32. Malming

75 3 3
                                    

Langit biru sudah mulai menggelap, awan putih bergantikan awan hitam. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Senja yang indah mulai menampakan diri-Nya.

"Unda"

"Iyaa sayang?"

"Itu cantik sepelti bunda" Queenza terkekeh mendengar penuturan lucu dari sean barusan, laki-laki kecil itu menunjuk langit Oranye di atas sana. "itu namanya senja, cantik ya?" Sean menganggukkan kepalanya.

"Kita pulang ya? Udah mau malem" Sean menggelengkan kepalanya. "Cean maci mau liat itu" ucapnya masih sambil menunjuk senja. Queenza memicingkan matanya menatap Sean.

"Pyease unda" mohon nya dengan kedua tangannya yang ia katupkan. Queenza reflek terkekeh mendengar kalimat Sean. Darimana ia bisa tahu kalimat itu. "Iyaa baiklah" izin queenza pada akhirnya. Sean menatap lekat langit Oranye itu, sampai langit berubah menjadi gelap seutuhnya. Senja pun sudah menghilang.

"Sayang?" Queenza menoleh kepada Raka yang memanggilnya dari arah belakang. "Belum mau pulang?" tanya Raka sembari memeluk Queenza dari belakang. Sean yang tadinya menatap langit, kini teralihkan menatap kedua orang tuanya yang tengah bermesraan.

"Sean masih mau--

"Ayo puyang unda!!" ucap Sean menarik-narik tangan Queenza. Raka memicingkan matanya melihat Sean yang sepertinya akan menggagalkan kemesraan dirinya dan Queenza.

"Iihh nanti, ayah sama bunda mau mesra-mesraan dulu" tolak Raka masih di posisi memeluk Queenza. Sean diam, tiba-tiba saja bibir mungil itu melengkung ke bawah.

"HUAAAA"

"Eeh" Queenza langsung mengangkat Sean dan menggendongnya. "Ada-ada aja sih" sengit queenza saat melewati Raka yang mematung. Raka berdecak melihat Sean yang menjulurkan lidahnya padanya, tanpa sepengetahuan Queenza.

"Gini banget anak gue, perasaan baca doa dulu" celoteh nya lalu berjalan menyusul ke mansion, tempat queenza pergi. Dan juga teman-teman mereka.

....

"Kita mau pulang sekarang" pamit Agha dan juga yang lainnya. "Kami juga mau pulang" ucap Queenza, dengan Sean yang tertidur di gendongannya.

"Baiklah kami duluan" Queenza mengangguk. Kemudian para teman-teman pun mulai berangsur pulang. Raka yang baru saja sampai langsung mengambil alih gendongan Sean dari Queenza.

"Ayo, kita juga pulang" Queenza mengangguk lalu kedua orang itu menaiki mobilnya dan pulang.

....

Sejak kepulangan dari pantai, Sean dan juga Raka berkutat memperebutkan Antara Istri dan bunda itu. Queenza menghela nafasnya sabar, menghadapi kedua orang ini.

"Cukup" interupsi Queenza, mengambil nafasnya dalam-dalam. Sean dan Raka langsung diam, takut jika macan dari wanita itu akan keluar. "Masih mau berantem hm?" kedua orang itu langsung menggeleng.

"Yasudah, ke kamar sana" suruh Queenza.

"Unda cama aku"

"Kamu ikut aku"

"No!!!" ucap Sean mengacungkan jari telunjuknya. "Unda ikut aku" sambung nya. Memegang jari jemari queenza.

"Gak, daritadi kan bunda udah sama Sean. giliran ayah dong" bujuk Raka. Sambil melengkungkan bibir bawahnya.

"Pokoknya unda cama cean!" ucap balita itu bersedekap dada. "Bunda ikut ayah titik" to the poin Raka dan langsung menarik tangan Queenza, berlari menuju kamar mereka. Sean yang terkejut terdiam di tempatnya. Bibir mungil itu melengkung ke bawah, mata dan hidungnya memerah. Hujan badai akan segera turun sebentar lagi.

RAKAZA [and His Son] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang