64

2.2K 109 17
                                    

Tok..tok..tok.. "Ayu.."

"Masuk kak." Jawab Ayu

"Udah enakan?" Tanya Alvino. Ayu mengangguk.

"Jangan dengerin anak-anak ya, gue yakin lo gak seperti yang mereka omongin, ya emang sih pak Daduk itu masih muda dan ganteng, tapi gue tau banget tipe Lo." Ucapnya dengan kekehan kecil.

Ayu tersenyum "Lo percaya kak sama gue?" Alvino mengangguk dan menepuk kepala Ayu pelan.

"Keluar yuk." Ajak Vino.

"Kemana?" Tanya Ayu.

"Gue traktir makan enak." Ujarnya.

"Ayok.." Ucap Ayu senang.

"Let's go!!"

Dan ternyata Alvino mengajak Ayu untuk makan di Rainbow cafe.

"Lo sering kesini kak?" Tanya Ayu.

"Enggak juga." Jawab Alvino.

Setelahnya mereka memesan makanan, sambil menunggu Alvino terus membuka obrolan dengan Ayu, ia tahu dari mamanya bahwa Ayu sedang memperbaiki kesehatan mentalnya dengan psikiater.

Kata mamanya mereka dianjurkan untuk lebih dekat dengan Ayu, lebih baik lagi kalo membuat Ayu merasa nyaman dan bisa  menerima tentang dirinya yang sebenarnya bukanlah anak kandung keluarga mereka juga untuk membuat Ayu bisa lebih terbuka dengan keluarganya, semua itu akan baik untuk kesehatan mental Ayu.

Ketika asik mengobrol dengan Vino, Ayu merasa ada seseorang yang tengah menatapnya, dan benar saja ketika ia menengok ke kursi yang berada di pojok, Bastian tengah menatapnya dengan tajam, Bastian menggerakkan mulutnya dan berkata "PEMBOHONG" tanpa suara tapi Ayu bisa mengerti ucapan itu.

Ia paham maksud Bastian mengatainya pembohong, sudah jelas karena ia sekarang tengah bersama dengan kakaknya, padahal Ayu mengaku pada Bastian kalau hubungannya dengan kakak-kakaknya itu buruk.

Ayu sudah tak peduli, toh Bastian juga sudah berhasil mencelakai Alvino, sekarang yang membuat Ayu khawatir adalah orang yang disebelah Bastian, Revan, kenapa Revan bersama dengan Bastian dengan wajah yang terluka.

***

"Anak-anak itu mulutnya pada kenapa deh, emang mereka gak tau apa dosanya ngomongin orang itu kayak gimana, padahal ya Yu, kalo kita ngomongin keburukan orang lain itu yang kita dapet itu dosa karena ghibah, dan kalo ternyata yang diomongin itu ternyata gak bener, jadinya malah fitnah. Kayaknya mereka harus disuruh nonton film ghibah dulu deh." Bilal benar-benar tengah kesal dengan anak-anak yang tak henti membicarakan Ayu, tentang hubungannya dengan pak Daduk, yang padahal mereka belum tahu kebenarannya seperti apa.

Ayu dan Bilal tengah berada di halaman belakang sekolah mereka, mereka memilih istirahat disana untuk menghindari anak-anak yang membicarakan Ayu, sebenarnya Bilal sudah meminta Ayu untuk tak perlu memperhatikan mereka, dan tak perlu repot-repot harus menghindari mereka seperti saat ini, tapi Ayu memaksa untuk tetap menghindari mereka, kondisi saat ini sangat sulit untuk Ayu, toh mereka tak akan mau mendengarkan penjelasannya.

Tadi Ayu sempat dipanggil untuk ke ruang BK dan menjelaskan semuanya yang sebenarnya, tapi respon guru BK sungguh tak ia duga, di sana juga ada beberapa guru yang mengaku pernah melihat Ayu dan Pak Daduk bersama, mereka semakin memojokkan Ayu, tapi dengan segala upaya Ayu menjelaskan akhirnya ia bisa keluar dari ruang BK tanpa mendapat hukuman apa pun, toh Ayu memang tak bersalah.

"Yu, makan dong rotinya, jangan ngelamun aja, dari tadi lo diem aja." 

"Nanti aja."

"Yu, udah dong jangan mikirin masalah ini lama-lama, muka lo sampek pucet gitu, lo semalem gak tidur ya, astaga."

Ayu memandang Bilal lekat, entah kenapa ia selalu tenang berada di dekat temannya yang satu ini, karena memang Bilal tak mempunyai hubungan ketika ia masih menjadi Putri, dan Bilal juga bukan teman pemilik tubuh ini yang asli. "Bilal," Panggil Ayu.

"Iya, kenapa?"

Ayu menatap pohon yang berdiri jauh dihadapan mereka. "Sebenarnya gue bukan Ayu."

Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang