi lo bukan bermaksud mau ke rumah kakek pakek motor kan," 

"Lah kalo gak pakek motor pakek apaan?" Tanya Ayu bingung.

"Astaga Ayu, ya pakek mobil lah, Pak Rahmat yang anter kita. Rumah Kakek jauh ya Ayu, jangan ngada-ngada deh." Karena memang perjalanan mereka bisa sampai menempuh empat jam dalam kecepatan sedang menggunakan mobil.

"Oh oke-oke." Ayu hanya menggaruk tengkuknya dan tersenyum bersalah.

"Yaudah mau ambil motornya kapan?" 

"Sekarang aja deh Kak, ayo!" Ajak Ayu.

"Yaudah ayo."

Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di minimarket yang Ayu kunjungi tadi. Kemudian Ayu segera mengambil motornya dan menuju untuk pulang.

Di perjalanan pulang, Alvino mengendarai motornya dan diikuti oleh Ayu. Ketika mereka melalui jalan yang sepi, ada enam motor yang mengepung mereka secara tiba-tiba, mereka tak sadar jika sudah diikuti sejak sebelum mereka berhenti di minimarket

Merasa ada yang tidak beres Alvino dan Ayu menjalankan motornya dengan kecepatan penuh serta berusaha untuk menghindar dari mereka.

Para pesepeda motor tak dikenal itu kesulitan untuk menyamakan kecepatan Alvino dan Ayu, pada akhirnya salah satu dari mereka memutuskan untuk menendangi motor Ayu, tetapi dengan segala cara Ayu berhasil menyeimbangkan motornya sehingga ia tak jatuh. 

 Merasa keadaan yang membahayakan Alvino menghentikan motornya dan diikuti oleh semua pesepeda motor tersebut. 

Alvino membuka helmnya dengan kasar. "Mau kalian apa?" Tanya Alvino sambil menahan amarah.

"Kita cuman mau dia." Jawab salah satu dari mereka sambil menunjuk ke arah Ayu.

"Gue gak pernah merasa ada urusan sama kalian." Ujar Ayu sedikit tak yakin.

"Lo lupa sama kita." Ujar salah satu dari mereka, kemudian mereka membuka helm mereka. Dan ternyata mereka adalah orang yang pernah menyerang Edgar sang ketua Merpati—yang pernah ditolong Ayu.

"Oh, banci-banci itu ya, gue kira siapa, oalah.." Ujar Ayu remeh.

"Lo pilih ikut kita baik-baik, atau pakek kekerasan." Ucap laki-laki dengan masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

"Ha ha ha kalian yakin pakek kekerasan, masih belum kapok?" Terakhir kali mereka berhadapan dengan Ayu, mereka kabur.

"Oke kalo itu mau Lo." Laki-laki itu memberikan kode pada yang lain untuk menyerang.

 Jika terakhir kali Ayu melawan mereka seorang diri, kali ini ada Alvino yang membantunya. Pukulan, tendangan dan segala macam bentuk penyerangan diberikan pada satu sama lain, Ayu dan Alvino tentu melawan mereka dengan sepenuh tenaga, mereka kalah jumlah.

Ayu belum pernah melihat Alvino berkelahi sebelumnya, dan kini ia melihat betapa ganasnya Kakak pertamanya itu ketika melayangkan serangan. 

Dan pada akhirnya, lagi, mereka kewalahan menghadapi Ayu, yang kini dibantu oleh Alvino. Mereka melarikan diri seperti pengecut, setelah mereka sendiri yang menantang.

Sebelum mereka pergi laki-laki yang mengenakan masker tadi mengatakan satu hal, "jangan pikir, urusan kita selesai di sini." Ancamnya sambil menunjuk wajah Ayu.

Alvino langsung menghampiri Ayu dan mengecek keadaan adiknya yang tengah terduduk di tanah, dan kemudian memeluknya. "Dek," Ujarnya begitu khawatir dengan Ayu.

"Gue gak papa kak," Mereka melepaskan pelukannya.

Alvino menyentuh luka-luka yang ada di wajah Ayu dengan lembut. "Maaf, gue gagal lindungin Lo dek," Ujarnya dengan mata mata yang berkaca-kaca. Melihat wajah Ayu yang penuh luka membuat hatinya sangat sakit.

"Lo udah lindungin gue kak, tadi gue gak takut karena ada Lo di sini."

Alvino mengecup kening Ayu dengan lembut, bersamaan dengan itu, air mata Ayu perlahan luruh. Ia merasakan bagaimana Alvino begitu menyayanginya. "Kita pulang ya." Ayu mengangguk sambil tersenyum, tak lupa dengan air mata yang masih luruh.

Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang