Ayu sekarang berada di sebuah rumah seorang psikiater, Ayu hanya menurut ketika orang tuanya yang meminta, tahu jika mereka pasti sangat khawatir dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini padanya.
"Hai, benar nama kamu Ayu?" Tanya laki-laki yang duduk di depan Ayu. "Perkenalkan nama saya Rey, kamu boleh panggil saya senyaman kamu." Ayu mengangguk mengiyakan. "Kamu tahu kenapa kamu sekarang ada di sini?" Tanyanya lagi dan Ayu hanya mengangguk.
Hampir 15 menit laki-laki di depan Ayu itu mengajaknya ngobrol dengan hal-hal yang menurut Ayu tak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang dialaminya, Ayu hanya tak tahu saja jika itu adalah cara dokter tersebut untuk lebih mengenal Ayu.
"Wah, benarkah di sini ada kucing?" Tanya Ayu senang, merasa begitu tertarik dengan topik obrolan yang Dokter Rey bahas. "Kamu bisa tunggu di sini, saya akan ambilkan kucingnya." Ayu tentu mengangguk dengan antusias.
Setelah beberapa saat dokter tersebut datang dengan membawa seekor kucing putih yang menggemaskan, Ayu langsung menerima kucing tersebut dan memangkunya. "Namanya siapa dok?" Tanya Ayu dengan senyum bahagianya. "Dia kucing jantan, namanya Atlas"
"Ini kucing jenis apa dok?" Tanyanya sambil setia mengelus tubuh Atlas yang dipenuhi bulu-bulu yang lembut. "Waduh saya gak tau Atlas itu kucing jenis apa Yu, kapan-kapan saya tanyakan pada teman saya ya, soalnya itu pemberian temen saya."
"Atlas kucing satu-satunya dokter?" Pertanyaan tersebut diangguki oleh Dokter Rey.
"Atlas kamu pasti kesepian ya cuman tinggal sama dokter Rey, aku tahu banget perasaan kamu, aku juga gitu kok, kamu jangan sedih, sekarang aku bener-bener gak punya siapa-siapa lagi, kamu tahu gak, orang yang bener-bener tahu tentang aku sekarang udah gak ada, aku gak nyangka dia bakal ninggalin aku kayak gini, tapi aku tahu pasti berat jadi dia, karena aku juga tahu rasanya." Tanpa sadar Ayu mengatakan isi hatinya dengan sendirinya tanpa Dokter Rey minta.
Walau tak tahu pasti masalah apa yang diderita Ayu, Rey senang pendekatannya dengan Ayu lewat hal yang Ayu sukai ini berhasil, walau masih banyak yang harus ia gali tentang perempuan didepannya ini, setidaknya Ayu mulai sedikit terbuka.
Rey paham betul keadaan Ayu, mendengar cerita dari orang tua Ayu jika ia baru mengetahui tentang dirinya yang bukan anak kandung di usianya sekarang pasti sedikit mempengaruhi kondisi Ayu saat ini, Rey yakin ini bukan satu-satunya hal yang membuat Ayu tertekan, mendengar Ayu yang mengatakan jika ia juga baru ditinggal seseorang, itu juga memperkuat dugaannya.
Rey benar-benar membiarkan Ayu bermain dengan Atlas sampai jam mereka berakhir. "Untuk hari ini sampai sini saja, jadwal berikutnya nanti akan saya kirimkan, terimakasih untuk hari ini Ayu, saya senang bisa mengenal kamu."
"Terimakasih juga dokter Rey, saya pasti kesini lagi, saya juga senang mengenal dokter." Balas Ayu jujur.
"Pasti mau kesini lagi karena ada Atlas."
"Hehe, itu juga gak salah dok."
Ayu tak menyangka jika pertemuannya dengan psikiater ternyata tidaklah semembosankan yang ia kira, dan juga Dokter Rey juga tak menanyakan atau mengatakan apapun yang membuatnya tidak nyaman.
Cerita ini cuman fiksi ya teman-teman, jadi mungkin banyak hal-hal yang tidak terjadi di dunia nyata yang ada dicerita ini. Pokoknya ini cuman fiksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan Putri
Teen Fiction"Ok kalo gitu kalo gue menang motor Lo buat gue." Pinta Jeno. "Udah itu aja?" Mungkin awalnya akan sama seperti cerita transmigrasi lainnya, tapi lebih baik baca sampai jauh dulu ya. #1Saudara (12-25-2022) #1 Kakakadik (12-06-2022) #1 Se...