37. Pemilihan OSIS

28 2 1
                                    

Seminggu sudah anak kelas 10 berada di SMA Pedrosa. Tetapi anak-anak SMA Pedrosa cabang Maladewa dipindahkan ke SMA Pedrosa cabang Jakarta di Indonesia. Mau tak mau Sean beserta yang lainnya pindah lagi ke tempat kelahiran mereka. Yaitu Indonesia.

Dalam sekejap saja semuanya sudah begitu mengenal seluk beluk tentang SMA yang mereka tempati, bangunan tinggi bak gedung pencakar langit serta kelas-kelas yang tertata rapi.

Hari ini adalah jadwal pemilihan ketua OSIS baru beserta bawahannya. Tiap kelas diambil 3 orang siswa yang akan diseleksi, semuanya sudah siap dengan pidato masing-masing serta tujuan mereka mencalonkan diri sebagai bagian dari OSIS.

Peserta satu..
Duaa..
Tiga..
Empat...
Dst..

Hingga sampailah pada peserta terakhir yakni al-Fatih Agam, laki-laki tinggi itu dengan wajah tegasnya sudah berdiri diatas mimbar untuk menyampaikan isi pidatonya.

"Selamat pagi semuanya, saya berdiri disini akan menyampaikan isi pidato yang tidak terlalu panjang" tepuk tangan meriah sudah terdengar dari para kaum hawa, padahal baru sedikit kalimat yang Fatih lontarkan. ketampanan Fatih sungguh terpancar dan juga aura tegas nan wajah menawannya menjadi primadona bagi para wanita. bibir tipis, kulit putih, alis tebal, bulu mata yang lentik, hidung mancung serta badannya yang kekar.

"Saya mencalonkan diri sebagai bagian dari OSIS tentunya akan melakukan apapun yang terbaik demi kebaikan sekolah, membantu meringankan tugas guru, dan juga akan membantu teman-teman yang berada dalam kondisi seperti apapun..,

"Semuanya demi mewujudkan kedamaian dan ketenangan disekolah agar tercipta lingkungan yang baik untuk menuntut ilmu, saya harap kalian dapat memberi dukungan untuk saya, sekian. Saya al-Fatih Agam resmi mencalonkan diri sebagai bagian dari OSIS" tepuk tangan semakin meriah setelah Fatih menyelesaikan pidatonya. Laki-laki itu tak menghiraukan sorakan para wanita yang meneriakkan namanya dengan heboh.

Lelah akan persiapan pemilihan OSIS, Fatih segera menyetujui temannya untuk segera pergi ke kantin. Meja ke tujuh tempat mereka berada, sudah menikmati minuman dengan selera masing-masing.

"Gue laper" keluh Sean. Geura tersenyum dan mengeluarkan kotak bekal yang berisikan sandwich spesial yang ia buat. Belum sempat gadis itu memberikan makanannya, Sean sudah mengeluarkan kotak bekal lain dan langsung dimakan oleh laki-laki itu.

"Makanannya candu banget, yakin Lo gamau nyobain dan?" ucap Sean pada Dante. Dante menggeleng cepat, ia tak ingin menyentuh makanan itu sama sekali.

"Yaudah, kalo dia ngasih lagi berikan aja sama gue biar gue makan sampe habis" sergah Sean menyantap makanan nya dengan lahap.

"Bekal nya dari siapa Sean?" tanya Geura pelan, ia menghembuskan nafasnya perlahan lalu meletakkan kotak bekal nya di kursi tak jauh dari tempat ia duduk.

"Biasa dari Embun, ga cuman cantik tapi masakannya pun enak banget gue suka. Bisa-bisanya Dante gamau" tukas Sean menggelengkan kepalanya sembari menutup kotak bekal nya yang telah ludes. Sudah semingguan ini Sean terus yang memakan bekal pemberian Embun.

"Suka? Sean suka sama masakannya apa sama orang nya?" Batin geura bertanya.

....

Acara pemilihan OSIS telah usai, hasil pemilihan ketua OSIS akan diumumkan besok setelah pemungutan suara dihitung. Mungkin terlalu lelah badan kekar Fatih hampir tumbang. Laki-laki itu memilih untuk beristirahat sejenak dengan wajahnya yang sedikit pucat.

"Al? Kamu gapapa?" panik Geura mengambil duduk di hadapan Fatih sambil memegang dahi laki-laki itu. Fatih menggeleng lemah bersamaan ia menelan salivanya merasakan tenggorokan nya yang kering.

"Nih minum dulu, pasti kamu capek banget kan" Geura segera membukakan air mineral yang ia bawa. Fatih menerimanya dengan senang hati dan langsung meneguknya hingga setengah. Laki-laki itu tanpa sadar menyunggingkan senyum tipis menatap wajah Geura yang tengah mengipasi dirinya menggunakan kardus bekas.

"Makasih" Geura tersenyum sambil mengangguk mendengar ucapan terimakasih dari Fatih.

"Kamu pucet banget loh Al, kamu belum sarapan ya?" tanya Geura. Fatih mengangguk lagi, tak ada yang bisa ia lakukan selain jujur. Geura menghela nafasnya sembari membuka bekal yang ia bawa dan memberikan beberapa potong sandwich lezat yang ia buat.

"Nih makan, aku buat sendiri biar lebih sehat. Cepet makan biar enakan" seketika jantung Fatih bagai kesetrum listrik yang berdetak tak karuan. Sungguh ia sangat senang karena Geura bisa begitu perhatian padanya.

"Iss ayo dimakan, kenapa malah senyum-senyum sendiri" kesal Geura. Fatih terbahak karena ketahuan senyam-senyum sendiri, Geura menatap Fatih jengah. Sudah lama ia tak melihat seorang al-Fatih tertawa walau sebenarnya hanya ia lah yang sering melihat tawa itu.

"Aku pergi aja nih kalo masih ketawa" geram Geura melipat tangannya di depan dada.

"Hahaha iya yaudah makasih ya Geura cantik" ucap Fatih sebelum ia menyantap makanan nya. Geura hanya tersenyum menanggapi nya.

Dari jauh Nathan memperhatikan gerak-gerik mereka berdua yang sangat akur. Ia tersenyum miring, Nathan beranggapan bahwa sebenarnya Fatih menyukai Geura tapi laki-laki itu terus mengelak.

"Dimana sih persahabatan beda gender gaada yang suka diantara mereka" gumam Nathan masih memperhatikan kedua sahabatnya.

Nathan mendengus ia memilih pergi daripada terus berdiri dibalik tembok seperti orang tak punya kerjaan. Padahal kalo membantu Yuna menyapu halaman sekolah lebih berfaedah. Yap, Yuna dihukum karena tidur dikelas akibatnya ia disuruh menyapu seluruh halaman sekolah.

"Capek banget huaa" rengek Yuna menghentakan kakinya kesal. Salah sendiri toh tidur dikelas, bibir gadis itu mencebik melihat dedaunan kering yang kembali jatuh di tempat yang sudah ia sapu.

"Nih daun minta gue baku hantam" dengan cekatan Yuna menyapu kembali halamannya.

"Kasihan betul anak Asep" beo Nathan sengaja lewat di atas tumpukan daun yang sudah Yuna sapu membuat dedaunan itu kembali berhamburan.

"Ban*sat Lo anj*ng!! Bapak gue bukan Asep woi" teriak Yuna menggelegar. Sapu lidi itu hampir mengenai tubuh Nathan jika laki-laki itu tak segera berlari. Nathan menjulurkan lidahnya, sedangkan Yuna dengan berapi-api mengejar Nathan dan meninggalkan halaman sekolah yang masih banyak daun yang berserakan.

"Bunda, Nathan dikejar Yuyun" ucap Nathan setengah berteriak diiringi tawa dari laki-laki itu. Sedangkan Yuna sudah terengah-engah mengejar Nathan yang berlari sangat cepat. Tapi Yuna tidak menyerah begitu saja, sampai pada akhirnya bel pulang berbunyi Nathan langsung saja mengambil tasnya dan berlari keluar sekolah. Bisa benyok jika ia kedapatan dengan Yuna.

"Tuh Nathan sama Yuna kenapa dah" heran Sean menatap Nathan yang kalang kabut berlari menjauh dari Yuna yang masih saja mengejarnya.

"Biasalah, paling Nathan jahil sama Yuna" Dante membalas dengan santai.

"Darimana kalian?" tanya Sean menatap Geura dan Fatih bergantian. Dante menoleh dan ikut menatap keduanya. Bagaimana pun Gina sudah meminta Sean untuk tidak membiarkan Geura jauh dari jangkauannya.

"Aku sama Fatih tadi duduk di kursi depan ruang OSIS, temenin Fatih makan bentar" jawab Geura tersenyum. Fatih hanya diam dengan tatapan datar.

"Yaudah ayo pulang biar gue anterin" Geura mengangguk antusias, sungguh tidak bisa disembunyikan rasa bahagia Geura kala Sean ingin mengantarnya pulang. Dante dan Fatih masih berdiam di parkiran hingga Sean pergi bersama Geura mengendarai motornya.

"Mereka kelihatan cocok" gumam Dante. Fatih terdiam menatap kosong ke arah motor Sean sampai hilang dari pandangan nya. Dante melirik ke arah Fatih, ia menepuk pundak laki-laki itu.

"Gue duluan" Fatih mengangguk lalu segera pulang mengendarai motornya setelah Dante pergi mendahului dirinya.

....

TBC.

Masih ada yang nunggu cerita ini up?

Sorry kalo alurnya makin gaje , see you next bab.

RAKAZA [and His Son] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang