Ayu telah pulang dan tengah istirahat di dalam kamarnya sekarang. Sejak dari rumah sakit Ayu hanya diam tak mengucapkan satu katapun.
"Pah Mama kenapa, dokter bilang apa tadi sama kalian, Ayu gak papa kan pah. Kenapa aku liat Mama sedih dan langsung masuk kamar tadi?" Tanya Farel.
"Adik kamu baik-baik saja, tadi kata dokter David, Ayu disarankan untuk menemui psikiater. Dokter David menduga bahwa fakta tentang Ayu yang bukan adik kandung kalian dan bukan anak kandung papa membuat dia syok." Jelas Rey.
"Maafin Vino pa, Vino yang salah. Vino yang ngasih tau Ayu." Aku Alvino dengan menunduk.
"Vino, cepat atau lambat Ayu pasti akan mengetahui kebenarannya. Papa menyesal selama ini papa tak begitu memperhatikan Ayu. Papa yang menyetujui Mama kalian buat adopsi Ayu saat itu karena mama sangat menginginkan anak perempuan, tapi papa juga yang menyia-nyiakannya." Rey tulus mengatakannya.
"Vino sayang sama Ayu pa, Vino waktu itu emosi dan mengatakan hal ini pada Ayu. Vino bahkan nampar Ayu pah" Lirih Vino.
"Al." Sela Farel, mengingatkan Vino untuk diam saja, ia takut Rey akan marah dan Alvino terluka.
Mendengar Vino menampar Ayu tentu membuat amarah Rey muncul. "Apa, bilang sekali lagi." Rey terdengar sangat dingin sekarang.
"Vino nampar Ay.." Belum selesai Vino mengatakannya Rey langsung menampar Alvino dengan sangat keras.
"Kenapa nampar Ayu, mau jadi banci karena nampar adik perempuannya sendiri? Kalo gak bisa menyayangi dia seperti adikmu sendiri, setidaknya jangan sakiti dia Al." Sebelumnya Rey tahu jika anak-anaknya memang tak pernah akur, tapi melihat anak-anaknya yang khawatir pada Ayu membuatnya berpikir jika ia keliru.
Rey melangkahkan kakinya meninggalkan Alvino tapi sebelum itu Alvino kembali mengucapkan hal yang membuat Rey begitu murka.
"Vino juga usir Ayu pah, hari ini dia baru pulang. Selama ini aku ga tau dia tinggal dimana." Alvino sengaja mengakui semuanya agar Rey murka dan menghajarnya habis-habisan. Alvino memang menantikannya, ia rasa ia sangat pantas mendapatkan itu karena perbuatannya.
Dan benar saja Rey menghajar Alvino dengan tenaganya, Farel berusaha menghentikannya tapi Rey begitu kuat.
"Cukup." Teriak Ayu yang tiba-tiba berlari dan kemudian memeluk Alvino yang tengah babak belur. Rey pun terpaksa menghentikan perbuatannya.
"Kenapa menyiksa kakak?" Tanya Ayu.
"Dia pantas mendapatkannya karena perbuatannya padamu nak." Ujar Rey.
"Kak Vino udah minta maaf. Tolong berhenti."
Rey menuruti Ayu dan kemudian meninggalkan mereka. "Papa kecewa sama kamu Al." Ucapnya dan kemudian beranjak menuju kamar.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Ayu juga langsung pergi meninggalkan kedua kakaknya. Tentu ia kembali ke kamarnya.
Farel dan Alvino sangat bingung dengan tingkah Ayu yang sekarang. Padahal tadi ketika Ayu baru pulang hubungan mereka baik-baik saja. Tapi sekarang Ayu bersikap sangat dingin.
***
Di sekolah semua orang tengah gaduh membicarakan sesuatu, Ayu yang tak tahu apa-apa tak begitupun penasaran.
Saat ia di dalam kelas, teman-temannya juga berisik, lamat-lamat Ayu mendengar mereka membicarakan tentang pak Daduk.
Ayu jadi penasaran tentang apa yang terjadi. "Ada apa sih?" Tanya Ayu pada Lala, teman sekelasnya yang terlihat begitu bersemangat menggosip.
"Lo gak denger Yu kalo pak Daduk meninggal?" Jawabannya.
Jantung Ayu berdebar kencang begitu mendengar perkataan Lala. "A.. pa.. gak mungkin.." Ayu menggeleng dengan keras. Tadi malam Pak Daduk sempat mengiriminya pesan.
"Hey, semangat ya melanjutkan hidupmu, kamu tahu bapak selalu menyayangimu."
Mereka memang saling menyayangi sebagai ayah dan anak, mereka sudah dekat sejak Putri SMP.
Pak Daduk adalah satu-satunya orang yang tahu tentang apa yang ia alami. Satu-satunya orang yang bernasib sama sepertinya, hidup dalam raga orang lain.
"Yu apa bener kalo kalian ada hubungan." Tanya Lala menyelidik.
"Maksudnya?" Tanya balik Ayu. Masih syok dengan fakta yang baru ia terima, jika pak Daduk sudah tak ada. Lalu bagaimana Ayu menjalani hidupnya, apa ia harus melalui semuanya sendiri.
Ayu merasa sendirian sekarang. Tak ada lagi orang yang mengerti tentang apa yang ia alami sekarang. Tak ada lagi yang akan memanggilnya dengan nama aslinya. "Putri"
"Ya rumornya kalian ada sesuatu." Ucap Lala.
Tak menjawab Ayu malah kembali bertanya. "Lo cuman bohong kan La, pak Daduk gak mungkin udah gaada." Ujar Ayu lirih, perlahan ia terduduk di lantai dan menangis. Yang tentunya hal itu menjadi tontonan anak sekelas. Semakin menguatkan dugaan mereka jika Ayu memang memiliki hubungan spesial dengan pak Daduk, seperti rumor yang sudah beredar di sekolah mereka.
Tak lama kemudian Ayu jatuh pingsan, Rendi sang ketua kelas dengan sigap langsung mengangkat Ayu dan membawanya menuju ke UKS.
Di dalam kelas anak-anak tentu langsung heboh dibuatnya. "Gue gak nyangka kalo pak Daduk sama Ayu beneran pacaran." Ujar salah satu siswi.
"Pak Daduk emang masih muda dan ganteng sih, tapi pacaran sama muridnya sendiri itu gak masuk akal banget." Timpal Siswi lain.
"Gue jadi sadar kenapa Ayu akhir-akhir ini gak deketin Kevin lagi."
"Ternyata udah punya yang lebih Mateng dia."
"Tapi kasian juga si Ayu, dia pasti syok banget pacarnya meninggal."
"Pak Daduk meninggalnya tiba-tiba banget ya, gue ga bisa lagi deh liat wajah gantengnya."
"Kira-kira kenapa ya pak Daduk bunuh diri."
"Gue gak tau, kita gak pernah tau masalah yang menimpa orang lain."
Kalian inget Pak Daduk kan.
Pak Daduk itu adalah pemilik raga yang ditempati Pak Ridwan, gurunya Putri waktu SMP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan Putri
Teen Fiction"Ok kalo gitu kalo gue menang motor Lo buat gue." Pinta Jeno. "Udah itu aja?" Mungkin awalnya akan sama seperti cerita transmigrasi lainnya, tapi lebih baik baca sampai jauh dulu ya. #1Saudara (12-25-2022) #1 Kakakadik (12-06-2022) #1 Se...