Pagi menyapa, dua sejoli masih berkutat di balik selimut tebal. Terdengar ketukan dari pintu kamar mereka. Queenza yang merasa tidurnya terganggu mulai membuka matanya. Merasa perih di area selangkangannya, queenza membangunkan Raka hingga laki-laki itu bangun.
"Kak, itu bukain pintunya, masa aku yang buka" ucap Queenza menyadari bahwa dirinya tidak memakai sehelai kain pun. Hanya selimut yang menutupi tubuh polosnya.
"Iyaaa yaudah bentar" Raka yang masih mengantuk pun berdiri sambil meraih celana pendeknya lalu berjalan ke arah pintu dan membukakan pintunya.
"Kok lama cih?" kesadaran Raka terkumpul sepenuhnya, mendengar suara kecil tapi nyaring itu. Raka melirik sekeliling luar kamar, hingga ia sadar bahwa suara itu berasal dari bawah kakinya. Terlihat sean yang berkacak pinggang sembari memeluk boneka lumba-lumba dengan sebelah tangannya.
"Ayah!" panggil sean melihat ayahnya yang sepertinya masih mengantuk. Raka menutup kembali pintunya dengan jahil.
Tok! tok! tok!
"Astaga sean" Raka membuka pintunya kembali, melihat raut wajah sean yang sudah terlihat kesal. Sean mengetuk pintunya menggunakan batu, ia mengambilnya dari sebuah vas bunga hingga menghasilkan suara yang sangat bising dari dalam kamar.
"Sean sini sayang" panggil Queenza pada akhirnya. Sean menjulurkan lidahnya menatap Raka dan langsung masuk menghampiri sang bunda. "Iss nih anak" umpat Raka.
"Unda kok maci tidulan" tanya Sean melihat Queenza yang masih berbaring di tempat tidur. "Gapapa kok, Sean mau apa?" jawabnya.
"Cean mau nen unda" Raka yang hampir tertidur melotot mendengar ucapan Sean. Bukannya Sean sudah berhenti nen beberapa minggu yang lalu, kok sekarang minta lagi.
"Bukannya Sean gamau lagi, kan Sean sendiri yang bilang, kalo nen bunda pahit" ucap Queenza, padahal ia yang menaruh daun pahit yang sudah ditumbuk di area puting payudaranya, agar Sean berhenti menyusu. Itu pun saran dari Bulan.
"Tapi cean liat ayah nen cama unda, belalti nda pahit lagi" Queenza menggaruk kepalanya. Dimana Sean melihat semua itu.
"Engga, masih pahit kok, ayah juga gasuka" elak Raka. Sean menggeleng dan beralih menaiki ranjang. Queenza menelan saliva nya kasar. Sean berbaring dan masuk ke dalam selimut, balita itu langsung menyesap puting payudara Queenza lalu ia keluarkan kembali.
"Nda pahit kok ayah! Cean mau nen, ayah diem" ucapnya dan kembali menyusu, Raka mendengus mencari celah agar bisa ikut serta nen pagi ini. queenza yang tak bisa apa-apa hanya pasrah. Queenza mengusap punggung Sean agar balita itu kembali tertidur, melihat jam yang masih menunjukkan pukul 3 pagi.
"Sayang...
Queen mengangkat kedua alisnya menatap Raka. Laki-laki itu melengkungkan bibir bawahnya menatap queenza. "Kan kamu udah semalem, giliran Sean dulu" ucap Queenza mengerti apa yang dimaksud paksu.
"Mau ikutan, kan sebelahnya ada" bujuk Raka. Queenza menghela nafasnya sabar lalu mengangguk mengizinkan. "Yey, makasih sayang"
"Emm" Raka langsung meraup puting payudara queenza yang satunya. Dan menyusu seperti bayi. Akhirnya mereka bertiga tidur lagi.
.....
Gara-gara tadi pagi, queenza jadi bangun kesiangan. Raka pun gelagapan karena sudah ada janji meeting penting hari ini. Akhirnya queenza mengurus Raka dulu dan melanjutkan pekerjaan rumah tangga lainnya setelah Raka berangkat ke kantor.
"Sean" panggil queenza.
"Sean ayo mandi"
"Bi, kemana Sean, tadi udah lepas baju mau mandi" tanya queenza pada bibi.
"Tapi malah kabur entah kemana" sambungnya.
"Tadi saya liat di depan non sama mamang, mandiin ayamnya mamang" jawab bibi.
"Astaga Sean" queenza segera pergi ke taman depan. Terlihat Sean berlari memutari ayam jago milik mamang, sambil memegang sebuah selang air yang me muncrat.
"Wushh, ayamnya mamang andi" bibir mungilnya bergerak seraya menyiram ayam tersebut hingga tak bisa bergerak. Bahkan sudah tergeletak.
"Sean! Nanti ayamnya mamang mati gimana" peringat queenza segera mengambil alih selang dari tangan Sean. Mamang yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihat kondisi ayamnya yang mengenaskan.
"Aduhh den Sean, petok pingsan nihh" ucap mamang memindahkan ayamnya ke kandang. Lalu ia keringkan. "Tapi nda ati kan ayamnya" beo Sean.
"Iya ga mati, coba aja kalo bunda ga dateng udah mati tuh ayam" ketus queenza menghela nafasnya sabar. Sambil mengajak Sean ke dalam untuk mandi.
"Ceannn" mendengar panggilan itu Sean segera berlari menuju ke gerbang.
"Astaghfirullah Sean! Kamu telanjang itu mau kemana" sergah queenza menyusul Sean.
"Unda, ada atih dilual" teriak Sean dengan kehadiran Fatih juga temannya yang lain. "Tuh ada temen kamu, ga malu telanjang gitu haah?" imbuh queenza membukakan pintu gerbangnya.
"Iiii cean nda pakek baju" ledek Yuna. Sean melihat ke badannya sendiri lalu mengangkat kedua bahunya acuh.
"Cean beyum andi ya?" tanya Geura yang berdiri di samping Yuna. Sean mengangguk. "Andi cana! Cean bau tau" Sean mendelik lalu mengambil selang dan menghidupkan nya.
"Yuna juga bau" ucapnya lalu menyemprotkan air tapi malah kena Geura karena Yuna langsung menghindar. Geura terdiam, bibir bawahnya melengkung tanda akan menangis.
"ceannn, geula angis tuh" ucap Fatih. Sean diam, membuang selang nya ke sembarang arah. Tanpa disuruh Sean mendekat dan memegang kedua tangan Geura.
"Maapin cean ya, cean nda cengaja" ucapnya lalu mencium pipi Geura. Geura mengangguk mengiyakan. Sean tergerak menghapus air mata Geura.
"Ekhem ada apa ini" kata orang tua geura yang baru saja datang bersama orang tua Fatih. Bisa dibilang Geura, Nathan dan Fatih datang bersama Yuna, dengan Monik juga Agha. Dan Raka pun sudah pulang, tak ada yang penting selain meeting Raka memutuskan untuk pulang saja, apalagi mendengar kedatangan temannya ke rumah.
"Biasa anak-anak" jawab queenza tersenyum ramah.
"Iihh Sean ga pakek baju iii" gurau Gina, ibunda Geura.
"Pasti bau tuh, belum mandi kan?" tambah samudra.
"Iyaa Sean bau ii" Anindya menambahi.
Merasa di ledek, Sean menatap queenza dan tangis nya langsung pecah saat itu juga. Geura tertawa melihatnya. "Lah kok nangis" ucap queenza ikut meledek.
"Nda ucah angis, andi cama geula yuk" ajak geura lalu menuntun Sean ke taman, tempat semula. Mumpung sudah basah akhirnya Geura dan Sean mandi bersama. Beruntung Gina selalu membawa baju ganti untuk anaknya.
"Ada-ada aja mereka" imbuh Reygan tertawa melihat tingkah anaknya bersama Sean. Berlari kesana kemari sambil menyemprotkan air satu sama lain.
"Udah siang kok belum mandi" ucap Raka menggelengkan kepalanya. "Tadi udah aku ajak mandi, tapi malah kabur dan hampir membuat ayamnya mamang mati"
"Apa!?" Agha yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak. "Bapaknya kul tapi anaknya.." ucapnya di sela tawanya.
"Gue gaplok lu ntar, ketawa aja terus" ancam Raka. Agha reflek diam dan menyugar rambutnya ke belakang.
....
Segitu dulu ya.
Gemes ga sihh sama Cean.
Next bab?
Typo tandain.
Sean langsung besar setuju gak?
Setuju dong ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAZA [and His Son]
Teen FictionKisah kehancuran seorang anak perempuan ketika kedua orang tuanya berpisah. ibu kandungnya sendiri tak mau melihat dirinya lagi beralasan sudah mempunyai keluarga baru dan anak tiri, ibunya tak sanggup menghadapi sifat sang ayah yang ambisius dan m...