Waktu sangat cepat berlalu, Sean tumbuh menjadi lelaki baik dan humoris. Bahkan teman-temannya saja selalu tertawa dibuatnya. Kini mereka semua tengah berada di rumah Sean. Melangsungkan acara tujuh bulan calon adik Sean.
Tiga tahun yang lalu saat Sean duduk di sekolah dasar, Nilam dan juga Zergan membelikan sebuah rumah di Maladewa sebagai kado ulang tahun. Sean bersikeras untuk pindah kesana, mendengar ada pantai indah disana. Akhirnya mereka pun pindah bersamaan Sean masuk ke sekolah menengah pertama.
Awalnya baik-baik saja hingga pada akhirnya Sean merasa kesepian karena tidak ada teman-temannya. Tak disangka setelah satu tahun mereka pindah, teman-teman Sean ikut pindah ke Maladewa. Karena merasakan hal sama seperti Sean.
"Sean kok lama sihh" resah queenza mondar-mandir. Raka yang melihatnya segera mendudukkan istrinya di kursi.
"Tenang sayang, Sean udah gede, sudah bisa jaga diri" jelas Raka menatap istrinya yang sudah siap untuk acaranya nanti.
"Walaupun sudah gede tapi ini udah satu jam lohh, disuruh manggil pak hikam ga pulang-pulang" jawab queenza. Tadi Raka menyuruh laki-laki itu memanggil pak Hikam kerumahnya untuk memimpin acara tujuh bulanan nanti tapi malah belum pulang sampai sekarang.
"Geura tau nihh, pasti Sean kesana" ucap Geura mengundang semua pasang mata padanya.
"Dimana?" tanya Fatih mengangkat sebelah alisnya.
"Biar Geura jemput ya? Satu jam lagi acaranya mulai kan?" semua orang mengangguk. "Gue anter?" tawar Fatih. Geura menggeleng.
"Aku bisa sendiri kok, Geura pergi dulu ya" Laki-laki bertoxedo hitam itu hanya bisa mengangguk mengiyakan.
"Hati-hati sayang" peringat Gina.
"Iyaaa bunda" jawab Geura yang sudah berada di dalam mobilnya. Mobil sport bercat biru muda itu melaju kecepatan sedang.
.....
"Woiiii"
"Lo tau gak, lo itu cantik banget"
"Sampe gue nyaman dan rasanya gamau pulang."
Teriak Sean ke arah pantai, beberapa pasang mata mengarah padanya. Mungkin ada yang mengira bahwa Sean orang gila. Padahal hanya mengungkapkan rasa kagumnya.
"Beneran gamau pulang?"
Sean menoleh ke belakang. Melihat siapa yang datang Sean menggaruk tekuk lehernya sembari menyengir kuda. Geura mendekat ke arah laki-laki itu.
"Aku juga suka sama pantai ini, tapi kamu udah ditungguin lohh" ucap Geura berdiri di samping Sean. Gadis cantik itu tersenyum melihat pantai di depannya yang sangat indah.
"Iyaaa, bentar lagi ya Geura cantik" bujuk Sean, Geura terkekeh mendengarnya. "Aku udah duga, kamu pasti jawabnya gitu" Sean hanya tertawa menanggapinya.
"Yaudah, tapi bentaran aja? Satu jam lagi acaranya mulai" Sean mengangguk antusias. Geura tersenyum dan kembali menatap pantai di depan sana.
Pemandangan laut yang begitu luas memberikan kesan bebas dan menenangkan. Tak hanya itu saja, laut juga bisa memberikan ketenangan saat pikiran dan suasana hati sedang kelabu.
"Menurut aku, tidak ada yang lebih indah daripada melihat kegigihan laut yang menolak berhenti mencumbui bibir pantai, meski berkali-kali harus terbawa arus" beberapa saat hening, akhirnya Geura membuka suaranya. Sean menatap wajah Geura dari samping lalu kembali melihat ke depan.
Sean menarik nafasnya dan berkata.
"Ibarat air laut di pantai, meski ia kadang pasang dan surut, percayalah, rasa air laut itu tidak akan berubah" Geura mengangguk."Karena saat tua nanti, hanya cerita yang bisa kau bagi sambil melihat anak cucumu berlarian di pasir pantai yang indah" jawab Geura mengundang tawa Sean.
Dahi geura berkerut menatap Sean. "Kok ketawa sihh" ucapnya. Sean menggeleng tanpa melihat ke arah gadis itu.
"Gue suka sama lu, kita Sefrekeunsi" jawab Sean, Geura mengulas senyuman mendengarnya. Memang keduanya sama-sama penyuka lautan. Geura memasang wajah biasa saja saat Sean menatap nya.
"Aku ju--
"Kapan kita pulangnya? Saya juga punya banyak janji dengan orang lain" ucap pak Hikam. Memotong perkataan yang akan Geura lontarkan.
"Baiklah pak, ayo pulang" ajak Sean, Geura tersenyum tipis dan mengangguk saja. Saat sampai di parkiran pak Hikam berkacak pinggang menatap Sean.
"Kamu suruh saya naik motor? Kamu mau pinggang saya encok?" protes pak Hikam. Sean menepuk jidatnya, ia lupa tidak membawa mobilnya dan malah membawa motor. Apalagi pinggang pak Hikam itu sudah rapuh, bisa encok karenanya.
"Naik mobil aku aja, aku bawa mobil tadi kesini" tawar Geura.
"Nah ini, untung ada neng cantik" puji pak Hikam. Geura hanya tersenyum menanggapinya.
"Baiklah-baiklah, karena Geura cantik udah repot kesini, kita pulang bareng aja" ucap Sean dan langsung menaiki mobil Geura, tempat kemudi tepatnya. Geura mengulum senyumannya sambil membantu membukakan pintu untuk pak Hikam. Lalu naik ke mobil. Sean langsung menancap gas, menuju rumahnya.
.....
Setengah jam menunggu, akhirnya orang yang ditunggu pulang juga. Queenza bangkit dari duduknya dan menghampiri putra sulungnya itu. Jari jemari nya bergerak ke telinga Sean.
"Darimana aja kamu hah!?" queenza mengintimidasi.
"Sean tadi ke pantai tante" bukan Sean yang menjawab, tapi Geura.
"Untung aja ada Geura, mungkin sampai acara selesai pun gaakan pulang kalo udah ke pantai" ucap queenza sembari melepaskan tangannya dari telinga Sean.
"Iss bunda, Sean cuma bentaran aja kok ke pantai nya" elak Sean.
"Sebentar? Satu jam setengah sebentar kamu bilang!? Dekorasi ruangan aja selesai jam segitu Sean." marah queenza.
"Iyaa-iyaa, Sean minta maap" queenza menghela nafasnya sabar. Queenza menyuruh Sean mengantarkan pak Hikam ke dalam dan langsung dituruti oleh laki-laki itu.
"Kamu tau darimana kalo Sean ada di pantai?" tanya queenza pada Geura.
"Dari dulu kan Sean selalu ke pantai kalo gaada dirumah, insting Geura aja sih tante" jawab geura tersenyum ramah.
"Udah cantik pinter lagi, semoga anak kedua tante mirip kamu ya" do'a queenza sambil memuji. Geura terkekeh kecil dan mengangguk mengiyakan. Memang benar bahwa Geura itu pintar. Sekarang pun mereka semua baru akan masuk Sekolah menengah atas.
....
Tbc.
Seru gak?
Next bab?
Typo tandain ♡
Spil tokoh favorit kamu 👉
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAZA [and His Son]
Teen FictionKisah kehancuran seorang anak perempuan ketika kedua orang tuanya berpisah. ibu kandungnya sendiri tak mau melihat dirinya lagi beralasan sudah mempunyai keluarga baru dan anak tiri, ibunya tak sanggup menghadapi sifat sang ayah yang ambisius dan m...